Kota Sawahlunto

Kerajinan Tenun Jembatan Merah Sawahlunto, Bertahan Sejak 53 Tahun Lalu, Kini Miliki 30 Mesin Tenun

Kerajinan Tenun Jembatan Merah Silungkang, merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) unggulan yang berasal dari Kota Sawahlunto, Sumatera Barat ...

Penulis: Hafiz Ibnu Marsal | Editor: Fuadi Zikri
Istimewa
Kerajinan Tenun Jembatan Merah, Kecamatan Silungkang, Kota Sawahlunto, Sumbar, Senin (27/2/2023). 

TRIBUNPADANG.COM, SAWAHLUNTO - Kerajinan Tenun Jembatan Merah Silungkang, merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) unggulan yang berasal dari Kota Sawahlunto, Sumatera Barat (Sumbar).

Pemilik Sentra Tenun Jembatan Merah, Aswan Basri (62) menyebutkan, tempat itu sudah berdiri sejak tahun 1970.

"Saya merupakan generasi kedua saat ini, sentra tenun Jembatan Merah kini sudah bertahan selama 53 tahun," ungkapnya kepada TribunPadang.com, Senin (27/2/2023).

Berbeda dengan tenunan Silungkang yang notabene membuat songket, Jembatan Merah memproduksi kain sarung dan bahan baju.

Untuk kain sarung, saat ini Tenun Jembatan Merah memiliki dua jenis yang diproduksi, di antaranya bahan Polyester dan bahan semi katun.

Baca juga: Pengelola Homestay Kampung Soegar & Kampung Talawi Terima Pelatihan dari Dinas Pariwisata Sawahlunto

Sementara, untuk bahan baju terdiri dari bahan semi katun, semi rayon dan bahan linen.

Dikatakan Aswan, untuk memproduksi tenunan, ia menggunakan mesin tenun otomatis.

"Saat ini kami telah memproduksi tenun dengan mesin, ada 30 mesin tenun yang kami miliki," ujarnya.

Ia menjelaskan, untuk satu buah mesin tenun bisa menghasilkan 8 potong kain dalam sehari.

Lanjutnya, pihaknya bisa memproduksi kain tenun sebanyak 240 potong dalam satu hari.

Baca juga: Parai City Garden Hotel Sawahlunto Gelar Donor Darah dan Bazar UMKM, Sediakan Hadiah Tiket Umrah

"Untuk empat mesin tenun bisa di handle oleh satu pekerja, jadi saat ini kita memiliki tujuh pekerja untuk produksi," tutur Aswan.

Adapun harga satuan dari kain tenun tersebut di antaranya, Rp 50 ribu sampai Rp 70 ribu untuk kain sarung.

Sementara, untuk satu stel bahan baju, Rp 150 ribu sampai Rp 350 ribu.

Meskipun begitu, kata Aswan saat ini pihaknya hanya memproduksi tenun menggunakan 15 unit mesin saja.

"Produksi saat ini mengalami penurunan yang signifikan, sehari kami hanya memproduksi sekira 120 potong kain tenun," imbuhnya.

Baca juga: Lebih Rendah dari Target Nasional, Prevalensi Stunting Sawahlunto Capai 13,7 Persen di 2022

Kata Aswan, hal tersebut terjadi sejak pandemi Covid-19 melanda, sehingga pemesanan kain tenun menurun drastis sejak tahun 2020 dan 2021.

"Dalam satu bulan sebelum pandemi Covid-19, kami bisa menjual sampai 4 ribu kain tenun, tetapi saat ini hanya sekira 2 ribu potong saja," jelasnya.

Menurutnya, sejak tahun 2022 pemasaran kain tenun baru mulai meningkat menuju kepada jumlah produksi semula.

"Kami berharap dengan meredanya pandemi Covid-19, ini bisa menjadi awal kebangkitan dari kain tenun ini dan menjadi seperti biasanya," pungkas Aswan. (TribunPadang.com/Hafiz Ibnu Marsal)

 

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved