Kuliner Pariaman

Nasi Baka di Nareh Kota Pariaman, Bekal Makanan Nelayan untuk Melaut, yang Dibungkus Daun Pisang

Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) memiliki warisan budaya, objek wisata, hingga kuliner tradisional yang potensial untuk dikembangkan.

Penulis: Wahyu Bahar | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM/WAHYU BAHAR
Sajian Nasi Baka di warung Teh Talua dan Nasi Baka Ajo Bulek yang berada di Nareh, Pariaman Utara, Kota Pariaman. 

Dengan daun pisang, makanan yang berbahan baku nasi, cabai atau santan akan tahan lebih lama dari kemungkinan basi.

"Memang dahulunya nelayan selalu membawa bekal saat melaut, bekal tersebut berupa nasi yang dikemas dengan lauk dan sayur," kata dia.

Erdawati mengatakan bahwa ia sendiri sudah berjualan nasi baka sejak 20 tahun yang lalu melanjutkan usaha orang tuanya.

"Usaha ini sudah turun temurun, dari orang tua saya sendiri, dan orang tua juga melanjutkan usaha dari nenek," papar Erdawati.

Sedangkan usaha warung nasi baka ini sudah dirintis neneknya sejak tahun 1974.

"Ya lebih kurang sekitar 47 tahun yang lalu nenek sudah mulai usaha ini," lanjutnya.

Nasi Baka yang dijual oleh Erdawati mempunyai kekhasannya sendiri, dimana lauk yang tersedia hanya ikan dan jengkol.

"Ikannya sendiri merupakan hasil tangkapan dari nelayan, yang masih baru-baru, dan tentunya masih segar," ungkap dia.

Namun, jika tidak ada ikan, alternatif lauk yang disediakan di warungnya ialah ikan asin, telur, terung, atau lauk campur.

"Pokoknya orang yang datang tidak kecewa karena tidak ada lauk, jadi alternatifnya kita sediakan ikan asin dan samba campur-campur," lanjut Erdawati yang biasa di panggil Ida.

Uniknya sajian dan kemasan nasi baka ini ialah, karena lauknya berada diantara nasi, posisinya di tengah-tengah, hal tersebut kata dia agar lauknya tidak tumpah.

Sajian Nasi Baka di warung Teh Talua dan Nasi Baka Ajo Bulek yang berada di Nareh, Pariaman Utara, Kota Pariaman.
Sajian Nasi Baka di warung Teh Talua dan Nasi Baka Ajo Bulek yang berada di Nareh, Pariaman Utara, Kota Pariaman. (TRIBUNPADANG.COM/WAHYU BAHAR)

Kemudian, cabai yang dihidangkan sebelumnya ditumbuk secara tradisional, yakni dengan menggunakan 'lasuang'.

Hal itu yang menurutnya membuat cita rasa yang enak dari cabainya.

Lebih lanjut kata dia, tidak ada lauk berupa ayam atau daging, setiap hari lauk yang tersedia ialah ikan yang dibeli dari nelayan.

Secara umum kata dia, setiap harinya jualannya tersebut bisa habis sekitar 100 porsi.

Sumber: Tribun Padang
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved