Ganjar, AHY dan Anies Masuk 3 Besar Elektabilitas Tokoh dan Parpol di Indonesia, Hasil Survei CISA

Sekitar 16,92 persen responden memilih Ganjar Pranowo disusul Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), meraup 16,83 persen dan ketiga Anies Baswedan mendapatka

Editor: Emil Mahmud
KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES
Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menempati tiga besar elektabilitas tokoh dan parpol di Indonesia saat ini hasil survei Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) baru-baru ini. 

"Di posisi terakhir, ada Partai Amanat Nasional (PAN) yang mendapat 3,75 persen dan Partai Persatuan Pembanguan (PPP) sebesar 2,92 persen."

"Namun masih terdapat 3,17 persen masyarakat yang Tidak Tahu/Tidak Menjawab,” katanya.

Baca juga: Hasil Survei Spektrum Politika: Elektabilitas Ganjar Teratas, Prabowo dan Anies Membayangi

Kinerja Jokowi Dianggap Belum Optimal Selama Pandemi

Berdasarkan hasil survei CISA yang berlangsung 27-31 Agustus 2021 yang menyasar 1.200 responden di 34 provinsi secara proporsional melalui penarikan sampel dengan menggunakan metode simple random sampling didapatkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia merasakan ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintahan Jokowi dan Ma’ruf Amin selama pandemi Covid-19 ini.

“Kinerja Jokowi dan Ma’aruf Amin dianggap belum optimal selama pandemi Covid-19 terutama pada kuartal III ini,” ucap 

Terdapat 47,17 persen responden yang menyatakan ketidakpuasannya terhadap Jokowi, 38,58 persen yang cukup puas, 7,17 persen yang menyatakan sangat tidak puas, sedangkan hanya 3,91 persen yang sangat puas serta 3,17 persen responden yang tidak tahu/tidak menjawab.

“Preferensi kebijakan dan program yang diambil oleh pemerintah seperti PPKM yang terus diperpanjang pada saat pandemi ini menjadi salah satu faktor ketidakpuasaan masyarakat,” ungkap Herry.

Herry menyebutkan bahwa publik juga mengapresiasi beberapa menteri atau pejabat negara yang dianggap telah bekerja optimal selama pandemi Covid-19.

“Menteri PUPR mendapatkan 45,83 persen disusul Menteri Sosial 29,58 persen ada Menteri Perekonomian yang meraih 9,92 persen kemudian Menteri Kemaritiman dan Investasi 8,25 persen dan terakhir Menteri BUMN 6,42 persen,” katanya.

Sebaliknya, publik juga menganggap bahwa masih ada menteri/pejabat negara yang belum bekerja optimal.

“Sebanyak 31,25 persen memilih Menteri Perdagangan sebagai pembantu Presiden yang belum mampu memberikan kontribusi terhadap kinerja pemeritah, disusul Menteri Tenaga Kerja yang dipilih 26,41 persen, Menteri Perhubungan juga mendapatkan 23,42 persen, Menteri Koperasi dan UMKM 14,25 persen serta Kepala Staf Kepresidenan dipilih 4,67 persen,” tutur Herry.

Survei CISA yang margin of error-nya mencapai 2,85 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen juga menyatakan penolakan terhadap wacana penambahan masa jabatan presiden/wakil presiden menjadi tiga periode.

Di samping alasan konstitusi, kinerja yang belum optimal dianggap menjadi hal yang mendasar mayoritas publik tidak menginginkan wacana tersebut direalisasikan.

“Hal ini terlihat dari 58,25 persen responden menyatakan tidak setuju dengan penambahan periode (masa jabatan) presiden menjadi tiga periode."

Meskipun demikian, ada 28,83 persen responden menyatakan setuju dengan wacana tersebut.

Baca juga: Jokowi Diundang Sampaikan Pesan Iklim dalam Konser Akbar Dihadiri Grup Idol Korea ‘BTS’

Sumber: Tribun Padang
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved