Kisah Petugas Pemakaman Jenazah Covid-19 di Padang, Sempat Takut hingga Tak Berani Pulang
Kisah Petugas Pemakaman Jenazah Covid-19 di Padang, Sempat Takut hingga Tak Berani Pulang
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: afrizal
Dedy memakamkan pasien Covid-19 bersama teman-temannya dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang.
Dua tim untuk memakamkan pasien Covid-19 dan 1 tim untuk penggali kubur di Bungus.
Dedy mendapat bagian pemakaman, beriringan dengan jenazah Covid-19.
Dalam bekerja Dedi terdiri atas satu tim beranggotakan delapan orang.
Kalau pasien dimakamkan di tanah kaum, yang menggali kubur adalah ahli waris.
Seketika dapat kabar dari ahli waris, jenazah dikuburkan di tanah kaum itu.
Memakamkan jenazah di tanah kaum, banyak kendala dari awal yang dirasakan Dedy.
"(Memakamkan) jenazah di tanah kaum macam-macam suka dukanya untuk ke sana (lokasi)."
"Apalagi warga dengan adanya wabah, ada yang percaya, ada yang tidak. Ditambah kita memakai baju hazmat, serba putih, orang sudah khawatir," ungkap Dedy.
Dedy menyebutkan, memakamkan jenazah positif corona dilakukan petugas pemakaman sesuai dengan protokol yang ada.
Utamanya peti jenazah diangkat dari ambulans, lalu jenazah disemprot disinfektan sampai ke pemakaman.
Dedy mengaku sempat bingung mana yang arah kepala dan mana arah kaki jenazah sebab awalnya tidak ada penanda.
"Peti jenazah itu tidak sama dengan peti China, yang kerucut ke kaki dan lebar ke arah badan. Peti untuk covid sama saja, tidak ada bedanya antara arah kaki dan kepala," terang Dedy.
Namun hal itu ia sampaikan ke Kepala Dinas Lingkungan Hidup agar peti jenazah diberi penanda. Sejak itu, Dedy tidak merasa kebingungan lagi.
Dedy melakukan pemakaman hingga larut malam, terutama saat bulan ramadan.