Citizen Journalism

HIV/AIDS: Ketahui Penyakit Infeksi Oportunistik, hingga Sebabkan Kematian, dan Upaya Pencegahan

SETIAP individu tentunya menginginkan bisa hidup sehat dan terhindar dari berbagai penyakit. Kita juga memahami bahwa tidak ada seorangpun di dunia in

Editor: Emil Mahmud
healthynewbornnetwork.or/tribunnews
Ilustrasi: Hari AIDS Sedunia 

Oleh: Nadira Gustifani, Mahasiswa Prodi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (FIB Unand)

SETIAP individu tentunya menginginkan bisa hidup sehat dan terhindar dari berbagai penyakit. Kita juga memahami bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang secara sengaja ingin mengalami penyakit tertentu, salah satu nya penyakit HIV/AIDS.

Bagi penderita HIV/AIDS mungkin atau tidak pernah membayangkan bahwa perilaku yang mereka lakukan sebelumnya telah mengancam kehidupannya, dan mengakibatkan kenyataan yang tidak terduga yaitu terinfeksi HIV.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kementerian Kesehatan bahwa total pengidap HIV/AIDS yang tersebar diseluruh provinsi hingga Juni 2022 mencapai 519.158 orang.

Penularan HIV di Indonesia masih didominasi oleh kelompok heteroseksual sebanyak 28,1 persen dari total keseluruhan kasus. LGBT juga termasuk kelompok yang berisiko, yaitu sebanyak 18,7 persen dari total keseluruhan kasus di Indonesia.

Selanjutnya, jumlah kasus HIV/AIDS di Sumatera Barat juga meningkat. Data dari Dinas Kesehatan menunjukkan kasus HIV/AIDS di Sumatera Barat pada Tahun 2022 mencapai 2.704 orang, dan Kota Padang merupakan kota yang tertinggi dengan kasus HIV/AIDS.

Berbicara mengenai HIV/AIDS tentunya akan muncul beragam persepsi, dan pemahaman masyarakat yang bisa saja keliru, sehingga tidak memungkinkan akan menimbulkan pemaknaan dan label negatif terhadap penyakit tersebut.

Secara medis dapat dijelaskan bahwa Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh seseorang, khususnya sel CD4. Yakni bisa membuatnya lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sulit sembuh dari berbagai penyakit infeksi oportunistik dan bisa menyebabkan kematian.

HIV terutama ditularkan melalui hubungan seksual (para homo seksual dan heteroseksual) tanpa kondom, berbagi jarum suntik yang terkontaminasi, umumnya terkait dengan penggunaan narkoba suntikan, dan dari ibu ke anak saat melahirkan atau menyusui.

HIV juga dapat ditularkan melalui transfusi darah atau transplantasi organ jika tindakan skrining yang tepat tidak dilakukan.

Hubungan seksual tanpa pelindung dengan orang yang terinfeksi menimbulkan risiko penularan HIV yang signifikan. Virus dapat masuk ke dalam tubuh melalui robekan kecil atau lecet pada selaput lendir kelamin.

AIDS memiliki dampak besar pada individu dan komunitas di seluruh dunia. Selain dampak dari tampilan fisik, HIV juga membawa dampak emosional, sosial, dan ekonomi.

Orang yang hidup dengan HIV/AIDS sering menghadapi stigma, diskriminasi, dan isolasi sosial, yang dapat menghambat akses mereka ke layanan kesehatan dan kesempatan untuk kehidupan yang memuaskan ataupun normal.

HIV biasanya berkembang melalui berbagai tahap sebelum berkembang menjadi AIDS yang parah. Selama tahap awal, yang dikenal sebagai infeksi HIV akut, individu mungkin mengalami gejala mirip flu, termasuk demam, kelelahan, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar, dan ruam.

Gejala-gejala ini dapat hilang dengan sendirinya, menyebabkan fase laten klinis yang berkepanjangan, kondisi individu mungkin tidak menunjukkan gejala yang terlihat.

Pencegahan memainkan peran penting dalam mengekang penyebaran HIV dan mengurangi kejadian AIDS. Terkait dengan resiko penularan HIV dan AIDS dan bagaimana upaya pencegahannya, dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Ilustrasi: Hari AIDS Sedunia
Ilustrasi: Hari AIDS Sedunia (healthynewbornnetwork.or/tribunnews)

Di antaranya, tanpa melakukan hubungan seksual  bagi mereka yang masih sendiri/membujang, penggunaan kondom, apabila suami atau istri atau dua-duanya terindikasi berisiko tertular HIV, atau melalui tes telah positif HIV, dan jangan menggunakan jarum suntik yang tidak steril secara bergantian.

Selain itu, pendidikan seksual dan informasi yang tepat mengenai HIV dan AIDS sangat penting bagi masyarakat luas khususnya bagi perempuan dan para remaja agar mereka tidak terjerumus dalam kehidupan yang salah.

Hal ini sangat penting dalam meningkatkan kesadaran tentang cara penularan, memberikan edukasi praktik seksual yang aman, dan menekankan pentingnya penggunaan kondom.

Program pendidikan seksual yang komprehensif, khususnya di sekolah, membekali individu dengan pengetahuan dan keterampilan untuk membuat keputusan tentang kesehatan seksual mereka.

Selain itu, akses ke tes HIV, layanan konseling, dan program pengurangan dampak buruk bagi populasi berisiko tinggi merupakan komponen penting dari upaya pencegahan.

Dari apa yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS  tidak hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga  membutuhkan keterlibatan  masyarakat.

Lingkungan  keluarga, orang tua dan lingkungan sekolah dapat berperan penting dalam upaya pencegahan HIV dan AIDS dengan memberikan informasi tentang HIV dan AIDS kepada anak sejak usia dini.

Diharapkan dapat membantu mencegah anak  untuk tidak melakukan perilaku yang berisiko terhadap penularan HIV dan AIDS.(*)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved