Gempa Sumbar 2009

Cerita Relawan Gempa Padang 2009: Isak Tangis Warga, Mobil Motor Saling Bertabrakan, Bangunan Hancur

Kisah gempa Padang 2009 masih tersimpan rapi di memori Syahril Hakim, warga Berok Nipah, Padang. Gempa Padang ketika itu berkekuatan 7,6 SR

Penulis: Alif Ilham Fajriadi | Editor: Rizka Desri Yusfita
TribunPadang.com/Alif Ilham Fajriadi
Relawan gempa 30 September 2009 di Sumatera Barat, Syahril Hakim (50) memperlihatkan foto-foto terkait dampak gempa 30 September 2009 di Kota Padang. Gempa Padang 2009 berkekuatan M 7,6 meluluhlantahkan bangunan warga dan gedung-gedung pemerintahan. 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - 13 tahun berlalu, ingatan tentang gempa 2009 masih tersimpan rapi di memori Syahril Hakim (50), warga Berok Nipah, Kota Padang, Sumatera Barat.

Gempa Padang berkekuatan M 7,6 itu, telah meluluhlantahkan bangunan warga dan gedung-gedung pemerintahan.

Warga panik, motor dan mobil dipacu sekencang-kencangnya.

Tangis anak-anak dan ratapan masyarakat yang kehilangan kerabatnya, menemani sore kelabu dan berdebu pada 30 September 2009 itu.

Baca juga: Mengenang Gempa 2009 Sumbar: Ada Bangkai Mobil di Halaman Gedung Abdullah Kamil Yayasan Genta Budaya

Baca juga: Hotel di Padang yang Ambruk saat Gempa 30 September 2009, Banyak Korban Terjebak di Reruntuhan

Syahril Hakim, bercerita sembari memperlihatkan foto-foto peristiwa gempa 30 September itu.

"Saya tidak ikut mengungsi, tapi memantau di pinggir pantai, memantau apakah akan terjadi tsunami atau tidaknya," ucap Syahril kepada TribunPadang.com, Selasa (27/9/2022).

Syahril, masyarakat yang telah lama hidup di pinggir pantai, tentunya sudah paham tentang kondisi alam di tempat tinggalnya.

"Waktu gempa 2009 itu, saya turun sebagai relawan pribadi, dibekali pengetahuan yang terbatas dan didapatkan dari belajar semasa di Resimen Mahasiswa waktu perkuliahan," tutur lelaki yang sekarang menjabat sebagai Ketua Padang Bywatch itu.

Relawan gempa 30 September 2009 di Sumatera Barat, Syahril Hakim (50) memperlihatkan foto-foto terkait dampak gempa 30 September 2009 di Kota Padang.
Relawan gempa 30 September 2009 di Sumatera Barat, Syahril Hakim (50) memperlihatkan foto-foto terkait dampak gempa 30 September 2009 di Kota Padang. (TribunPadang.com/Alif Ilham Fajriadi)

Syahril mengatakan, setelah gempa 30 September meratakan banyak bangunan, suasana langsung berubah menjadi hening.

Keheningan itu berlangsung beberapa menit seusai warga melihat rumah-rumahnya roboh akibat gempa.

"Situasinya saat itu juga bikin bulu kuduk kita merinding, rumah saya juga roboh," ungkap Syahril.

Tak berselang lama usai keheningan, warga langsung panik dan berlarian sembari berteriak histeris.

Ada yang memanggil keluarganya, ada yang menangisi kehancuran rumahnya.

"Saat gempa itu, masyarakat lari ke sana ke mari, saking paniknya. Mereka menuju dataran tinggi karena takut tsunami," tambah Syahril.

Sosok Syahril Hakim (50), warga Berok Nipah, Kota Padang, Sumatera Barat pernah menjadi relawan gempa 30 September 2009.
Sosok Syahril Hakim (50), warga Berok Nipah, Kota Padang, Sumatera Barat pernah menjadi relawan gempa 30 September 2009. (TribunPadang.com/Alif Ilham Fajriadi)

Syahril mengungkapkan, kepanikan warga tersebut memberinya pelajaran dan pengalaman baru, bahwa panik dalam kondisi bencana alam bisa menyebabkan kecelakaan yang lebih parah.

"Baru pertama kali saya melihat orang yang tertabrak mobil atau motor tak ditolong."

"Pengalaman itu saya temukan saat gempa 30 September itu. Saking paniknya mereka, mobil dan motor saling tabrak menabrak untuk melarikan diri," jelas Syahril.

Namun, Syahril menegaskan, ia sudah paham tentang SOP saat terjadi bencana, bekal ilmu yang ia dapati itu ternyata sangat berguna di kondisi seperti gempa 30 September itu.

"Surat-surat berharga sudah saya masukkan ke tas, persediaan makanan juga saya amankan."

"Yang utama lagi saat bencana itu, jangan sampai panik, pikiran harus jernih," tegas Syahril, relawan pribadi saat gempa 30 September 2009.

Syahril menjelaskan, banyak bangunan yang hansur saat gempa 30 September 2009 itu. Hotel-hotel yang roboh juga banyak memakan korban.

"Salah satunya itu hotel Ambacang (sekarang Axana), roboh total itu, banyak juga korbannya," kata Syahril.

Waktu evakuasi berlangsung sekitar 3 jam usai gempa, ada yang terhimpit bangunan, dan ada yang panik.

Syahril menyampaikan, kepanikan warga saat bencana itu salah satunya disebabkan tak ada bekal ilmu untuk SOP kebencanaan.

Sebab, penyuluhan tentang sadar bencana ini sangat minim juga diberikan oleh pemerintah.

Walaupun ada, kata Syahril itu juga tak konsisten, hanya berjalan beberapa waktu saja.

"Pemerintah harus memperkuat juga mitigasi bencana, sebab Kota Padang ini sangat dekat dengan bibir pantai, masyarakat harus diedukasi untuk paham apa yang mereka lakukan saat terjadi bencana," pungkasnya. (TribunPadang.com/Alif Ilham Fajriadi)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved