Bukan Tanggal Lahir atau Wafat, Ini Alasan Benyamin Sueb Tampil di Google Doodle 22 September 2020

Padahal, hari ini, Selasa 22 September 2020, tidak berkaitan dengan hari kelahiran atau hari wafatnya Benyamin Sueb.

Editor: Saridal Maijar
Tangkapan layar Google
Benyamin Sueb di Tampilan Google Doodle Hari Ini 

SMP di Jakarta lagi, masuk Taman Madya Cikini.

Satu sekolahan dengan pelawak Ateng.

Di sekolah Taman Madya, ia tergolong nakal. Pernah melabrak gurunya ketika akan kenaikan kelas, ia mengancam, "Kalau gue kagak naik lantaran aljabar, awas!" Lulus SMP ia melanjutkan SMA di Taman Siswa Kemayoran. Sempat setahun kuliah di Akademi Bank Jakarta, tetapi tidak tamat.

Baru setelah menikah dengan Nonnie pada 1959 (mereka bercerai 7 Juli 1979, tetapi rujuk kembali pada tahun itu juga), Benyamin Sueb kembali menekuni musik.

Bersama teman-teman sekampung di Kemayoran, mereka membentuk Melodyan Boy.

Benyamin Sueb nyanyi sambil memainkan bongo. Bersama bandnya ini pula, dua lagu Benyamin terkenang sampai sekarang, Si Jampang dan Nonton Bioskop.

Karier

Benyamin Sueb mengaku tidak punya cita-cita yang pasti.

Tergantung kondisi, kata penyanyi dan pemain film yang suka membanyol ini.

Benyamin Sueb pernah mencoba mendaftar untuk jadi pilot, tetapi urung gara-gara dilarang ibunya.

Ia akhirnya jadi pedagang roti dorong.

Pada tahun 1959, ia ditawari bekerja di perusahaan bis PPD, langsung diterima.

Tidak ada pilihan lain, katanya.

Pangkatnya cuma kondektur, dengan trayek Lapangan Banteng - Pasar Rumput.

Itu pun tidak lama. "Habis, gaji tetap belum terima, dapat sopir ngajarin korupsi melulu," tuturnya.

Korupsi yang dimaksud ialah, ongkos penumpang ditarik, tetapi karcis tidak diberikan. Ia sendiri mula-mula takut korupsi, tetapi sang sopir memaksa.

Sialnya, tertangkap basah ketika ada razia.

Benyamin Sueb tidak berani lagi muncul ke pool bis PPD.

Kabur, daripada diusut.

Sebenarnya selain menekuni dunia seni, Benyamin Sueb juga sempat menimba ilmu dan bekerja di lahan serius diantaranya mengikuti Kursus Lembaga Pembinaan Perusahaan dan Pembinaan Ketatalaksanaan (1960), Latihan Dasar Kemiliteran Kodam V Jaya (1960), Kursus Administrasi Negara (1964), bekerja di Bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960), Bagian Musik Kodam V Jaya (1957-1969), dan Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya (1960-1969).

tribunnews
Benyamin Sueb (KOMPAS TV)

Perjalanan

Kesuksesan dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin Sueb dengan satu grup Naga Mustika.

Grup yang berdomisili di sekitar Cengkareng inilah yang kemudian mengantarkan nama Benyamin sebagai salah satu penyanyi terkenal di Indonesia.

Duet Ida Royani

Selain Benyamin, kelompok musik ini juga merekrut Ida Royani untuk berduet dengan Benyamin Sueb.

Dalam perkembangannya, duet Benyamin Sueb dan Ida Royani menjadi duet penyanyi paling popular pada zamannya di Indonesia.

Bahkan lagu-lagu yang mereka bawakan menjadi tenar dan meraih sukses besar.

Sampai-sampai Lilis Suryani salah satu penyanyi yang terkenal saat itu tersaingi.

Gambang kromong

Orkes Gambang Kromong Naga Mustika dilandasi dengan konsep musik Gambang Kromong Modern.

Unsur-unsur musik modern seperti organ, gitar listrik, dan bass, dipadu dengan alat musik tradisional seperti gambang, gendang, kecrek, gong serta suling bambu.

