Kisah Awal Konservasi Ikan Bilih Endemik Danau Singkarak oleh Semen Padang, Sukses Lepas 4.000 Bibit

Ikan bilih jenis mystacoleucus padangensis merupakan ikan endemik Danau Singkarak, Sumatera Barat dan satu-satunya di dunia.

Penulis: Panji Rahmat | Editor: afrizal
TribunPadang.com/RahmatPanji
Konservasi ikan bilih di area Kehati PT Semen Padang, terlihat pihak PT Semen Padang dengan LPPM UBH sedang memindahkan bibit ikan bilih untuk melakukan restocking ke habitat aslinya 

Laporan Reporter TribunPadang.com, Rahmat Panji

TRIBUNPADANG.COM, PADANG- Ikan bilih jenis mystacoleucus padangensis merupakan ikan endemik Danau Singkarak, Sumatera Barat dan satu-satunya di dunia.

Namun populasinya terus mengalami penurunan.

Tercatat tahun 1998 di Danau Singkarak terdapat 736,46 ton populasi ikan bilih.

Lalu pada tahun 2003 populasi ini menurun sebanyak 50 persen dan menyentuh angka 352.3 ton.

Baca juga: Universitas Bung Hatta dan PT Semen Padang Lestarikan, dan Tebar Benih Ikan Bilih ke Danau Singkarak

Baca juga: Pembenihan Ikan Bilih di PT Semen Padang Ditebarkan ke Danau Singkarak: Kontribusi untuk Lingkungan

Penurunan demi penurunan tersebut juga terus terjadi hingga tahun 2022.

Terlebih kondisi Danau Singkarak sudah memprihatinkan.

Operasi penangkapan makin hari makin agresif.

Ditambah sudah ada penangkapan yang dilakukan dengan bagan pada 5 tahun terakhir.

Penangkapan dengan bagan itu berlangsung tidak selektif, di mana harusnya hanya ikan tertentu yang ditangkap.

Tapi di Danau Singkarak semua jenis dan ukuran tetap jadi sasaran.

Sehingga muncul kekhawatiran kalau dibiarkan seperti ini populasi ikan bilih akan berkurang.

Melihat kondisi ini PT Semen Padang bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Bung Hatta melakukan konservasi ikan endemik ini di area Kehati PT Semen Padang.

Kepala DKP Provinsi Sumbar Desniarti (tengah) didampingi Kepala Unit Humas & Kesekretariatan PT Semen Padang Nur Anita Rahmawati (kiri) dan staf CSR Jimi (kanan) saat berkunjung ke area konservasi bilih PT Semen Padang, Senin (14/3/2022).
Kepala DKP Provinsi Sumbar Desniarti (tengah) didampingi Kepala Unit Humas & Kesekretariatan PT Semen Padang Nur Anita Rahmawati (kiri) dan staf CSR Jimi (kanan) saat berkunjung ke area konservasi bilih PT Semen Padang, Senin (14/3/2022). (Semen Padang)

"Konservasi ini sudah kami lakukan selama 4 tahun terakhir (2018-2022) mulai dari konservasi ex-situ," kata Prof Hafrijal Syandri, yang menjadi Ketua peneliti konservasi ikan bilih.

Awalnya tahun 2018 LPPM UBH membawa sebanyak 6.000 bibit dari danau Singkarak.

Namun hanya 5.000 bibit yang bertahan saat dipindahkan ke area Kehati Semen Padang.

Bibit tersebut dikembangbiakkan melalui metode konservasi ex-situ yaitu membuat habitat baru dengan kapasitas kecil di area kehati PT Semen Padang.

Habitat baru ikan bilih ini dibuat menyerupai habitat aslinya di Danau Singkarak.

"Dapat dilihat di sini kami sediakan kolam yang berbentuk danau kecil serta ada aliran air yang masuk seperti sungai kecil," sebutnya.

Melalui miniatur danau Singkarak tersebut ikan endemik itu bisa beradaptasi dengan baik.

