Mengenalkan Silek Tuo Minangkabau Melalui Pagelaran, Ratusan Pendekar Silat Berkumpul di Payakumbuh
Ratusan pandeka silek (pendekar silat) dari berbagai kabupaten kota di Sumatera Barat (Sumbar) berkumpul di Kota Payakumbuh.
Penulis: Muhammad Fuadi Zikri | Editor: Rizka Desri Yusfita
Laporan reporter TribunPadang.com, Muhammad Fuadi Zikri
TRIBUNPADANG.COM, PAYAKUMBUH - Ratusan pandeka silek (pendekar silat) dari berbagai kabupaten kota di Sumatera Barat (Sumbar) berkumpul di Kota Payakumbuh.
Mereka memeriahkan pagelaran silek tuo yang diselenggarakan di Agamjua Art and Culture Cafe yang berlokasi di Padang Tangah, Kecamatan Payakumbuh Barat.
Diketahui, kegiatan bertemakan "Mamancak di Galanggang Mangambang Nan Talipek" itu sudah mulai diselenggarakan sejak 11 Juni 2022 dua hari lalu dan berakhir hari ini, 13 Juni 2022.
Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Sumbar, Supardi mengatakan, kegiatan ini hampir diikuti oleh seluruh sasaran (perguruan) silat di seluruh daerah di Sumbar.
Dia menyebut, setiap sasaran menampilkan atraksi pencak silat khasnya masing-masing.
Seperti sasaran silek Aia Udang dan Harimau Sakato dari Kabupaten Solok yang membawakan atraksi lukah gilo, yaitu sebuah permainan anak nagari zaman dulu.
"Dalam kegiatan ini kita memperkenalkan bahwa kita (silat tradisional Minangkabau) masih eksis," ujar Supardi yang juga menjabat Ketua DPRD Provinsi Sumbar kepada TribunPadang.com, Minggu malam.
Dia menuturkan pagelaran ini diselenggarakan dengan dua rangkaian kegiatan lainnya, yaitu Musyawarah Tuo Silek dan pameran kuliner tradisional Minangkabau.
Dijelaskannya, Musyawarah Tuo Silek telah selesai diselenggarakan di Kampuang Adat Balai Kaliki, Kenagarian Koto Gadang, Kota Payakumbuh pada 4 hingga 6 Juni 2022 lalu.
Dalam musyawarah tersebut, kata dia mengundang tuo silek (guru besar) dari berbagai sasaran di berbagai daerah di Sumbar.
Musyawarah digelar untuk merumuskan strategi bagaimana silat tradisional kembali menjadi salah satu pandangan hidup masyarakat Minangkabau terutama kaula muda.
"Silat itu tidak hanya bela diri, namun juga menanamkan karakteristik orang Minangkabau," katanya.
Baca juga: Menikmati Tradisi Makan Baradaik hingga Silek Lanyah di Desa Wisata Kubu Gadang Padang Panjang
Baca juga: Silek Art Festival 2021 di Kota Padang, Bentuk Pengembangan Kebudayaan Minangkabau
Menurut Supardi, dalam pembentukan karakter, silat tradisional Minangkabau itu melekat dua komponen penting, yaitu surau dan sasaran yang keduanya saling melengkapi.
Sehingga seorang pesilat tradisional tidak hanya pandai beladiri namun memiliki keimanan yang baik.
Namun kini katanya kebanyakan setiap sasaran tidak memiliki surau dan begitu juga sebaliknya, banyak surau yang tidak memiliki sasaran silek sehingga silat hanya menjadi beladiri.
"Dua komponen ini kita akui eksistensinya saat ini juga memang sudah mulai pudar, terutama bagi anak muda. Jadi ini yang akan kita bangkitkan lagi dengan mengenalkannya melalui pergelaran," terang dia.
Supardi melanjutkan, setelah musyawarah selesai dilakukan, pihaknya menggelar pagelaran di sebuah cafe di Kota Payakumbuh dengan tujuan sasaran anak milenial.
"Kita berharap dengan adanya pagelaran ini, generasi muda saat ini dapat mencintai kembali tradisi kita, kultur kita yang selama ini dilupakan," harapnya.
Terkait pameran kuliner, Supardi menambahkan, bakal digelar di Ngalau Indah pada Rabu (15/6/2022) mendatang.
Harapan Bangkitnya Silek Tuo Minangkabau
Zulfandri Yundra, tuo silek sasaran Harimau Sakato asal Kabupaten Solok mengatakan, rangkaian kegiatan itu merupakan sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu pihaknya.
Menurut Zulfandri, melalui musyawarah dan pagelaran silat yang diselenggarakan dapat membangkitkan kembali gairah dan eksistensi silek tuo Minangkabau.
Melalui musyawarah, para tuo silek dari berbagai sasaran bisa saling bertukar pikiran untuk memajukan salah satu beladiri tradisional Minangkabau tersebut.
"Melalui pagelaran kita bisa mengkampanyekan kepada banyak orang bahwa silek tuo merupakan warisan yang patut kita jaga dan lestarikan sekaligus menjadi kebutuhan kita," katanya.
Akmal Khairi, seorang pelaku silat dari sasaran Aia Udang yang juga berasal Kabupaten Solok mengatakan hal serupa.
"Saya berharap kegiatan ini rutin diselenggarakan, terutama pagelaran ini, kalau bisa setiap bulan ada," ungkapnya.
Diyanah (24), salah seorang penonton pagelaran di Agamjua Art and Culture Cafe mengaku takjub dengan berbagai atraksi pencak silat yang ditampilkan.
Ia menyebut selama ini ia hanya mengetahui silat itu sebatas beladiri dan salah satu olahraga yang pertandingkan melalui kejuaraan olahraga.
"Di sini saya melihat ternyata silat ini banyak macamnya dan tidak hanya sekadar beladiri, tapi lebih luas lagi, ada budaya dan karakteristiknya sendiri," katanya.
Dia berharap silek tuo Minangkabau dapat lestari dan terus dijaga terutama oleh generasi muda. (*)