Harga Kedelai Tinggi, Produsen Tahu di Bukittinggi Mengeluh, Rosnita: Untungnya Tidak Seberapa
Harga kacang kedelai impor mengalami kenaikan. Kenaikan ini berimbas pada produksi tahu di Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar).
Penulis: Muhammad Fuadi Zikri | Editor: Rizka Desri Yusfita
Laporan Jurnalis TribunPadang.com, Muhammad Fuadi Zikri
TRIBUNPADANG.COM, BUKITTINGGI - Harga kedelai impor mengalami kenaikan.
Kenaikan ini berimbas pada produksi tahu di Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar).
Banyak produsen tahu yang terpaksa mengurangi produksi setiap harinya untuk menghindari kerugian.
Bahkan, ada juga produsen tahu yang terpaksa mengurangi ukuran tahu yang di cetak.
Baca juga: Harga Pangan di Bukittinggi Merangkak Naik, Cabai Keriting Capai Rp50 Ribu Per Kilogram
Rosnita, salah satu pengusaha tahu di Mandiangin, Kota Bukittinggi menyampaikan keluhannya.
Ia menyebut, kedelai yang menjadi bahan utama pembuatan tahu itu sudah melambung naik sejak awal 2022 ini.
Sejak itu pula ia berangsur-angsur mengurangi produksi tahu dan sampai kini ia telah mengurangi produksi tahu di pabriknya hingga 50 persen.
"Sekarang di sini kami hanya mengisi langganan saja, kami tidak simpan stok lagi," ujarnya saat berbincang dengan TribunPadang.com di pabriknya, Senin (21/2/2022).
Baca juga: Harga Minyak Goreng di Pasar Tradisional Bukittinggi Masih Tinggi, Paling Murah Rp 16 Ribu per Liter
Rosnita menuturkan kini harga kacang kedelai asal Amerika Serikat itu satu karung berat 50 kilogram dibandrol seharga Rp585 ribu.
"Sebelumya harganya jauh di bawah itu, naiknya sampai ratusan ribu," terangnya.
Keuntungan dari setiap tahu yang ia cetak jauh menipis dari pada biasanya.
Meski demikian, ia belum berani menaikkan harga tahu lantaran takut diprotes dan kehilangan pelanggan.
"Sampai sekarang saya masih jual Rp70 ribu per cetakan," ucapnya.
Rosnita melanjutkan, kurangnya jumlah cetakan juga sangat berdampak terhadap kerja pegawainya.