Kisah Inspiratif
Setrika Arang Milik Darul Zaman Seharga 1 Emas di Padang: Hasil Lipatan Kain, Jadi Tahan Lebih Lama
Seorang penyedia jasa setrika arang di Kota Padang bernama Darul Zaman mengungkapkan harga peralatan yang dipergunakan dihargai satu emas.
Penulis: Rima Kurniati | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Seorang penyedia jasa setrika arang di Kota Padang bernama Darul Zaman mengungkapkan harga peralatan yang dipergunakan dihargai satu emas.
"Harga setrika arang ini satu emas," begitulah kata Darul Zaman, saat ditemui TribunPadang.com di Lantai II, Komplek Padang Teater, Pasar Raya Padang, Sabtu (1/10/2022)
Berdasar kalkulasi atau hitungan harga untuk satu emas sama dengan 2,5 gram. Satu emas dipatok dengan harga sekitar Rp 2 Juta.
Apabila dilihat sekilas, setrika arang ini tampak sama dengan setrika pada umumnya.
Bagian bawah setrika yang besentuhan dengan pakaian tampak datar, berbentuk lonjong dan runcing.
Bagian tengah setrika berbentuk setengah tabung yang dihiasi dengan ornamen berbentuk segitiga sama sisi menghadap kebawah.
Di tabung setrika berisi arang yang masih membara.
Baca juga: Wisata Sumatera Barat: Mengunjungi 6 Objek Wisata di Kota Padang yang Jadi Cagar Budaya

Bagian atas setrika tampak penutup terbuat dari seng, bagian sisi kirinya tampak ditutup sementara bagian kanan terbuka.
Sisi kanan ini dibuka, tujuannya sebagai pintu masuk arang atau bara api.
Selanjutnya, terdapat tempat pegangan setrika yang terbuat kayu.
Tidak hanya itu, terdapat tempat meletakkan setrika setelah digosokkan pada pakaian.
Meskipun sekilas mirip dengan setrika umumnya, setrika arang ini ukurannya lebih besar dan sangatlah berat saat diangkat.
"Beratnya 4 kilogram/Kg sudah termasuk dengan arang," ujar pria asal Pariaman ini.
Pria berkumis tipis ini mengaku, setrika arang ini dibelinya seharga satu emas pada tahun 2009 yang lalu.
Ia membeli setrika tersebut dari penyedia jasa setrika arang yang tidak lagi mengeluti usaha tersebut.
Harganya terbilang mahal, dikarenakan bagian datar dan tabung setrika terbuat dari kuningan.
"Setrika Arang ini juga susah dicari, langka dan kita butuh," tutur pria akrab dipanggil Si Man.
Si Man menambahkan, bagian bawah dan tengah setrika arang haruslah terbuat dari kuningan.
Hal ini bertujuan agar kain tidak menghitam saat menempel pada pakaian.
"Sementara kalau terbuat dari besi, akan menghitam saat panas dan membuat pakaian yang digosokkan ikut menghitam," ujarnya.
Meskipun harganya terbilang mahal, ayah tiga orang anak itu mengaku ini bagian investasi.
Setrika arang itu satu-satunya milik Si Man.

Setrika arang ini bisa digunakan untuk waktu yang lama tanpa perawatan apapun.
"Tidak ada perawatan, kalau sudah selesai, saya pulang ke rumah, setrika diletakkan di sini begitu saja," ujarnya sambil menunjukan sebuah wadah besar tempat setrika arang diletakan.
Si Man menjelaskan, untuk mengunakan setrika arang, awalnya arang dihidupkan dengan korek api dan menggunakan minyak tanah.
Setelah arang membara, dimasukan kedalam setrika satu persatu menggunakan seng yang ukuran kecil.
"Tahan arang ini tergantung pakaian yang digojok," ungkapnya.
Si Man menambahkan, jika panas arang berkurang, dimasukkan arang tambahan.
"Setelah selesai, dibiarkan begitu saja, nanti arang akan dingin sendiri," tambahnya.
Pria berusia 62 tahun ini mengatakan setrika arang menghabiskan satu karung arang atau sekitar 12 kilogram arang setiap minggunya.
Menurutnya, pakaian yang digosok dengan setrika arang ini kualitas pakaian lebih rapi dan bagus, terutama pakaian yang baru selesai dijahit.
Di antaranya celana dasar, baju batik serta pakaian lainnya yang ada lipatan.
"Celana dasar, jika digosok dengan setrika arang, terutama bagian lipatan samping itu bisa tahan lebih lama dari pada setrika biasa," ungkap Si Man
Si Man menambahkan, biaya menggosok pakaian dengan setrika arang ini sekitar Rp 3000 sampai Rp 5000 tergantung jenis pakaian.
Sementara pelanggannya sendiri, kebanyakan penjahit pakaian dan masyarakat umum.
Ia buka toko dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB setiap harinya. (TribunPadang.com/Rima Kurniati)