Muktamar Muhammadiyah

Lanjutkan Kepemimpinan Muhammadiyah, Haedar Nashir: Sejengkal Didepankan dan Seinci Ditinggikan

Terpilih lagi sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir sampaikan prinsip kepemimpinan di Muhammadiyah.

Editor: Fuadi Zikri
TribunSolo.com/Muchlis Jr - Biro Pers Setpres
Sang petahana, Haedar Nashir meraup suara terbanyak dalam pemilihan 13 Anggota Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2022-2027, Minggu (20/11/2022) dini hari. Haedar Nashir meraih 2.203 suara. 

Dengan begitu, acara sidang pleno berakhir dengan lebih cepat.

Sementara penutupan Muktamar Muhammadiyah tetap dilakukan sekitar pukul 19.30 WIB oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Sebelumntya, Haedar yang merupakan Ketum PP Muhammadiyah itu mendapatkan 2.203 suara, sementara Anwar Abbas 1.820 suara atau selisih 383 suara.

Baca juga: Profil Haedar Nashir, Kandidat Utama Calon Ketum Muhammadiyah Periode 2022-2027, Raih 2.203 Suara

Pada posisi kedua yakni Sang Sekum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti dengan 2.159 suara.

Profil Haedar Nashir

Haedar Nashir resmi ditetapkan sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2022-2027, Minggu (20/11/2022).

Artinya Haedar Nashir terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah dua periode, sementara Abdul Mu’ti sebagai Sekum PP Muhammadiyah.

Pengumuman Haedar Nashir sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah ini disampaikan dalam Sidang Pleno VIII di  Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS pukul 12.30 WIB.

Keputusan dibacakan langsung oleh Ketua Panitia Pemilihan Muktamar ke-48, Dahlan Rais.

"Secara ringkas kami sampaikan bahwa rapat memutuskan Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2022-2027 Bapak Prof. Dr. Haedar Nashir," kata Dahlan Rais dikutip oleh TribunSolo.com.

Namun, mungkin banyak yang tidak menyangka, sebelum Haedar Nashir memimpin organisasi Muhammadiyah, dia pernah menjadi wartawan selama 10 tahun.

Ya, Haedar Nashir pernah menjadi kuli tinta selama sepuluh tahun (1985-1995) sebelum menjadi pemimpin redaksi majalah tertua di Indonesia, Suara Muhammadiyah.

"Ternyata untuk membikin news atau berita, biarpun kita biasa menulis di media itu tidak selalu dipandang tepat dan cocok untuk menulis sebuah berita. Sampai sering kita yakin sudah menulis dengan bagus itu kemudian dicoret-coret dengan tinta merah ala wartawan lama. Betapa terkoyaknya perasaan kita saat itu, ego kita seperti terkoyak saat itu," kenang Haedar Nashir dalam Webinar Peluncuran Lembaga Uji Kompetensi Wartawan Universitas Muhammadiyah Jakarta, dalam aplikasi Zoom dan disiarkan di Channel Youtube tvMU, Senin (5/10/2020), dinukil dari Tribunnews.com.

Haedar Nashir mengaku sempat sakit hati  saat hasil liputannya ditolak

Namun dia menganggap penolakan itu sebagai ujian agar dia menjadi jurnalis yang lebih tangguh dan profesional.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved