Kisah Inspiratif

KISAH Viral Kasat Lantas Polres Padang Pariaman Jadi Imam Salat di Sel Tahanan Tanpa Pembatas

Video seorang pria berseragam polisi jadi imam salat berjamaah serta makmum sejumlah tahanan di dalam

Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Emil Mahmud
Tribun Padang
VIDEO - Viral Polisi Imami Tahanan Salat di Sel Polres Padang Pariaman 

KISAH Kasat Lantas Polres Padang Pariaman Jadi Imam Salat di Sel Tahanan Tanpa Pembatas

Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Video seorang pria berseragam polisi jadi imam salat berjamaah serta makmum sejumlah tahanan di dalam penjara telah jadi viral.

Pria tersebut terdengar melantunkan ayat-ayat suci Alquran dan terdengar alangkah merdunya.

Setelah ditelusuri, pria dalam video berdurasi 3 menit 34 detik itu ialah Kasatlantas Polres Padang Pariaman, Iptu Indra Kusuma.

Kepada TribunPadang.com, Iptu Indra Kusuma membenarkan dirinya yang berada dalam video tersebut.

Dia mengawali cerita, beberapa waktu lalu, terjadi kecelakaan lalu lintas (Lakalantas), yang mengakibatkan korban meninggal dunia.

Tersangka kasus laka lantas tersebut bernama Amir Hosen dan sudah tiga hari diamankan di kantor Satlantas Polres Padang Pariaman.

Dia menuturkan, tersangka ditahan, karena berbagai pertimbangan.

"Tersangka berdomisili di Tangerang. Dia bukan pemilik kendaraan. Atas pertimbangan penyidik, tentu saya melakukan penahanan karena dia bisa saja melarikan diri dan menghilangkan barang bukti serta bisa saja mengulang perbuatan yang sama," jelas Iptu Indra Kusuma.

Lebih jauh, menurut Iptu Indra Kusuma, dalam laka lantas itu sebetulnya tidak ada unsur kesengajaan. 

Sebaliknya, lantaran mengalami apes, kurang istirahat, lalu mengantuk dan pada akhirnya menabrak orang.

Dia menceritakan, pada awalnya, tersangka Amir Hosen diamankan menjelang pihaknya mencari saksi-saksi di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Amin Hosen diamankan di Kantor Lantas.

Saat itu, Iptu Indra Kusuma mengajak Amin Hosen salat berjamaah di depan kantor Lantas itu dengan tujuan untuk memulihkan mental.

"Namanya juga dia baru saja kena masalah, dia juga merasa terpukul atau bagaimana. Setelah itu saya beri dia masukan."

"Sudahlah, Pak. Ini musibah datangnya dari Allah. Ini bukan Bapak yang kehendaki," tutur Iptu Indra Kusuma kepada bapak tersebut.

Namun, Iptu Indra Kusuma mengatakan Indonesia ialah negara hukum. Setiap perbuatan apalagi berakibat pada hilangnya nyawa orang, tentu ada proses hukumnya.

Setelah lengkap alat bukti dan keterangan saksi, dia menanyakan lagi kepada Amin Hosen.

Andaikan penahanan dilanjutkan, Amin Hosen bersedia atau tidak melapor dua kali seminggu secara kooperatif.

Melontarkan pertanyaan itu, Iptu Indra Kusuma sempat berfikir.

Si pelaku tinggal di Tangerang, dua kali seminggu untuk melapor itu juga memberatkan.

"Saya bayangkan, berapa biayanya, kasihan juga. Sekali naik pesawat berapa juga uang yang dikeluarkan. Mobil bukan dia juga yang punya," terang anak petani ini.

Iptu Indra Kusuma juga khawatir, ada yang berfikir laka lantas yang menghilangkan nyawa seseorang selesai secara damai, padahal sebenarnya secara hukum tidak begitu.

Sejauh ini lanjutnya apabila menghilangkan nama orang, tentu proses hukum harus tetap berlanjut.

