Citizen Journalisn
Tabuik Diving Club (TDC): Menyulap Lahan yang Gersang di Pariaman, Menjadi World Class Green Tourism
PENULIS sempat bereaksi setelah mendapat laporan dari rekan anggota Tabuik Diving Club - Pariaman terkait kondisi yang terjadi di taman mangrove.
Dan, justru membuat ringan kerja orang yang kerja dikonservasi tersebut karena sebelumnya yang memandikan gajah mereka.
Selain itu, penulis dan TDC juga mengajak setiap tamu kami untuk ikut penanaman mangrove dan transplantasi terumbu karang.
Kawasan Gersang Bisa Jadi Rindang
Lahan mangrove di Desa Apar ini luasnya lebih kurang 10 hektar. Kawasan ini terletak di dua desa (Desa Apar dan Desa Ampalu).
Statusnya tanah ulayat nagari yang kepemilikannya meliputi 4 desa (Desa Apar, Desa Mangguang, Desa Ampalu dan Desa Tanjuang Saba).
Penguasaan lahan berada di bawah wewenang Kerapatan Adat Nagari (KAN). Tapi, dalam praktek di lapangan, ada beberapa masyarakat juga mengklaim itu lahan milik mereka.
Lahan ini meliputi pantai, hutan pinus, talao (talago), kawasan mangrove dan ada konservasi penyu.
Lahan berbatas dengan laut, sungai Muaro Mangguang, areal persawahan dan pemukiman warga.
Kawasan mangrove ini di bawah Tahun 2010, kondisinya sangat kritis akibat ditebangi oleh warga sekitar.
Batang mangrove diambil untuk kayu bakar dan kayu bangunan. Program rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan mangrove ini sebenarnya sudah dilaksanakan sejak lama oleh pemerintah.
Areal banyak ditanami bibit mangrove. Namun bibit dan areal tak dipelihara dengan baik.
Pada tahun 2010 saya menantang TDC bagaimana menyulap kawasan mangrove yang kritis ini menjadi kawasan wisata edukasi konservasi mangrove yang belakangan kami namai Pariaman Mangrove Edupark.
Berbagai pendekatan kami lakukan kepada pemilik lahan dan semua pihak, termasuk kepada warga sekitar. Yang menggerakkan adalah rekan-rekan anggota TDC, yang kebetulan warga nagari setempat.
Sejak adanya pelaksanaan paket wisata edukasi konservasi tersebut dan didukung oleh seluruh elemen masyarakat setempat, proses rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan mangrove lebih masif dilakukan.
Penanaman bibit mangrove dilaksanakan hampir tiap pekan dengan melibatkan berbagai kelompok wisatawan maupun pelajar sekolah, yang kebetulan berkunjung le konservasi penyu dan berkegiatan di kawasan mangrove.