Pemilu 2024

Parpol Rekrut Selebriti untuk Dulang Suara, Dedi Gumilar: Kegagalan Melahirkan Kader yang Bagus

Politikus Partai Gelora TB Dedi Miing Gumelar menyampaikan pandangannya terkait fenomena partai politik yang merekrut selebriti untuk mendulang suara

Editor: afrizal
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra (kiri) bersama Anggota DPR RI Fraksi PKB, Arzeti Bilbina (kedua kiri), Wakil Sekjen Partai Gelora, Dedi Gumelar (kanan), dan Founder dan CEO IT Reasearch And Politic Consultant (IPOL Indonesia), Petrus Haryanto (kedua kanan) menjadi pembicara dalam Diskusi Tribun Series II di Studio Kompas TV, Jakarta, Selasa (14/2/2023). Diskusi tersebut bertemakan 'Partai Politik Berebut Suara Selebritas: Membaca Konstelasi Politik Nasional Setahun Menjelang Pemilu 2024'. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNPADANG.COM, JAKARTA - Politikus Partai Gelora TB Dedi Miing Gumelar menyampaikan pandangannya terkait fenomena partai politik yang merekrut selebriti untuk mendulang suara menjelang Pemilu 2024.

Miing mengatakan hampir setiap lima tahun sekali muncul polemik yang sama terkait hal tersebut.

Menurut dia hal tersebut diantaranya karena adanya pandangan sebelah mata dari masyarakat terhadap pekerjaan selebriti khususnya dari kalangan seniman.

Bahkan dia pun pernah mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan terkait pandangan sebelah mata tersebut.

Baca juga: Tanggung Jawab kepada Pemilih, Arzeti Bilbina: Menyerap dan Menghimpun Aspirasi adalah Suatu Mandat

Menurutnya proses yang dijalani para selebriti khususnya seniman sebelum memutuskan masuk ke partai mana bukanhlah yang instan.

Para selebriti, kata dia, adalah orang-orang yang sudah berproses mengumpulkan modal sosial sejak awal.

Hal tersebut disampaikannya saat acara Tribun Network Series Mata Lokal Memilih bertajuk "Partai Politik Berebut Suara Selebritas: Membaca Konstelasi Politik Nasional Setahun Menjelang Pemilu 2024" di Menara Kompas Jakarta pada Selasa (14/2/2023).

"Kalau ada partai mengejar orang selebriti, realistis, mereka juga ingin mendapat suara. Dan boleh, tidak usah marah partai politik, ini juga bagian dari kegagalan partai politik juga melahirkan kader yang bagus," kata Miing.

"Kalau tidak, ngapain juga mengejar artis-artis kayak begini. Udah begitu 'dinafikkan' seolah kita tidak punya kemampuan apa-apa," sambung dia.

Baca juga: Lewat Mata Lokal Memilih, Tribun Network Turut Dorong Pilihan Demokrasi Lahir dari Perspektif Lokal

Meski partai politik membutuhkan suara namun menurut Miing selebriti ada baiknya bukan hanya direkrut karena popularitas sebagai vote getter melainkan juga harus menguasai substansi persoalan.

Ia pun menyoroti pentingnya visi dan misi bagi selebriti ketika menang dan masuk ke lembaga legislatif.

"Realistis partai butuh suara tapi juga dengan catatan. Bukan hanya karena dia populer, dikenal, lalu mengeruk sebagai vote getter tapi dia juga menguasai substansi," kata Miing.

Di sisi lain, kata dia, untuk terjun ke politik para selibriti tidak hanya membutuhkan modal sosial melainkan juga kemampuan finansial yang mumpuni.

Masyarakat kalangan bawah, menurutnya, tidak pernah menyelami visi misi para calon pemimpin politik dari kalangan selebriti.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved