Kisah Inspiratif

Kisah Penjual Sayur Semi Organik di Kawasan GHAS Padang, Reni Kuliahkan Anak di Jurusan Arsitektur

PEREMPUAN bernama Reni Yanti pedagang sayur semi organik menawarkan dagangannya di kawasan Gelora Olahraga H Agus Salim atau GHAS Kota Padang, Provins

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM/RAHMAT PANJI
Reni Yanti (47) disela melayani pembeli sayuran yang dijualnya di kawasan GOR Kota Padang, Provinsi Sumbar ketika ditemui TribunPadang.com, Minggu (5/9/2021). 

PEREMPUAN bernama Reni Yanti pedagang sayur semi organik menawarkan dagangannya di kawasan Gelora Olahraga H Agus Salim atau GHAS Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar)  setiap akhir pekan.

Berbeda dari pedagang lainnya, ibu 5 anak itu menjual sayurannya di kawasan GOR tersebut pada setiap akhir pekan sejak 5 tahun terakhir.

Sosok Reni yang lahir sebagai anak seorang petani, semenjak gadis memang telah akrab dengan bidang pertanian sekaligus bercocok tanam di kebun.

"Ibu saya seorang petani, sejak gadis saya sudah bantu ibu sampai sekarang," terang Reni mengawali perbincangan dengan TribunPadang.com, Minggu (5/9/2021).

Sejauh ini  imbuh Reni, selaku petani juga menjual langsung hasil bercocok tanam tersebut.

"Semua dagangan ini berasal dari ladang saya, saya petik pada sore hari sebelum saya menjualnya di sini (GHAS Kota Padang-red)," ujar wanita yang berprofesi sebagai petani ini," ujarnya.

Baca juga: Peta Pikiran dari Pertanyaan Dari Mana Sayuran Kita Dapatkan, Jawaban Tema 3 Kelas 5 Halaman 27

Baca juga: Bank Sampah Hidayah di Kota Padang, Menerima Sampah Anorganik Diolah Menjadi Souvenir

Kali pertama Reni berdagangan sayur di kawasan GOR atau GHAS setelah ia diajak oleh komunitas petani di Kecamatan Pauh

"Saya sudah berjualan semenjak Tahun 2017, mulai dari tahun itu sampai sekarang saya selalu berjualan di sini," bebernya.

Kebanggaan ini tidak luput dari jerih payahnya sebagai orang tua yang memiliki tekad untuk memberikan pendidikan pada anak-anaknya.

Di antara lima orang anaknya itu pada saat ini, anak keduanya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi di Provinsi Daerah Istimewa Aceh.

"Anak saya itu tamatan SMKN 1 Sumbar, lalu ia ingin sekali sekolah di jurusan arsitektur," kata Reni seraya menambahkan anaknya menerima beasiswa.

Reni berharap melalui usahanya sekarang ia bisa terus memenuhi kebutuhan buah hatinya yang bersekolah ke tanah Aceh.

Baca juga: Bagaimana Cara Petani Sayur Memanfaatkan Lingkungan Hidup? 

Penjualan Sayur Organik 

Di sisi lain, Reni mengungkapkan hasil penjualan sayur organik bisa meraup untung Rp 400 Ribu Setiap Akhir Pekan

Reni berjualan di simpang 3 dekat lapangan voli dan lapangan basket kawasang GOR.

Ia sudah berjulan sayur mayur sejak 5 tahun lalu di kawasan ini bersama adik dan terkadang anaknya.

"Kami mulai berjualan dari tenda meja dan kursi yang difasilitasi Dinas Pertanian. Dan, saya hanya perlu membawa sayur saja dari rumah," sambungnya.

Melalui sistem penanaman semi organik ini wanita yang sudah bertani sejak gadis itu memberikan 70 persen pupuk kandang dan 30 persen pupuk pabrik dalam membesarkan sayurannya.

Dari sistem organik yang ia gunakan, Reni berani mengklaim bahwa sayurannya itu memiliki cita rasa lebih manis.

Jenis sayuran yang didagangkan Reni ini juga beragam mulai dari kangkung, bayam, daun kelor dan bayam merah.

"Jenisnya banyak, semuanya saya banderol dengan harga Rp 5.000 perkantongnya," papar Reni.

Harga tersebut memang relatif mahal dari harga sayuran di pasar tradisional, namun Reni menjualkan sayurannya dengan cara berbeda.

Sehingga ia berani membanderol harga sayuran semi organiknya lebih mahal dari harga pasar tradisonal.

" Sayuran itu sudah saya cuci bersih serta buangkan kulit arinya dan saya potong-potong, sehingga para pembeli bisa langsung memasak sayuran tersebut," tambahnya.

Kendati sudah rutin berjualan di Gor, Reni juga masih menitipkan sayurannya ke pasar tradisional jika panennya banyak.

Sayuran yang tidak laku itu akan dilelang oleh Reni atau ia bagikan secara cuma-cuma pada tetangga sekitar.

Selain berjualan sayur, Reni juga sudah memiliki produk bawang goreng original miliknya sendiri.

Bawang goreng tersebut dijamin Reni tanpa campuran, murni hanya bawang saja tanpa tepung atau lobak goreng.

" Saya belakangan juga sudah mulai belajar produksi bawang goreng yang memang murni bawang bahan utamanya tanpa tambahan," klaimnya.

Bawang goreng milik Reni dihargai Rp 15.000 per Onsnya dengan kemasan serta label nama miliknya sendiri.

Terakhir Reni kembali bersyukur hingga saat ini ia masih bisa menyekolahkan 5 orang anaknya dan berharap semuanya dapat menyalesaikan studinya. (TribunPadang.com/Rahmat Panji)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved