Jokowi Instruksikan Rapid Test Virus Corona, Ini yang Harus Diperhatikan Soal Tes Massal

Jokowi Instruksikan Rapid Test Virus Corona Deteksi Covid-19 , Ini yang Harus Diperhatikan Soal Tes Massal

Editor: afrizal
Freepik
ilustrasi virus corona 

“Dikira negatif, tidak sakit. Padahal belum tentu. Bisa saja dia terpapar, tapi belum kelihatan oleh antibodi yang timbul. Sehingga orang yang seharusnya dilakukan pengawasan atau karantina bisa berkeliaran menularkan ke orang lain,” lanjut dia.

Perlu tes PCR

 

“Tapi kalau hasil negatif dia belum melewati inkubasinya, saya sarankan untuk dilakukan pengambilan sampel ulang 7 hari kemudian dari hari pertama tadi. Misal batuk, diperiksa negatif, jangan senang dulu. Cek lagi hari ke-12. Kalau dicek lagi positif, berarti ya positif,” kata Aryati.

Pelaksanaan tes menggunakan rapid test secara massal, lanjut Aryati, bisa dilakukan jika bertujuan melihat paparan virus.

“Kalau teman-teman dari bagian epidemiologi ingin melihat ada paparan enggak sih di daerah Jakarta Barat, misalnya. Ya silakan saja karena enggak terkait dengan orang itu untuk diterapi. Tapi kalau untuk dignosis, tentu perlu pertimbangan tadi, kalau negatif diulang. Kalau positif dilanjut dengan PCR,” kata dia.

Aryati mengingatkan tenaga kesehatan harus memahami dengan benar terkait tes yang dilakukan.

Terutama terkait alur tes maupun pengetahuan bahwa hasil positif seharusnya dilanjutkan dengan PCR dan memberikan pengertian kepada keluarga.

Jika tidak, ia khawatir terjadi kepanikan masif seandainya mereka yang dites menunjukkan hasil positif.

“Jika itu tak disikapi dengan baik oleh pemeriksanya, entah dokter atau pengirimnya, itu bisa jadi kehebohan nasional,” kata Aryati.
Metode deteksi virus
Ilustrasi virus corona

Lebih jauh, Aryati menjelaskan, ada empat metode yang bisa digunakan untuk mendeteksi virus.

Metode tersebut adalah melalui:

  • Kultur
  • Molekuler
  • Antigen
  • Antibodi.

Metode dengan keakuratan paling tinggi adalah metode kultur atau biakan virus.

Akan tetapi metode ini sulit dilakukan karena biayanya mahal serta memerlukan tenaga terlatih.

Adapun metode PCR yang selama ini digunakan termasuk metode molekuler. Metode ini memiliki keakuratan di bawah metode kultur.

“Molekular itu deteksinya asam nukleat yaitu DNA atau RNA dari patogen tersebut. Nah itu yang dipakai untuk deteksi SARS-CoV2 selama ini,” lanjut dia.

Metode ketiga, antigen, memiliki keakuratan di bawah PCR. Akan tetapi metode ini belum ada reagennya di Indonesia.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved