Kota Solok

Petani di Solok Sebut Harga Padi Rp 10.800 per Sukek: Turun Dibanding Masa Panen Sebelumnya

Harga gabah kering di tingkat petani untuk jenis padi anak daro saat ini dihargai Rp 10.800 per sukek.

Penulis: Nandito Putra | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Nandito Putra
Sejumlah petani saat mengarungkan hasil panen padi di Lubuk Sikarah, Kota Solok, Kamis (22/6/2023). Saat ini padi per sukek (1,5 liter beras) di tingkat petani dihargai Rp 10.800. 

TRIBUNPADANG.COM, SOLOK - Harga gabah kering di tingkat petani untuk jenis padi anak daro saat ini dihargai Rp 10.800 per sukek.

Harga itu, kata salah seorang petani di Kota Solok bernama Ujang (63), turun dibanding musim panen sebelumnya.

"Panen terakhir sebelum ini untuk padi anak daro tembus Rp 12 ribu per sukek," kata Ujang kepada Tribunpadang.com, Kamis (22/6/2023).

Ia mengatakan satu sukekĀ  padi kering sama nilainya dengan 1,5 liter beras.

Ujang yang saat ditemui tengah mengarungkan hasil panennya mengatakan saat ini harga tersebut sudah terbilang tinggi.

Baca juga: Presiden Jokowi akan Lepas Benih Padi Varietas Inpago Saat Pembukaan Penas KTNA Padang

"Karena ini padi anak daro yang khusus. Ini yang bareh Solok asli itu," katanya.

Kendati mengalami penurunan harga, Ujang menilai hal itu masih dalam taraf yang wajar.

Di sisi lain, kata Ujang, saat ini hasil panen para petani di Kota Solok sedang lumayan.

"Kalau dikatakan sedikit tidak juga. Melimpah tidak juga. Artinya lumayanlah, bisa kembali modal dan ada keuntungannya," katanya.

Ujang adalah salah seorang petani yang punya lahan sawah di kawasan agrowisata Sawah Solok, Kecamatan Lubuk Sikarah.

Baca juga: Diminta Tingkatkan Produksi Padi, Solok Selatan Terima Bantuan Benih Unggul dari Pemprov Sumbar

Lokasi sawah ini berada tepat di pinggir jalan raya Lubuk Sikarah, dekat kantor Balaikota Solok.

Ia mengatakan saat ini adalah musim panen pertama di tahun 2023.

Panen sebelumnya terjadi pada awal Januari 2023. Ujang mengatakan dalam dua tahun, ia akan menanam sebanyak tiga kali.

"Rata-rata di sini dua tahun itu tiga kali tanam. Karena satu kali masa tanam itu 4 bulan. Belum lagi proses menyemai, membajak lahan dan sebagainya," katanya.

Menurut Ujang, saat ini kendala yang dihadapi petani adalah ancaman kekeringan sumber air irigasi.

Baca juga: Menikmati Pemandangan Hamparan Sawah Solok yang Menyegarkan Mata, Bisa Jadi Destinasi Akhir Pekan

"Sebelumnya masih banyak debit air irigasi. Ini karena sudah beberapa minggu tidak hujan, jadi air irigasi ikut mengecil," katanya.

Adapun untuk pupuk, kata dia, masih dapat subsidi dari pemerintah.

"Rata-rata semua petani di sini pakai pupuk subsidi. Syaratnya harus tergabung dalam kelompok tani," tandasnya (*)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved