Gempa Guncang Pasaman Barat
Longsor Material Tutupi Jalan Nagari Kajai, Pasaman Barat, Lima Warga Sempat Terkepung
Pada hari Senin (28/2/2022) sekira pukul 22.00 WIB sebuah peristiwa longsor terjadi di Nagari Kajai, tepatnya di Limpatu.
Penulis: Wahyu Bahar | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM, PASAMAN BARAT - Pada hari Senin (28/2/2022) sekira pukul 22.00 WIB sebuah peristiwa longsor terjadi di Nagari Kajai, tepatnya di Limpatu, Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Padang, Asnedi, menjawab wartawan pada Selasa (1/3/2022).
Menurutnya, akibat material longsor yang menutupi jalan, setidaknya lima orang terjebak di daerah itu.
"Adapun kelima orang itu berada di dalam satu kendaraan roda empat," ujar Asnedi.
Sejauh ini kata Asnedi, kondisi Jalan dari Nagari Kajai menuju Talu memang rawan akan terjadinya longsor.
Setelah di telusuri oleh Tim Basarnas ternya setelah di kroscek, korban di dapat data korban diketahui ialah Hendri ( 24), Iklan ( 22), Yelga (22), Ainun (19), dan Siva (11).
"Mereka tujuan akan ke Kajai, namun di tengah jalan akibat hujan deras sejak sore hari membuat material dari perbukitan di pinggir tebing berbatasan menutup akses jalan mereka baik di depan dan belakang mobil mereka," kata dia.
Korban berhasil dievakuasi pada hari Selasa (1/3/2022) pada pukul 05.08 WIB.
"Semua warga yang terkepung berhasil di evakuasi oleh tim dalam kondisi selamat dengan mencari jalan lain menuju lokasi para pengungsian korban," kata dia
"Korban berhasil di evakuasi dan sudah di bawa ke Kantor Bupati Pasaman Barat," pungkas dia.

Mengungsi ke Ladang Jagung
Dilansir TribunPadang.com, empat keluarga terdampak gempa di Nagari Malampah Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman sempat mengungsi ke sebuah ladang jagung pada hari Jumat (25/2/2022) malam.
Yurnita (47) ialah salah seorang dari empat keluarga yang selama satu malam terpaksa mengungsi ke sebuah ladang jagung itu.
Menurutnya, ia dan empat keluarga lain tidak punya pilihan untuk mengungsi di tempat lainnya.
"Malam itu kami hanya menggunakan terpal plastik sebagai pengganti atap," ujar Yurnita kepada wartawan, Senin (28/2/2022).
Malam itu, kata dia, hujan juga turun selama beberapa jam.
"Tetap saja badan kami basah, karena alas atau tikar seadanya saja," kata Yurnita.
Barangkali, tambah dia, pada hari pertama sebagian keluarga terdampak gempa di Malampah tiada terpantau oleh bantuan dari pemerintah atau pihak lainnya, apalagi lokasi pengungsian mereka terpecil.
Baca juga: Pengungsi Terdampak Gempa Mulai Diserang Penyakit, Petugas Kesehatan Pastikan Obat-obatan Lengkap

Baca juga: Pengungsi Mulai Diserang ISPA dan Diare, Dokter: Dirasakan Semua Kalangan Termasuk Anak-Anak
Jadi, pada malam itu, keluarga Yurnita merasai kedinginan dan tak bisa tidur nyenyak.
Sementara, gempa susulan masih terus terjadi yang membuat keluarganya ketakutan.
Adapun kata dia, ladang tersebut juga menjadi lokasi pengungsian bagi puluhan masyarakat lainnya.
"Sekitar 100 orang berada di sana malam itu," ujar Yurnita.
"Kasihan anak-anak malam itu, ada yang menangis minta susu, ada yang menangis karena lapar, namun kami tidak bisa berbuat banyak, yang penting nyawa kami selamat, itu yang terpenting," tambah Yurnita.
Kemudian, pada hari Sabtu (26/2/2022) empat keluarga yang rumahnya berdampingan ini memutuskan pindah lokasi pengungsian.
Empat keluarga ini pindah mengungsi ke rumah salah satu saudara di dekat pasar tigo nagari.
Namun, esok harinya, yaitu pada hari Minggu (27/2/2022) empat keluarga ini pindah lokasi pengungsian di seberang jalan depan rumahnya.
Di sana terdapat halaman rumah warga lain yang cukup proporsional dan sekiranya aman untuk dijadikan lokasi pengungsian.
"Kembali kami pasang terpal dan dibantu oleh kepolisian," lanjut dia.
Ia mengungkapkan, bantuan baru diterima oleh empat keluarga ini pada hari Minggu (27/2/2022) berupa beras hingga telur.
"Bantuan makanan Alhamdulillah mencukupi," kata dia.
Bantuan yang diterima tak jarang juga diberikan oleh masyarakat yang melintas di jalan Nagari Malampah itu.
Sementara, surat-surat berharga masih terkurung di dalam rumah, dan belum bisa dicari karena reruntuhan bangunan.
Saat ini, kata dia, satu diantara empat rumah yang berjejer itu sudah rubuh total, sedangkan tiga lainnya retak pada bagian dinding.
Adapun kata dia, saat ini mereka butuh tikar, selimut, dan susu formula.(TribunPadang.com/Wahyu Bahar)