Setelah Orde Lama tumbang, yang ditandai dengan munculnya Soeharto sebagai presiden kedua, musik Gambang Kromong semakin memperlihatkan jatidirinya.

Lagu seperti Si Jampang (1969) sukses di pasaran, dilanjutkan dengan lagu Ondel-Ondel (1971).

Lagu-lagu lainnya juga mulai digemari.

Tidak hanya oleh masyarakat Betawi tetapi juga Indonesia. Kompor Mleduk, Tukang Garem, dan Nyai Dasimah adalah sederetan lagunya yang laris di pasaran.

Terlebih setelah Bang Ben berduet dengan Bing Slamet lewat lagu Nonton Bioskop, nama Benyamin Sueb menjadi jaminan kesuksesan lagu yang akan ia bawakan.

Paska duet

Setelah Ida Royani hijrah ke Malaysia tahun 1972, Bang Ben mencari pasangan duetnya.

Ia menggaet Inneke Koesoemawati dan berhasil merilis beberapa album, di antaranya Nenamu dengan tembang andalan seperti Djanda Kembang, Semut Djepang, Sekretaris, Penganten Baru dan Pelajan Toko.

Dunia film

Lewat popularitas di dunia musik, Benyamin Sueb mendapatkan kesempatan untuk main film.

Kesempatan itu tidak disia-siakan.

Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Si Doel Anak Betawi serta Intan Berduri (1972) yang disutradari Sjumanjaya, semakin mengangkat ketenarannya.

Dalam Intan Berduri, Benyamin Sueb mendapatkan piala Citra sebagai Pemeran Utama Terbaik.

Detik akhir

Pada akhir hayatnya, Benyamin Sueb juga masih bersentuhan dengan dunia panggung hiburan.

Selain main sinetron atau film televisi (Mat Beken dan Si Doel Anak Sekolahan) ia masih merilis album terakhirnya dengan grup Rock Al-Hajj bersama Keenan Nasution.

Lagu seperti Biang Kerok serta Dingin-dingin menjadi andalan album tersebut.

Kontribusi seni

Dalam dunia musik, Bang Ben, begitu ia kerap disapa, adalah seorang seniman yang berjasa dalam mengembangkan seni tradisional Betawi, khususnya kesenian Gambang Kromong.

Lewat kesenian itu pula nama Benyamin semakin popular.

Tahun 1960, presiden pertama Indonesia, Soekarno, melarang diputarnya lagu-lagu asing di Indonesia.

Pelarangan tersebut ternyata tidak menghambat karier musik Benyamin, malahan kebalikannya.

Dengan kecerdikannya, Bang Ben menyuguhkan musik Gambang Kromong yang dipadu dengan unsur modern.

Meninggal dunia

tribunnews
Benyamin Sueb (DOK KOMPAS.ID)

Benyamin Sueb yang telah empat belas kali menunaikan ibadah haji ini meninggal dunia setelah koma beberapa hari seusai main sepak bola pada tanggal 5 September 1995, akibat serangan jantung.

Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta.

Ini dilakukan sesuai wasiat yang dituliskannya, agar dia dimakamkan bersebelahan dengan makam Bing Slamet yang dia anggap sebagai guru, teman, dan sosok yang sangat memengaruhi hidupnya.

Bens Radio 106.2 FM

Benyamin Sueb mendirikan Radio FM dengan nama Bens Radio.

Didirikan oleh Benyamin Sueb pada 5 Maret 1990.

Bens Radio adalah unit Enikom Network dengan format radio etnik, yaitu radio yang menggali potensi budaya Betawi, agar audience dapat merasakan budayanye sendiri, berkesenian dengan tradisinye sendiri, bertutur dan berdialog dengan bahasanya sendiri.

Budaya dan etnik betawi terus menerus berdaptasi dengan perubahan zaman, seiring dengan perubahan karakter audience dan percepatan teknologi serta gaya hidup.

Program radio etnik dikemas dalam balutan kreatif budaya masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.

Dijadikan nama jalan

Pada tanggal 6 Desember 1995, Pemerintah DKI Jakarta mengabadikan nama Benyamin Sueb sebagai nama jalan di daerah Kemayoran.(*)

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Google Doodle Benyamin Sueb, Siapa Dia? Hasilkan 75 Album Musik dan 53 Film

Editor: Edi Sumardi

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved