Citizen Journalism

Bahasa Tanpa Rasa, Bisa Jadi Memicu Miskomunikasi

Hidup adalah warna, teranyam dari perpaduan tinta yang akan merangkai sebuah cipta -  Rovika Trioclarise BERBICARA tentang bahasa, ada banyak ahli ya.

Editor: Emil Mahmud
Istimewa/Buku Tematik
Ilustrasi: Cara dan Alat Komunikasi Masa Kini. 

Rasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2022) diartikan sebagai kemampuan untuk merasakan dan membedakan cita rasa dan bau, kualitas cita rasa suatu makanan atau minuman yang dihasilkan oleh kombinasi bahan-bahan yang digunakan, perasaan atau sensasi yang dirasakan oleh indra perasa terhadap sesuatu, dan pendapat atau penilaian seseorang terhadap sesuatu.

Dari definisi ini, rasa dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu hal. Hal dalam ini mengacu kepada bahasa.

Artinya, ketika rasa melekat pada bahasa dan digunakan untuk berkomunikasi maka penggunanya harus hati-hati sebab akan bertemali juga dengan rasa orang lain. Inilah yang dikatakan Revita (2003) dengan  konteks.

Konteks menjadi wadah agar rasa antarpeserta tutur menjadi sama.

Ike Revita, Penulis adalah Dosen Prodi Magister Linguistik FIB Unand
Ike Revita, Penulis adalah Dosen Prodi Magister Linguistik FIB Unand (ISTIMEWA)

Bagaimana jadinya bila bahasa itu tanpa rasa?

Dalam beberapa referensi yang saya baca, berkomunikasi bertemali erat dengan orang lain (Revita, 2022).  Artinya, saat berkomunikasi, seorang penutur seyogyanya memiliki rasa, sehingga dapat memilih tuturan dengan menggunakan strategi yang tepat.       

Hal yang menjadi persoalan adalah ketika rasa itu tidak ada. Inilah yang kemudian menjadi pemicu miskomunikasi atau misunderstanding.

Ketika kata memiliki sekeranjang makna, maka tuturan juga memiliki sekantung tafsiran. Untuk itulah rasa diperlukan.

Rasa dalam arti luas bersinonim dengan konteks. Konteks adalah wadah sebuah pertuturan (Revita, 2008). Konteks menjadi bagian yang penting dalam berbahasa.

Konteks menjadi bagian yang penting dalam berbahasa karena konteks merujuk pada situasi atau lingkungan di mana sesuatu terjadi atau dipahami.

Dalam konteks tertentu, makna suatu kata atau pernyataan dapat berubah atau bervariasi, tergantung pada konteks di mana kata atau pernyataan tersebut digunakan.

Dalam bahasa manusia, konteks dapat mencakup berbagai faktor seperti waktu, tempat, latar belakang budaya, situasi sosial, dan sebagainya.

Konteks juga dapat merujuk pada bagaimana informasi atau data disajikan dan dipahami dalam suatu domain atau bidang tertentu.

Konteks dapat mempengaruhi arti dan penggunaan kata-kata, frasa, dan bahasa secara keseluruhan. Sebagai contoh, kata "besar" dapat memiliki arti yang berbeda tergantung pada konteksnya.

Jika kita berbicara tentang ukuran suatu objek, besar dapat merujuk pada ukuran yang lebih besar dari rata-rata. Namun, jika kita berbicara tentang kuantitas atau jumlah, besar mungkin merujuk pada jumlah yang signifikan.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved