Peladang Tersambar Petir

Cerita Dua Korban Selamat Detik-Detik Petir Menyambar hingga Tewaskan 5 Orang di Sijunjung

Tujuh peladang menjadi korban disambar petir saat berteduh di pondok Jorong Bungo Pinang, Nagari Muaro Bodi, Kecamatan IV Nagari, Sijunjung.

Penulis: Arif Ramanda Kurnia | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Arif Ramanda Kurnia
Arbi Hamdani korban selamat dari sambaran petir di Nagari Muaro Bodi, Kecamatan IV Nagari, Sijunjung, Jumat (22/12/2023). 

TRIBUNPADANG.COM, SIJUNJUNG -  Tujuh peladang menjadi korban disambar petir saat berteduh di pondok Jorong Bungo Pinang, Nagari Muaro Bodi, Kecamatan IV Nagari, Sijunjung.

Diketahui, tujuh orang pekerja ladang tersambar petir di Jorong Bungo Pinang, Nagari Muaro Bodi, Kecamatan IV Nagari, Sijunjung, Kamis (21/12/2023) malam.

Peristiwa itu mengakibatkan 5 orang meninggal, dan dua orang selamat, yakni Arbi Hamdani (39) dan Farel Viandrez (17).

Arbi Hamdani dan Farel Viandrez  menceritakan kepada TribunPadang.com,  Jumat (22/12/2023) tentang keberuntungan serta kesempatan kedua mereka untuk hidup setelah terkena sambaran petir.

Kejadian nahas itu dimulai saat mereka berteduh bersama di sebuah pondok menunggu hujan reda dan rehat sejenak dari ladang.

Baca juga: 5 Korban Disambar Petir di Sijunjung Dimakamkan dalam Satu Liang Lahat, Penggalian Pakai Alat Berat

Farel Viandrez korban selamat dari sambaran petir di Nagari Muaro Bodi, Kecamatan IV Nagari, Sijunjung, Jumat (22/12/2023).
Farel Viandrez korban selamat dari sambaran petir di Nagari Muaro Bodi, Kecamatan IV Nagari, Sijunjung, Jumat (22/12/2023). (TribunPadang.com/Arif Ramanda Kurnia)

Arbi menjelaskan saat hujan sudah mulai reda mereka berangsur- angsur mau pulang, Arbi dan Farel keluar duluan dari pondok untuk mengambil sandal dan sepatu.

“Saya dan farel berada di belakang pondok untuk mengambil sandal persiapan pulang kerumah, belum siap memakai sepatu bot tiba-tiba ada suara ledakan besar dan kilatan cahaya,”jelas Arbi.

Kilatan cahaya yang terlihat berwarna merah mengalir dari gerobak yang berada dekat Ardi, aliran itu mengenai kaki sebelah kanan sehingg membuat tangan dan tubuhnya bergetar kejang.

Ardi juga merasakan telinganya berdengung serta matanya pun tidak bisa melihat.

“Saya beranggapan sudah meninggal kondisi gelap semuanya tak terlihat apa-apa, tetapi ada suara yang memanggil,”jelasnya.

"Pak ongah, tolong-tolong," ternyata itu suara Farel hingga membuat Arbi sadar seketika.

Baca juga: Berteduh di Pondok, 7 Peladang Sijunjung Tersambar Petir, 5 Meninggal Dunia

Dalam suasa yang gelap Arbi berusaha mencari farel, akhirnya farel menjangkau kaki Ardi.

“Kaki saya berhasil dijangkau oleh Farel akhirnya kami  berdua saling bantu untuk berdiri, mata tadi sudah mulai sedikit melihat kemudian kami berusaha pergi ke pondok sebelah yang tak terlalu jauh,”jelas Arbi.

Ketika mau pergi ke pondok sebelah, Farel teringat dengan handphonenya dan dia berusaha menjangkau tetapi ia melihat orang di pondok telah hangus, Arbi menyuruh farel untuk selamatkan diri dahulu.

Setelah Arbi dan Farel sampai ke pondok sebelah ternyata ada anak-anak yang juga berteduh.

“Ketika saya sampai di pondok sebelah, anak-anak yang berteduh itu segera membantu, mereka melihat ke pondok kami ternyata lima orang itu sudah hangus,”ucap Arbi.

Baca juga: Bappeda Sumbar Apresiasi Pemkab Sijunjung, Kabupaten Kedua Tercepat Susun RPJPD Tahun 2025-2045

Suasana pemakaman lima korban disambar petir di Muaro Bodi, Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung, Jumat (22/12/2023).
Suasana pemakaman lima korban disambar petir di Muaro Bodi, Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung, Jumat (22/12/2023). (TribunPadang.com/Arif Ramanda Kurnia)

Arbi kaget dan baru sadar kalau teman-teman yang lain masih ada di pondok yang telah terbakar hangus.

Farel juga menceritakan hal yang sama kalau Arbi telah membantu menyelamatkannya.

“Ketika saya mau mencari sandal tiba-tiba ada ledakan besar dan badan saya bergetar hingga terpental, kemudian dengan panik merangkak mencari serta memanggil Pak Ongah (Ardi),”jelasnya.

Bagian lengan Farel masih sedikit luka dan kepalanya masih sedikit terasa pusing dan tak banyak mengingat hal yang terjadi semalam.

Arbi dan Farel tak sanggup melihat pondok yang telah mengenai teman-temannya karena tekanan mental disertai rasa sedih.

Arbi juga menceritakan kalau teman-temannya memang menggunakan handphone di dalam pondok untuk cahaya penerangan.

Mereka bersyukur bisa selamat dan diberi kesempatan kedua, sekarang Arbi dan Farel masih trauma dengan hujan lebat dan suara petir.(*)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved