Kisah Inspiratif
Kisah Nenek Fatmawati Menyusuri Jalanan Sambil Pikul Karung yang Berisi Barang Bekas
Di bawah pohon rindang dekat lampu merah Sawahan Kota Padang, Fatmawati (54) bersama cucu perempuannya nampak sedang beristirahat.
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Emil Mahmud
Satu kilogram botol mineral ia jual ke pengepul dengan harga Rp 2 ribu. Sementara, untuk kardus ia jual Rp 1.000.
Ia berjuang kesana kemari bercucuran keringat mencari nafkah untuk dirinya dan anak bungsunya.
Anak bungsu Fatmawati tamat SMK, melamar kemana-mana tidak dapat kerja.
Terpaksalah ia yang mencarikan makannya untuk sementara.
• VIDEO - Kakek Zulmanis, Pemulung di Padang Pernah Diusir Istri karena Hanya Serahkan Rp 50 Ribu
• Kakek Darman Beralih dari Tukang Sol Sepatu Jadi Pemulung Pakai Gerobak Kayu di Pasar Raya Padang
"Kalau dia keluar rumah, saya khawatir sesat jalannya. Makanya biar saja saya yang bekerja sementara," jelas Fatmawati.
Dia mengumpulkan barang bekas puluhan kilometer dengan berjalan kaki.
Fatmawati tidak punya becak.
Dia tidak sendiri. Dia selalu mengajak cucu perempuannya (5).
Lima belas tahun memulung, sempat terpikir oleh Fatmawati untuk berhenti.
Dia mengaku tidak kuat lagi karena umur terus bertambah.
Karung yang dibawa Fatmawati dipikul di atas pundak.
"Kalau dapat, berjalan pakai becak. Saya sering jatuh di jalan karena pusing, mungkin karena gak makan sebelum berangkat," ungkapnya.
Meski pekerjaan pemulung sering dianggap tidak bergengsi dalam status sosial, karena identik dengan kemiskinan, kebodohan, bau dan kumuh, Fatmawati justru tak ambil pusing.
"Daripada mencuri, pekerjaan ini halal daripada meminta-minta dan mengambil barang orang lain, biarlah saya dihina," tutur Fatmawati.
Fatmawati mengungkapkan, dirinya sempat berfoto dengan Sandiaga Uno saat pengusaha tersebut ke Padang tahun lalu.