Stasiun Solok, Saksi Sejarah Kejayaan Kereta Api di Sumbar yang Kini Terbengkalai
Menurut warga sekitar stasiun Solok, gerbong kereta bewarna kuning itu pernah beroperasi dari tahun 2009 s.d 2014, melayani rute Batutabal-Sawahlunto
Penulis: Nandito Putra | Editor: Rahmadi
TRIBUNPADAN.COM, SOLOK - Seorang bocah laki-laki membayangkan dirinya adalah perampok di sebuah kota yang sibuk dan sedang dikejar polisi.
Jidan, nama bocah itu, terlihat berlari di atas rangkai gerbong kereta api. Dalam hal ini, Raul bertindak sebagai polisi dan mengacungkan telunjuk seolah menembaki Jidan dari bawah.
Suara dentuman kaki bocah kelas empat SD ini membikin pekak telinga. Ia dengan santai berlari dari ujung rangkaian kereta yang terdiri dari empat gerbong, meloncat mantap dari satu rangkaian ke rangkaian lain.
Selepas berlari di atas gerbong yang terparkir di Stasiun Solok, Sumatera Barat (Sumbar) itu, operasi penangkapan ini harus berakhir lebih cepat. Sebab dari balik jalan seoang lelaki dewasa meneriaki anak-anak itu agar tidak berlari di atas gerbong.
Rangkaian gerbong itu bewarna kuning. Ada motif garis biru yang membentuk sudut tumpul di bagian sisi kiri dan kanan tiap-tiap gerbong.
Baca juga: PT KAI Divre II Sumbar Sediakan Gerbong Khusus, untuk Angkut Sepeda, Wagub Audy: Mirip di Belanda

Cat gerbong sudah terkelupas di sana-sini. Coretan-coretan dari cat pilot tersebar di banyak titik.
Coretan itu membentuk motif macam-macam. Mulai dari tulisan "Ardi love Sinta" hingga coretan yang membentuk alat kelamin laki-laki.
Di bagian dalam gerbong, coretan tak kalah meriah, saling berebut tempat. Busa pada kursi penumpang sudah meninggalkan posisinya dan melihatkan rangka kayu sandaran bangku.
Bau pesing juga menguap dari salah satu gerbong ini. Kaca-kaca jendela gerbong juga sudah lama hilang dan tidak meninggalkan serpihan kalaupun kaca jendela itu sengaja dipecahkan.
Sementara pada rangkaian rel di stasiun Solok sudah dimakan semak belukar setinggi paha orang dewasa.
50 meter dari bangunan stasiun, berdiri sebuah dipo kereta yang biasanya digunakan untuk memperbaiki kereta yang bermasalah.
Baca juga: KAI Bentang Spanduk di Perlintasan Kereta Api Padang, Kampanye Keselamatan Pada Perlintasan Sebidang
Di sana, dua unit lokomotif diesel buatan Swiss Locomotive & Machine Work Winterthur tahun 1993 terpakir membisu.
Tak jauh dari lokomotif itu, terdapat dua rangkaian gerbong kereta barang peninggalan era Belanda. Di bagian dinding luar gerbong, tertulis GR 1931.
Menurut warga di sekitar stasiun Solok, gerbong kereta bewarna kuning itu pernah beroperasi dari tahun 2009 hingga 2014 silam, melayani rute Batutabal-Sawahlunto.
Lokasi Stasiun Kota Solok berada di Jl. Kartini No. 1 Kampung Jawa Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok.
"Dulu digunakan untuk kereta wisata setiap akhir pekan yang melewati jalur di tepi danau Singkarak," kata Jumadil, 59 tahun.
Baca juga: Minimalisir Kecelakaan Perlintasan Sebidang Kereta Api, Gubernur Sumbar: Optimalkan Jalan Inspeksi
Syahrial, 69 tahun, ingat betul kapan terakhir kali mendengarkan suara peluit tanda kereta batu bara siap melaju meninggalkan Stasiun Solok.
"Hari Senin di Minggu terakhir bulan Oktober 2003," kata pensiunan Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) ini kepada Tribunpadang.com, Selasa (8/11/2022).
Di tahun 2003 itu pula, kata Syahrial, jalur Sawahlunto-Padangpanjang dinonaktifkan. Kemudian disusul dengan penonaktifan jalur Padang Panjang-Lubuk Alung.
Sejak saat itulah, kata Syahrial, stasiun Solok mulai dilupakan.
"Ini adalah stasiun persilangan yang cukup sibuk, 24 jam kereta mengangkut batu bara berhenti, susul menyusul dengan lokomotif sebelum menaiki rel bergerigi di stasiun Batutabal menuju Padang Panjang," katanya.
Baca juga: Liburan dengan Kereta Api Perintis Lembah Anai, Cukup Beli Tiket Rp 3.000 per Penumpang
Ia menceritakan, di tahun 1980-an, stasiun solok juga memainkan peran penting bagi distribusi hasil bumi.
Ia mengatakan, kehadiran stasiun ini kemudian membentuk cikal bakal berdirinya pasar Raya Solok di dekat tempat yang kini dijadikan terminal.
"Di samping dipo lokomotif itu ada gudang penyimpanan hasil bumi sebelum dibawa menuju Padang Panjang," katanya.
Sekarang kejayaan Stasiun Solok tinggal kenangan. Sebagai saksi berkembangnya transportasi perkeretaapian dan industri tambang batubara Ombilin, ia masih tersimpan rapi di ingatan Syahrial dan mungkin juga sebagian kecil masyarakat yang peduli.