Kota Bukittinggi
Masih Stok Lama, Pedagang Tradisional di Bukittinggi Jual Minyak Goreng Pakai Harga Lama
Harga minyak goreng di Pasar Tradisional Kota Bukittinggi saat ini masih relatif rendah, Kamis (17/3/2022).
Penulis: Muhammad Fuadi Zikri | Editor: Emil Mahmud
Disejumlah swalayan, minyak goreng kemasan kini dijual seharga Rp20.000 hingga Rp25.000 per liter.
Baca juga: Operasi Keselamatan Singgalang 2022, Polres Sijunjung Terbitkan 69 Tilang, dan 417 teguran
Harga Eceran Minyak Goreng Kemasan
Dilansir TribunPadang.com, harga eceran minyak goreng kemasan di Kota Bukittinggi meledak, Kamis (17/3/2022).
Melambungnya harga kebutuhan pokok ini diketahui karena pemerintah pusat mencabut ketentuan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng uang sebelumnya berlaku.
Ketentuan itu mengatur tiga jenis harga minyak goreng yang berbahan kelapa sawit.
Rinciannya, minyak goreng curah seharga Rp11.500 per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp13.500 dan yang premium Rp14.000 per liter.
Hal itu dilakukan pemerintah pusat sehubungan dengan relaksasi harga minyak goreng kemasan sederhana dan premium.
Kebijakan ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan stok minyak goreng kemasan di pasaran.
Kepala Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan Kota Bukittinggi, Nauli Handayani mengatakan, pasca dicabutnya ketentuan itu, kini pemerintah hanya mengatur HET minyak goreng curah.
Sementara untuk minyak goreng kemasan disesuaikan dengan kondisi keekonomian.
• Pasca HET Dicabut, Harga Minyak Goreng Kemasan di Pariaman Tembus Rp 44 hingga 50 Ribu Per Dua Liter
Baca juga: Masyarakat Keluhkan Antrean Panjang Kendaraan saat Mengisi BBM Jenis Solar di SPBU Kayu Gadang
Kata Nauli, kebijakan ini tertuang dalam Surat Edaran Menteri Perdagangan RI Nomor 9 Tahun 2022 yang mulai berlaku kemarin.
"Jadi yang diatur hanya minyak goreng curah, yaitu Rp19.500 per liter," terangnya dihubungi TribunPadang.com, Kamis siang.
Nauli mengungkapkan, harga minyak goreng yang saat ini beredar di pasaran merupakan harga yang telah disesuaikan dengan kondisi keekonomian.
"Jadi harga modalnya berapa, untungnya berapa, itu yang menentukan harga jualnya," jelas Nauli.
Pihaknya kini hanya dapat memastikan agar ketersediaan salah satu kebutuhan pokok itu tetap memenuhi kebutuhan masyarakat.