"Dan ternyata dari hasil kajian kami, ikan bilih tersebut bisa naik ke saluran yang dianggapnya sungai karena ada arus terjadi pada setiap waktu," terangnya.

Setelah sukses beradaptasi konservasi ikan bilih ini mulai menunjukan perkembangan dari segi reproduksi.

"Ternyata bibit ini terus berkembang secara alami dengan matang, yang jantan memiliki sperma lalu betina juga bertelur," bebernya.

Dari proses reproduksi tersebut populasi konservasi ikan bilih ini perlahan meningkat.

LPPM UBH mencoba untuk memijahkan sel telur dan sperma secara buatan.

Hal itu dilakukan dengan menangkap induk betina yang hendak bertelur dan induk jantan memiliki sperma serta siap dipijahkan.

Setelah induk jantan dan betina ditangkap, perut masing-masing induk ditekan perlahan agar mengeluarkan sperma dan telur.

"Lalu kami seleksi dan masukan ke wadah kecil yang diberi bubuk ayam lalu di kasih air, diaduk selama 2-3 menit lalu ditebar ke kolam terpal dan biarkan menetas sekitar 20 jam," ungkapnya.

Telur yang sudah menetas itu baru diberi makan saat usia 4 hari dengan kuning telur.

Waktu berusia 13 hari baru kembali berganti jenis makanan.

Pembenihan buatan ini juga berlangsung baik, hasilnya dibesarkan dalam kolam terpal dan aquarium sebelum hidup bersama di miniatur danau Singkarak di area Kehati PT Semen Padang.

Empat tahun melakukan konservasi, pada tahun 2022 populasi ikan bilih di area kehati PT Semen Padang sudah mencapai 13 ribu ekor.

"Kami tafsir melalui hitungan dengan sampling biasa kira-kira jumlahnya sebanyak 13 ribu ekor," tuturnya.

Perkembangan itu juga terlihat bila sebelumnya ikan bilih hanya ditampung dalam satu kolam pada tahun 2022 sudah menepati duabkolam di area kehati PT Semen Padang.

Setelah keberhasilan ini LPPM UBH bersama PT Semen Padang melakukan restocking ikan bilih ini ke habitat aslinya di Danau Singkarak.

Dalam tahap restocking kali ini menurut Hafrijal, PT Semen Padang melepas 4.000 ikan bilih di Danau Singkarak.

"Sekarang kurang lebih dari konservasi yang dilakukan sudah ada 13.000 ikan bilih yang kami hitung melalui sampling," sebutnya.

Dari 13.000 ribu itu hanya sekitar 4.000 yang dilepas, sisanya akan tetap berada di PT Semen Padang untuk terus dikembangkan.

"Kami tidak lepaskan semuanya karena di sini juga akan terus dilakukan pengembangan, jadi hanya beberapa yang dilepas (restocking)," sebutnya.

Sedangkan untuk ukuran ikan bilih yang direstocking berkisar 5 cm, ukuran tersebut menurutnya sudah masuk dalam tahap dewasa.

Acara pelepasan ini berlangsung Nagari Sumpur Kecamatan Batipuh Selatan Kabupaten Tanah Datar, Senin (21/3/2022).

Keberhasilan hingga melakukan restocking ini masih tahap awal bagi PT Semen Padang dengan LPPM UBH untuk menyelamatkan ikan bilih dari kepunahan.

"Selain mengembalikan ke habitat aslinya kami juga merekomendasikan di tebar di tempat danau lain sehingga bertambah habitatnya sehingga kalau di danau singkarak mengalami kepunahan masih ada di danau lain," katanya.

Hal itu dilakukan setelah produksi benih bisa berlangsung secara stabil dan masif.

"Kami akan mencari lokasi yang memiliki tekstur dan kandungan sama dengan danau singkarak, mungkin akan dicoba di danau kerinci," bebernya.

Pihak LPPM UBH juga takut nantinya jika populasi ikan bilih habis akan berdampak pada ekologi di danau Singkarak pada masa mendatang.(*)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved