Jatuh Bangun Yusmaneli Rintis Usaha Keripik, Pernah Buang 80 Kg Singkong karena Cuaca Buruk
Jatuh Bangun Yusmaneli Rintis Usaha Kripik, Pernah Buang 80 Kg Singkong karena Cuaca Buruk
Penulis: Panji Rahmat | Editor: afrizal
Akhirnya pada tahun 2016 ia kembali merintis usahanya yang pernah jalan itu, bersama suami barunya yang bernama Wandi (42).
Bersama Wandi ia memulai kembali perjalanan usaha tersebut.
“Saya cari lagi langganan ubi saya di Pondok, setiap hari saya berdiri menunggu di sana sampai ia lewat,” paparnya.
Selang beberapa hari melakukan hal yang sama Yusmaneli akhirnya menemukan langganannya tersebut.
“Setelah bertemu dengan langganan saya, saya mintak tolong ia untuk mengantarkan ubi setiap 3-4 hari sekali sebanyak satu karung,” terang Yusmaneli.
Rumahnya yang terletak di kawasan Gunung Padang membuat langganannya sulit untuk menjangkau langsung ke rumahnya.
“Selama lebih satu tahun sebelum jalan Gunung Padang seperti ini saya harus menunggu di bawah jembatan layang Siti Nurbaya dan membawa ubi itu dengan motor ke rumah,” katanya.
Wanita yang sudah memilki 3 cucu itu bekerjasama dengan suaminya yang bekerja membawa kapal cepat ke Mentawai.
Sehingga seluruh ubi yang dimasak Yusmaneli diantar langsung oleh suaminya ke Mentawai.
“Sewaktu Suami saya masih aktif itu dalam satu bulan bisa habis 16 karung ubi dalam untuk keripik ubi,” katanya.
Keripik ubi yang ia masak dengan minyak dan diberi garam tersebut ia jual dengan harga Rp 50.000 per kg.
Namun untuk penjualan ke Mentawai biasanya ia membungkus keripik itu dalam kemasan seperempat kilogram.
Setiap keripik yang telah masak itu ia kirim dalam kurun waktu 4 kali dalam seminggu ke Mentawai.
“Tujuan pengiriman itu ke Tua Pejat dan Siberut,” terang Yusmaneli
Sejak memulai usahnya kembali pada tahun 2016, Yusmaneli mengaku ia sudah bisa memperbaiki rumahnya serta membeli kendaraan seperti motor dan mobil.