UTBK SBMPTN
Demi Ikut UTBK SBMPTN di UNP Mita Berangkat Dini Hari Agar Tak Telat Sampai di Padang
Pelaksanaan UTBK hari pertama ini mengisahkan pejuangan para peserta, salah satunya Mita Riwanda (19)
Penulis: Rima Kurniati | Editor: afrizal
Laporan Reporter TribunPadang.com, Rima Kurniati
TRIBUNPADANG.COM, PADANG- Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) tahun 2022 melalui jalur masuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dimulai hari ini, Selasa (17/5/2022).
Pelaksanaan UTBK hari pertama ini mengisahkan pejuangan para peserta, salah satunya Mita Riwanda (19)
Mita Riwanda mengaku, berangkat pukul 02.00 WIB dini hari dari rumahnya untuk mengikuti UTBK SBMPTN di Kampus UNP Air Tawar.
Baca juga: Kisah Pejuang UTBK-SBMPTN 2022 di Padang, Salah Lihat Jadwal padahal Jauh-Jauh dari Kerinci\
Baca juga: Kata-kata Semangat untuk Pejuang UTBK SBMPTN 2022, Percaya pada Diri Sendiri
Ia berangkat dini hari, sebab jarak rumahnya ke kampus UNP terbilang jauh.
"Saya dari Payakumbuh, berangkat jam 2 pagi sampai jam 6 pagi," kata Mita, Selasa (17/5/2022).
Pada UTBK SMBPTN perdananya ini, Ia memilih jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan Bimbingan Konseling (BK).
Alasannya, Mita ingin menjadi seorang guru.
"Saya memilih jurusan ini karena ingin menjadi guru," ungkapnya.
Siswa lulusan SMA 1 Suliki Payakumbuh jurusan IPS ini mengaku belajar rutin setiap harinya sejak dinyatakan tidak lulus SNMPTN
"Belajar dari buku, buku diberikan sekolah," ungkapnya.
Tidak hanya belajar, Mita juga minta restu orang tua.
Baca juga: Pelajari Kisi-kisi Soal Peserta UTBK SBMPTN 2022 Saintek: Matematika IPA, Kimia, Biologi, Fisika
Berangkat ujian ke kampus UNP, Mita ditemani oleh ibu, ayah, tante dan neneknya.
Ibu Mita, Mimi Rosita (43) mengaku merental mobil demi mengantar anaknya ikut UTBK SBMPTN.
"Berangkat jam 2 pagi sampai jam 6 subuh, karena kita takut terlambat," ungkapnya.
Mimi mengatakan, bapak, nenek, dan tante Mita ikut mengantar sebagai bentuk dukungan pada anak pertamanya.
"Keluarga saya belum ada yang kuliah. Kami inggin anak kuliah sebab kami hanya kesawah bertani sehari-harinya," ungkapnya. (*).