Iptu Indra Kusuma pun mengantar Amin Hosen ke tahanan secara baik-baik.

Sekali dua hari, dia selalu memberi masukan kepada Amin Hosen.

Karena di dalam tahanan jumlahnya cukup banyak, Iptu Indra Kusuma terbersit untuk memberi wejangan secara agama, serta memberi motivasi hingga dukungan moril.

"Setiap sore, biasanya kalau gak ada kegiatan saya bertemu tahanan. Saya kasih support terus. Saya kasih wejangan terus, karena sebaik- baiknya manusia ialah manusia yang bermanfaat bagi orang lain," tutur Iptu Indra Kusuma.

Setelah memberi wejangan, ujarnya, tahanan atas nama Amin Hosen mengatakan kepada teman-temannya yang lain agar dilakukan salat berjamaah di sel tahanan tersebut.

Yang diminta sebagai imam salat ialah Iptu Indra Kusuma.

"Semua mereka serentak meminta saya untuk jadi imam salat berjamaah. Saya tanya ke KSPK di sana, aman atau tidak. KSPK itu ragu juga. Namanya di tahanan, psikologis orang berbeda- beda," ucapnya.

Tak putus di situ saja, Iptu Indra Kusuma meminta pendapat penjaga tahanan tersebut, ada sekitar lima orang.

Kekhawatiran mereka sama, yang namanya manusia tidak ada yang bisa menjamin apa isi hati dan pikirannya.

Akhirnya, Iptu Indra Kusuma menolak permintaan tahanan tersebut karena di sel tahanan itu tidak ada pembatas antara imam dengan makmum.

"Saya bilang, saya gak bisa karena batas saya dengan kamu itu gak ada. Kalau ada batasnya satu pintu lagi saya bisa aman."

"Saya gak berani takutnya kalian melakukan hal-hal aneh," tutur Indra Kesuma. Namun, tahanan itu tetap membujuk.

Dari wajah psikologis mereka, kata Iptu Indra Kesuma, terlihat memang banyak yang ikhlas.

Jumlah tahanan tersebut cukup banyak. Iptu Indra Kesuma tidak yakin juga semua baik. Tapi dia tidak yakin juga semua tidak baik.

Setelah itu, Iptu Indra Kesuma mencoba meminta pendapat pada Kapolres Padang Pariaman

Kapolres mengizinkan, tapi tentu selaku pimpinan harus mempertimbangkan segala risiko.

Namun, Iptu Indra Kesuma tetap memiliki tekad kuat. Sebelum salat itu dia berdoa semoga diberi kemudahan dan keselamatan dalam memimpin salat.

"Saya sudah mikir, Ya Allah yang saya lakukan perintahmu ya Allah. Yang saya bimbing ini juga Hambamu ya Allah. Yang saya sembah juga engkau ya Allah. Andaikan saya mati di dalam ini, saya ikhlas. Gitu aja doa saya," ungkapnya.

Boleh dikatakan apa yang dilakukan Iptu Indra Kesuma modal nekat saja.

Namun, segala sesuatu tergantung niat dan akhirnya ia memberanikan diri untuk menjadi imam.

Istilah guru Abdul Somad, katanya, pemberani tidak mempercepat orang mati, pengecut juga tidak akan memperlambat orang mati.

Atas restu Kapolres, Iptu Indra Kesuma menyatakan kepada tahanan bahwa ia mengabulkan keinginan tersebut.

Iptu Indra Kesuma bertekad untuk mencoba. Dia memanggil enam orang anggota penjaga, dua berada depan dan enam orang berada di belakang.

Dua yang berada di depan untuk dokumentasi mana tahu andaikan ada yang melakukan hal-hal aneh itu bisa dilihat.

"Gunanya bagi saya didokumentasikan bukan untuk diviralkan, andaikan nanti ada hal-hal yang tidak diinginkan, kita ada bukti," terang Iptu Indra Kesuma.

