Opini Citizen Journalism

Kamuflase Lewat Bahasa

DIAM adalah emas, tapi bicara baik adalah berlian. Maka berbuat baiklah!– Anonim. Berbicara tentan

Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA/DOK.PRIBADI
Ike Revita, Dosen Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Andalas 

Saat penutur Bahasa A menggunakan Bahasa B, maka kemampuan berbahasa B penutur Bahasa A tidak akan sefasih penutur asli Bahasa B.

Akan berbeda jika penutur Bahasa A memiliki orang tua penutur Bahasa B tetapi Bahasa A ini sudah menjadi bahasa ibunya. Dengan kata lain, penutur ini termasuk ke dalam native bahasa ibunya ini.

Terjadinya kontak bahasa atau kawin campur antarpenutur bahasa yang berbeda dapat menjadi salah satu penyumbang dari kamuflase berbahasa.

Misalnya, ketika si A yang berasal dari Suku X menikah dengan si B yang berasal dari Suku Y. A dan B adalah penutur dua bahasa berbeda.

Saat mereka memiliki anak, salah satu dari bahasa A dan B atau mungkin Bahasa C  menjadi bahasa ibu bagi anak mereka.

Saat anak ini berkomunikasi menggunakan bahasa dari Suku Y, bisa saja identitas Suku Y ini tidak tergambar.

Demikian juga saat menggunakan bahasa Suku X, karena justru yang lebih dominan adalah Bahasa Z sebagai bahasa ibunya.

Ini adalah contoh kamuflase bahasa tetapi tidak sengaja dilakukan. Disebutkan demikian karena perkawinan campuran dapat membuat anak menjadi bilingual atau multilingual.

Bilingual untuk bahasa ayah dan ibunya, dan multilingual untuk bahasa lain yang dikenalkan ke anak saat pertama kali lahir.

Ike Revita, Dosen Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas
Ike Revita, Dosen Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas (ISTIMEWA/DOK.PRIBADI)

Fenomena ini banyak terjadi dalam masyarakat. Sungguhpun demikian, kamuflase bahasa ini memang tidak bisa dihindari.

Apalagi dengan kecanggihan teknologi yang membuat dunia begitu dekat. Menggunakan teknologi, orang dapat berkomunikasi dari satu belahan bumi ke belahan lainnya.

Komunikasi itu salah satunya menggunakan media smart phone. Dengan fitur yang juga canggih, banyak informasi yang bisa dibagi.

Membutuhkan dana yang cukup murah, interaksi lintasbahasa dengan mudah dapat dilakukan.

Kemudahan ini juga menjadi penyumbang dalam menciptakan kamuflase berbahasa.

Kontak bahasa dapat memperkaya kemampuan seorang penutur lewat penguasaan bahasa lain.

Dengan smartphone, intensitas kontak bahasa bisa ditingkatkan.

Ini adalah realita bahwa kamuflase dapat dilakukan lewat bahasa. Kamuflase untuk hal positif bisa diteruskan tetapi tidak untuk yang negatif.(*)

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved