Saran Asrinaldi untuk Pemda terkait Pernyataan Megawati soal Sumbar yang Sudah Berubah
Pengamat Politik Universitas Andalas (Unand) Asrinaldi minta semua pihak mengapresiasi positif pendapat Ketua Umum PDIP Megawati
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: afrizal
Hal itu dilihat dalam konteks Pemilu yang dihasikan dan isu-isu tentang agama selalu dibenturkan dengan nasionalisme, sehingga menjadi pertanyaan bagi Megawati, kenapa ini bisa terjadi.
"Ini barangkali yang menjadi kegelisahan beliau yang harus dipahami sebagai kritik membangun untuk Sumbar," ujar Asrinaldi.
Soal musyawarah mufakat, kata Asrinaldi, itu juga bagian dari fakta yang harus dipahami bahwa hari ini Minangkabau yang dikenal dengam demokrasi dan liberatifnya, ini sudah tidak lagi ditemukan terutama dalam kehidupan bernagari.
Untuk memilih seorang pemimpin di nagari, itu lebih dominan menggunakan cara-cara liberal, dipilih melalui kampanye, tanpa melihat bagaimana silsilah latar belakang dan kemampuan sehingga suara terbanyak itu yang menang.
Padahal di nagari itu sebenarnya lebih mengutamakan musyarawah mufakat , tidak ada voting yang ada dalam konteks ini.
"Saya pikir harus direspon secara positif, jangan dianggap ini sebagai bentuk hukuman," sebut Asrinaldi.
Menurut Asrinaldi, ini menjadi catatan bagi orang Minangkabau, apakah harus menolak atau menafikan itu.
"Saya pikir tidak bijak juga, justru harus bersyukur, sebagai seorang mantan presiden, beliau dua tahun terakhir memberi perhatian khusus ke Sumbar."
"Harusnya orang Minang sadar dalam konteks secara individual memang juga sudah mulai berkurang pemikiran-pemikirannya dikutip dan digunakan, padahal kita bagian dari Indonesia yang besar ini," tutur Asrinaldi.
Pemerintah daerah, kata Asrinaldi, menanggapi ini bisa dengan membuat kebijakan dalam bidang pendidikan yang harus dikembangkan.
Kemudian karakter siswa harus diperkuat sejak dini.
Selain itu, juga memberi perhatian dan kesempatan kepada tokoh-tokoh untuk lebih menonjol.
"Pemda bisa mem-back up dengan program yang bisa membentuk karakter dan kemampuan individu sehingga menghasilkan tokoh yang bisa diproyeksikan," tutup Asrinaldi. (*)