Saat melafadzkan takbir, Indra tidak ada pikiran menyelenggarakan salat di sel tahanan.

Dia berpikir sedang melaksanakan salat di masjid saja, karena dirinya pernah menjadi imam salat di masjid saat sekolah di MAN.

Saat dirinya membaca surah Alfatiha, semua jamaah mengaminkan dengan sekeras mungkin.

"Antusias minta ampun. Saya melantunkan Alquran Surah Ali Imran," tutur Indra.

Setelah itu, Indra kembali memberi wejangan.

Dia menyebut, yang berada di dalam tahanan belum tahu lebih hina dibanding orang yang berada di luar tahanan.

Berada di tahanan ujarnya, bukti Allah sayang. Allah memberi teguran, yang penting ada rasa menyesal dan tidak akan mengulangi perbuatan yang sama.

Inda mengaku itu adalah pengalaman pertama kalinya jadi iman salat di sel tahanan.

"Sebenarnya, ini baru pertama kali. Saya baru pindah ke sini . Baru dua bulan, sebelumnya saya di Polda, bagian Ditlantas."

"Tahanan itu kan terkait reskrim. Kalaupun ada laka lantas, penyidikannya termasuk ranah reskrim juga, cuma karena pasalnya aja berbeda," sambung Indra.

Indra berkata jujur, basic nya itu lalu lintas. Tapi dia ingin berbuat baik dan Allah membalas kebaikan tersebut.

Iptu Indra Kesuma sempat kaget videonya diunggah ke facebook. Bahkan ada yang mengubah dan pakai irama sedih.

"Setelah ditonton lagi, saya sedih juga. Saya sebagai polisi intinya hanya ingin mengajak orang berbuat baik," ungkap Iptu Indra Kesuma.

Diketahui, Iptu Indra Kesuma bertugas di Polda semenjak 2001. Dulu dia di bagian Ditlantas bagian PJR.

PJR tugasnya melakukan pengawalan VVIP dan pejabat setingkat presiden, menteri dan gubernur.

Bahkan dia juga pernah empat tahun menjadi PJR gubernur Irwan Prayitno.

Setelah itu, pada Tahun 2014 silam dia masuk sekolah kepolisian.

Lalu, kembali lagi ke Ditlantas. Setelah satu tahun, dia pindah lagi ke Sabhara.

Kemudian pindah ke Profesi dan Pengamanan pada 2017. Enam bulan di posisi itu, pindah lagi ke Ditlantas tempat semula. Setelah itu, baru Kasatlantas Padang Pariaman.

Iptu Indra Kesuma asli putra Padang Pariaman. Dia merupakan anak seorang petani.

Dari kecil sudah terbiasa hidup susah. Tamat SMP, entah dikira bandel atau bagaimana, dia dimasukkan ke MAN.

Saat di MAN, ia pun kekurangan biaya, bahkan untuk membayar uang kos saja malahan tidak ada.

Ada yang menawarkan untuk jadi imam dan muazin.

Berkat kegigihan belajar, serta cara mengumandangkan azan dan menghafal ayat, dan belajar tajwid. Dia belajar dari seorang temannya yang alumni pesantren.

"Kemauan saya tinggi, makanya saya pernah menjadi imam dan muazin di Masjid Ampalu, Kota Pariaman," katanya.

Tinggal di masjid, ketika itu, dia sering diantar makanan oleh warga sekitar menggunakan rantang.

Uang jajan pun diberi sehingga ia bisa mencukupi kebutuhannya sehari-hari hingga ia tamat dari MAN.

Setelah itu, baru dirinya masuk polisi. Dulu sebenarya juga tak terbersit olehnya masuk polisi.

Dia mengaku sempat takut dengan polisi, tapi setelah Allah menakdirkan dirinya jadi polisi, semua yang dipikirkan itu berhasil ditepis.

"Ternyata polisi itu betul-betul bisa melindungi dan mengayomi. Di mata saya polisi itu baik," tutup ayah dua anak ini. (*)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved