Penanganan Covid
Update - Vaksin BioNTech-Pfizer, Efektif Kontra Dua Varian Baru Corona
WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia pada Senin (8/2/2021) waktu setempat menyatakan kekhawatiran soal kemanjuran vaksin COVID-19 terhadap varian baru

WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia pada Senin (8/2/2021) waktu setempat menyatakan kekhawatiran soal kemanjuran vaksin COVID-19 terhadap varian baru virus corona. Tetapi berdasarkan penelitian terbaru, vaksin BioNTech-Pfizer terbukti efektif melawan dua varian virus corona.
Ulasan yang diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine tersebut mendukung hasil penelitian yang telah diselesaikan Pfizer dan University of Texas pada akhir Januari 2021.
Ketika hasil studi itu dirilis, BioNTech dan Pfizer mengatakan tidak dibutuhkan vaksin baru untuk melawan mutasi virus corona yang pertama kali ditemukan di Inggris dan Afrika Selatan.
Namun demikian, transformasi virus mematikan ini membuat data klinis dan observasi lanjutan sangat diperlukan. Para ahli mengatakan bahwa vaksin yang saat ini digunakan akan tetap efektif melawan kemungkinan varian baru virus di masa depan.
Uni Eropa pesan ratusan juta dosis BioNTech-Pfizer
Komisi Eropa telah menyelesaikan kesepakatan untuk menerima tambahan 300 juta dosis vaksin virus corona buatan BioNTech-Pfizer. Sebelumnya Uni Eropa (UE) telah membuat kesepakatan dengan Pfizer pada November lalu untuk pengadaan 300 juta dosis vaksin dan kemudian penambahan 300 juta dosis pada Januari 2021.
Seorang pejabat Uni Eropa mengatakan kepada Reuters bahwa UE akan menerima 200 juta dosis vaksin pada tahun 2021.
Menkes Jerman percaya kemanjuran vaksin BioNTech-Pfizer
Pada hari Senin (08/02), Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn menyuarakan keyakinannya terhadap kemanjuran ketiga vaksin (BioNTech-Pfizer dan AstraZeneca) yang telah disetujui Uni Eropa.
Spahn menekankan bahwa tiga vaksin yang disetujui UE menunjukkan kemanjuran yang tinggi terhadap infeksi serius. Pernyataan tersebut diungkapkannya setelah pemerintah Afrika Selatan menangguhkan peluncuran vaksin AstraZeneca.
Keputusan itu diambil Afrika Selatan merujuk pada rendahnya efektivitas vaksin terhadap infeksi ringan dan sedang, yang berasal dari varian B.1351.
Jerman ubah kebijakan untuk menghindari pemborosan
Spahn juga mengumumkan perubahan dalam kebijakan vaksinasi Jerman. Orang-orang seperti petugas kesehatan dan petugas layanan darurat akan diizinkan untuk lebih awal mendapatkan suntikan vaksin, sebagai upaya untuk menghindari pemborosan vaksin yang telah dibuka dan harus digunakan atau dibuang di hari yang sama.
Menkes Spahn mendesak mereka "yang memiliki tanggung jawab politik untuk memberikan contoh yang baik," dengan sabar menunggu giliran. Pernyataan tersebut muncul lantaran ada beberapa individu yang menggunakan posisinya untuk mendapatkan vaksin meski berada dalam kelompok non-risiko.
• Baru 28 Persen Nakes di Padang yang Terima Vaksin, Hendri Septa: Vaksinasi Bertahap Sampai Maret
• Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Sumbar Terima Vaksin Kedua, Jasman: Sempat Nervous
Pemberian Barcode di Kemasan Vaksin
Dilansir Tribunnews.com, dalam upaya pemerintah dalam pemberian barcode di kemasan vaksin Covid-19 sejauh ini mendapat tanggapan dari pengamat dan pakar.
Pakar Kebijakan Publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah menilai langkah pemberian barcode sebagai bentuk mencegah terjadinya praktik korupsi.
“Menurut saya memang barcode di setiap kemasan vaksin lebih efisiensi dan efektif yang arahnya untuk mencegah korupsi,” ujar Trubus, Selasa (19/01/2021).
Menurutnya, sistem barcode juga berguna untuk menghindari vaksin illegal yang diselundupkan dari pasar gelap, sebab permintaan vaksin yang tinggi.
“Jangan kan itu kemarin saja tes antigen banyak yang dipalsukan, jadi menurut saya untuk menghindari pemalsuan-pemalsuan kemudian sekaligus mencegah mengenai korupsi dan maladeministrasi,” imbuhnya.
Baca juga: Pandemi Covid-19, Klenteng See Hien Kiong Tidak Terima Kunjungan Wisatawan
Baca juga: Kisah Nelayan Mentawai Bertahan di Punggung Perahu Setelah Dihantam Badai, Dulu Pernah Mati Mesin

Lebih lanjut, dia bilang, pemerintah sebaiknya membuat pemetaan wilayah untuk mendahulukan atau memprioritaskan wilayah yang berkategori merah dibandingkan dengan wilayah berzona hijau.
“Sekarang kan masih PPKM, yang PPKM itu kan ada daerah misalnya Banten saja baru Tangerang Raya, Jawa Barat cuma Depok, Bogor sama Bekasi ditambah Bandung Raya, jadi itu wilayah-wilayah kategori merah, itu menurut saya harus diprioritaskan,” ungkapnya.
Baca juga: Sebaran Kasus Covid-19 Padang, 13.128 Positif, 12.484 Sembuh dan 265 Meninggal
Baca juga: Update Corona Indonesia - 12 Januari 2021: Bertambah 10.047 Kasus, Jadi Total 846.765 Positif
Sebelumnya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyiapkan barcode dua dimensi di setiap kemasan vaksin.
Upaya ini untuk menutup celah terjadinya tindak pidana korupsi dalam pendistribusian vaksin maupun saat proses vaksinasi Covid-19.
Proses vaksinasi Covid-19 pun akan dilakukan secara ketat dengan memanfaatkan teknologi digital.
Melalui kode batang tersebut, setiap pergerakan vaksin menuju masyarakat yang disasar bisa dipantau serta kemungkinan terjadinya data ganda bisa dihindari.
“Kementerian BUMN menyiapkan sistem salah satunya bagaimana di vaksin itu ada barcode-nya, jadi sampai mobil itu bisa dipantau sehingga sampai ke provinsi dengan baik. Kami berharap setelah sampai ke provinsi juga hingga ke daerah terpencil terjaga baik," kata Erick Thohir di Gedung KPK Jakarta, Jumat (8/1/2021).(*)
Tulisan ini diulas dari beberapa artikel yang telah tayang di Tribunnews.com berjudul Pakar: Barcode di Kemasan Vaksin Covid-19 Cegah Potensi Korupsitak dan Vaksin BioNTech-Pfizer Terbukti Efektif Lawan Dua Varian Baru Corona