Mengenang 11 Tahun Gempa Bumi 7,6 SR di Padang, Pakar: Harus Bernuansa Mitigasi
Pakar Gempa dari Universitas Andalas Padang, Badrul Mustafa mengatakan, mengenang kembali gempa 30 September 2009 itu tentu harus bernuansa mitigasi.
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: afrizal
"Dengan standar yang lama saja sudah cukup, sekarang kalau kita tidak ingin terulang peristiwa 2009 lalu, banyak korban jiwa karena bangunan standarnya tidak dipenuhi, maka penuhi standar itu," ujar Badrul Mustafa.
Ia meyakini, kalau bangunan itu memenuhi standar, jika terjadi gempa yang lebih kuat pun, bangunan itu tidak akan roboh.
Jika gempanya lebih kuat lagi, bisa saja bangunan itu rusak, tapi tidak roboh.
Itu yang disebut dengan bangunan ramah atau aman gempa yakni bangunan yang ketika gempa terjadi, dia tidak roboh, orang yang berada di dalam bangunan itu selamat.
"Kalau mengenang saudara yang jadi korban, yang harus dilakukan meningkatkan kesiapsiagaan, mitigasi," imbuh Badrul Mustafa.
Ia menjelaskan, mitigasi itu ada dua, mitigasi struktural dan non struktural.
Mitigasi struktural terkait dengan bangunan. Bangunan yang dibuat harus sesuai standar.
Misal bangunan yang diperuntukan untuk publik seperti pusat perbelanjaan, sarana belajar dan lainnya.
Lalu, mitigasi non struktural, ketika gempa terjadi, semua warga harus sudah punya pengetahuan, bagaimana merespon gempa dan tsunami.
Misalnya terjadi gempa berpotensi tsunami, orang harus evakuasi.
Evakuasi dapat dilakukan dengan dua cara, evakuasi vertikal mencari tempat yang tinggi di daerah zona merah dan evakuasi horizontal menjauhi pantai.
Menurut Badrul Mustafa, setiap keluarga dia harus sudah punya kesepakatan untuk itu.
"Misal ketika terjadi gempa, mereka berpencar, kemana-mana harus mencari tempat. Tapi jangan sampai saling mencari."
"Tentukan saja tempatnya, jika terjadi gempa besar, sepakati titik kumpul," jelas Badrul Mustafa.
Badrul menyebut, dengan mitigasi non struktural, masyarakat akan tenang.
Jika ada keluarga yang belum ditemukan, kata dia, bisa meminta pertolongan kepada pemerintah dan petugas yang berwenang untuk itu.
"Namun di samping itu, kesabaran dan keikhlasan diperlukan," tutur Badrul Mustafa. (*)