Kasus Omicron Bertambah, Epidemiolog Sebut tak Perlu Tutup Penerbangan: Ada Skrining & Karantina
Di antara pasien tersebut terdeteksi pada pelaku perjalanan Internasional yang sempat melakukan perjalanan ke luar negeri.
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: afrizal
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG- Jumlah pasien yang terpapar Covid-19 varian Omicron semakin bertambah.
Di antara pasien tersebut terdeteksi pada pelaku perjalanan Internasional yang sempat melakukan perjalanan ke luar negeri.
Hingga saat ini pemerintah Indonesia pun belum menutup penerbangan internasional.
Baca juga: Ada 21 Kasus Baru Covid-19 Omicron Ditemukan di Indonesia, Kemenkes: Pelaku Perjalanan Luar Negeri
Baca juga: Varian Omicron : Epidemiologi Universitas Indonesia Sebut, Tak Berdampak Sakit Berat hingga Kematian
Ahli epidemiologi dari Universitas Andalas Defriman Djafri mengatakan, pemerintah tak perlu menutup sementara penerbangan internasional.
Menurut Defriman, hal ini tak perlu dilakukan karena Pemerintah Indonesia sudah menerapkan skrining dan karantina.
"Pertimbangan kondisi saat ini, penerbangan tidak perlu ditutup, yang terpenting adalah screening dan identifikasi secara dini melalui analisis WGS, agar cepat mendeteksi," ungkap Defriman, Kamis (30/12/2021).
Selain itu, kata dia, hal itu juga harus diiringi dengan pengawasan karantina dengan benar.
Bagi yang terdeteksi harus diisolasi dengan benar dan dipastikan negatif baru bisa di lepas.
"Mengidentifikasi riwayat perjalanan dan vaksinasi menjadi penting, dan jangan diabaikan. Kalau ada kasus baru, pelacakan harus masif," tegas Defriman.
Dengan syarat wajib vaksinasi dan penerapan prokes yang ketat saat ini, dia optimis Indonesia dan mampu mengendalikan Covid-19.
Jumlah pasien Covid-19 varian Omicron di Indonesia terus bertambah.
Total sampai saat ini jumlah kasus positif Omicron ada 68 orang.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan data kasus positif Covid-19 varian Omicron di Indonesia bertambah 21 orang pada Rabu (29/12/2021).
Baca juga: Varian Omicron : Epidemiologi Universitas Indonesia Sebut, Tak Berdampak Sakit Berat hingga Kematian
Baca juga: Waspada Omicron Jelang Tutup Tahun, 10 Ribu Lansia hingga Anak-anak di Empat Wilayah Disuntik Vaksin
Dilansir kemkes.go.id, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmidzi mengatakan 21 kasus baru tersebut merupakan pelaku perjalanan luar negeri yang terdiri dari 16 WNI dan 5 WNA.
Adapun negara kedatangan paling banyak adalah Arab Saudi dan Turki.
“Adanya kasus Omicron Indonesia karena adanya perjalanan dari beberapa negara seperti Arab Saudi dan Turki, sehingga masyarakat diimbau untuk mempertimbangkan berlibur ke sana,” ucap Kemenkes.
Sementara pengetatan di pintu masuk negara terus dilakukan, terutama di perbatasan laut dan darat.
Adapun positivity rate di pintu masuk laut dan darat 10 kali lebih tinggi daripada di udara.
dr. Nadia mengimbau masyarakat untuk mengurangi mobilitas dan tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan.
“Kesadaran diri dan menahan keinginan berpergian harus dilakukan. Saya meminta masyarakat untuk bekerja sama mencegah penularan virus Covid-19 dengan menahan diri tidak bepergian,” ucapnya.
Kasus Tranmisi Lokal Omicron di Jakarta
Kasus transmisi lokal varian baru Omicron terdeteksi di Jakarta pada Selasa (28/12/2021).
Hal tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI dr. Siti Nadia Tarmidzil yang dikutip dari kemkes.go.id.
Adanya satu kasus transmisi lokal tersebut menambah jumlah kasus konfirmasi positif Omicron di Indonesia menjadi 47 kasus.
Dengan demikian, sebanyak 46 kasus merupakan kasus impor dan satu kasus transmisi lokal.
“Yang terbaru adalah kasus laki-laki usia 37 tahun yang tidak ada riwayat perjalanan ke luar negeri dalam beberapa bulan terakhir, ataupun kontak dengan pelaku perjalanan luar negeri,” ucap dr. Nadia.
Diketahui pasien bersama istri tinggal di Medan, lalu ke Jakarta setiap satu bulan sekali.
Pada tanggal 6 Desember 2021 mereka tiba di Jakarta dan tanggal 17 Desember 2021 sempat mengunjungi Mall Astha District 8 SCBD.
Selanjutnya pada tanggal 19 Desember 2021 mereka melakukan pemeriksaan antigen di Rumah Sakit Grand Family, Jakarta untuk kembali ke Medan.
Pemeriksaan tersebut menunjukkan hasil positif Covid-19 pada pasien, sementara hasil pemeriksaan antigen istrinya negatif.
Lalu, dilakukan PCR pada tanggal 20 Desember 2021.
Setelah dilakukan pemeriksaan di laboratorium GSI (Genomik Solidaritas Indonesia Laboratorium) diketahui terpapar Omicron pada tanggal 26 Desember 2021.
Sebagai tindak lanjut, pasien diisolasi di Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso (RSPI).
dr. Nadia menyebut hal ini merupakan kasus pertama transmisi lokal, sehingga diperlukan pengawasan ketat oleh tenaga medis dan fasilitas lengkap untuk meminimalisir kemungkinan penularan yang terjadi.
Adapun kondisi klinis pasien hingga saat ini tidak bergejala.
“Pengendalian infeksi di rumah sakit itu akan lebih baik dan akan lebih ketat pengawasannya. Oleh karena itu kita membawa yang bersangkutan ini ke rumah sakit RSPI,” ucap dr. Nadia.
Sementara tracing masih dalam proses sampai saat ini, mengingat yang bersangkutan banyak melakukan aktivitas.
dr. Nadia juga mengatakan kita harus melihat 14 hari sebelum pasien dinyatakan positif yaitu 14 hari sebelum tanggal 19 Desember 2021.
Tracing dilakukan untuk menemukan siapa saja kontak erat dengan pasien di antara nya di restoran di wilayah SCBD, apartement tempat pasien tinggal, dan aktivitas lainnya selama pasien di Jakarta.
Sementara itu, pemerintah melakukan pemantauan terhadap peningkatan risiko penularan Covid-19 di level provinsi maupun di level kabupaten.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah terus bekerja sama dengan semua pihak untuk terus memantau terutama jika muncul adanya potensi-potensi cluster.
Hal tersebut dapat mempercepat investigasi dan penilaian apakah ada keterkaitan dengan varian baru Omikron atau tidak.
Adanya kasus transmisi lokal ini pemerintah kembali mengingatkan dan meminta masyarakat untuk mengurangi mobilitas terutama dalam masa libur Natal dan Tahun Baru 2022.
Masyarakat juga diimbau untuk menghindari kerumunan, memakai masker, dan segera melakukan vaksinasi. (*)