Melihat Masjid Raya Sumatera Barat yang Masuk Daftar Desain Arsitektur Terbaik Dunia
Desain Masjid Raya Sumatera Barat di Padang menjadi pemenang Abdullatif Al-Fozan Award.
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: afrizal
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG- Desain Masjid Raya Sumatera Barat di Padang menjadi pemenang Abdullatif Al-Fozan Award.
Itu adalah ajang penghargaan yang menampilkan karya dan desain masjid dari negara-negara berpenduduk Muslim dunia.
Penerima penghargaan tersebut, Rizal Muslimin yang menjadi perancang desain Masjid Raya Sumatera Barat.
Baca juga: Ada Gerai Vaksin di Masjid Raya Sumbar, Warga Beramai-ramai Datang untuk Disuntik
Rizal berasal dari kantor arsitektur kenamaan asal Bandung, Urbane Indonesia (UI).
Selain Masjid Raya Sumatera Barat, ada masjid-masjid lainnya yang berada dalam daftar pemenang.
Yakni Masjid Basuna di Kegubernuran Sohag, Mesir, Masjid Sancaklar di Istanbul, Turki, Masjid Agung Djenné di Mali, Masjid Raja Abdullah di Riyadh, Masjid Amir Shakib Arslan di Lebanon, dan Masjid Merah di Bangladesh.
Bendahara Masjid Raya Sumatera Barat Yuzardi Maad mengatakan, peletakan batu pertama masjid berlangsung pada 21 Desember 2007 oleh Gubernur Sumbar saat itu, Gamawan Fauzi.
Pengerjaannya dilakukan dalam beberapa tahap yang terkendala karena hanya mengandalkan dana APBD Sumbar.
"Masjid ini direncanakan oleh Pemda Sumbar waktu itu zaman Pak Gamawan Fauzi, untuk perencanaan dilakukan sayembara, pesertanya sekitar 70 orang, akhirnya menanglah desain yang sekarang ini," kata Yuzardi Maad, Kamis (23/12/2021).
Yuzardi Maad menyampaikan desain masjid seperti Masjid Raya Sumatera Barat memang langka. Sangat berbeda dengan masjid lain.
Satu di antara banyak keistimewaan yang dimiliki ialah tidak ada tonggak di bagian tengah masjid. Desain itu dibuat seperti jembatan layang.
"Kalau dilihat, ada empat titik melingkar di bagian atas," sambungnya.
Lebih uniknya lagi, Masjid Raya Sumatera Barat tidak pakai kubah.
Hal itu dulunya sempat menimbulkan perdebatan sampai ke DPRD.
"Tapi perencanaan mengatakan ini adalah bukti sejarah Rasulullah melakukan perdamaian antara antarempat kabilah dalam suku Quraisy."
"Pangkal persoalannya berasal dari perselisihan mengenai siapa yang paling berhak mengangkat dan meletakkan Hajar Aswad setelah pemugaran kakbah selesai."
"Sewaktu renovasi kakbah, Hajar Aswad dibuka. Setelah itu siap mau diletakkan ke tempatnya. Menurut suku yang ada dia yang paling berhak. Ada empat suku. Hampir saja terjadi pertumpahan darah," jelas Yuzardi Maad.
Lalu, kata dia, ada yang mengusulkan persoalan ini diserahkan kepada orang pertama yang masuk kompleks Masjidil Haram.
Usulan itu diterima pemimpin kabilah yang sedang berselisih.
Keesokan harinya, orang yang pertama kali masuk adalah Muhammad, sebelum diangkat menjadi rasul.
Muhammad yang saat itu sudah bergelar al-amin diberi kepercayaan untuk mengatasi masalah itu.
"Akhirnya, memang dicari yang menghakimi dan mengadili. Siapa saja yang masuk masjid pertama kali saat Subuh diangkat menjadi hakim. Tahu-tahu yang datang, Muhammad, ketika itu belum jadi nabi," ungkap Yuzardi Maad.
Rasulullah mengambil Hajar Aswad, setiap kepala suku harus memegang keempat sudutnya sehingga tampak adil.
"Ini yang dicerminkan di atas. Orang mengatakan gonjong Minang. Memang hampir sama dengan gonjong Minang," imbuh Yuzardi Maad.
Ruangan Masjid Raya Sumatera Barat cukup besar. Awalnya tidak pakai pendingin ruangan, sebab dindingnya sudah tembus udara.
Namun akhir-akhir ini cuaca kadang-kadang panas sehingga diberi kipas angin.
Kemudian di bagian depan masjid dekat jemaah laki-laki, ada kolam ikan. Di luar juga ada kolam yang panjang dan ada air mancur.
"Ini menurut yang merencanakan, biasanya angin datang dari Barat, laut, saat angin masuk ada air mancur tentunya membawa udara segar ke dalam masjid," terang Yuzardi Maad.
Yuzardi Maad sudah membuktikan, atap Masjid Raya Sumatera Barat kokoh.
Selain itu di masjid, ada ukiran-ukiran yang mengandung makna dan arti. Di dalam masjid ada ukiran Asmaul Husna, di dinding ada ukiran Allah.
Tak hanya itu, mihrab yang di bagian depan masjid menggambarkan tempat Hajar Aswad.
Mihrab itu agak kecil, betul-betul khusus untuk imam. Di dindingnya tertulis Allah.
Kemudian untuk khatib dan penceramah ada mimbar, disediakan dua mimbar sebelah kanan dan kiri.
Menjadi pemenang Abdullatif Al-Fozan Award, ajang penghargaan yang menampilkan karya dan desain masjid terbaik dunia, Yuzardi Maad menyampaikan hal itu memiliki indikator sendiri.
Kemungkinan tim riset Lembaga Internasional itu datang ke Sumbar dan melihat langsung keindahan Masjid Raya Sumatera Barat.
"Kita menerima saja, bersyukur terpilih secara internasional. Kita tentu ke depan akan memaksimalkan penataan masjid ini," ujar Yuzardi Maad.
Pengurus, sebutnya, saat ini sudah membuat revisi master plan.
"Kita berharap tata ruang masjid ditata kembali sehingga memakmurkan masjid. Masjid bukan hanya untuk salat, tapi ada kegiatan lain seperti remaja masjid. Itu ditingkatkan," tutup Yuzardi Maad. (*)