Perjuangan Syaiful Dirikan Panti Rehabilitas Sosial Narkoba, Modal Rp100 Ribu hingga Ditinggal Teman

Uang Rp 100 ribu menjadi titik awal bagi Syaiful hingga bisa mendirikan Panti Rehabilitas Sosial Narkoba Sahabat Suci Hati.

Penulis: Rima Kurniati | Editor: afrizal
tribunPadang.com/RimaKurniati
Syaiful pendiri Panti Rehabilitas Sosial Narkoba Sahabat Suci di Padang dengan modal awal Rp.100.000 untuk beli tikar 

Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rima Kurniati

TRIBUNPADANG.COM, PADANG- Uang Rp 100 ribu menjadi titik awal bagi Syaiful hingga bisa mendirikan Panti Rehabilitas Sosial Narkoba Sahabat Suci Hati.

Hadir di Padang sejak 2008 silam, panti rehabilitasi bagi pecandu zat terlarang itu muncul dari keprihatinan Syaiful pada lingkungan sekitar. 

Wanita Diperkosa 4 Pria di Pasaman Barat, Pelaku Tak Menggubris Meski Korban Merengek Kesakitan

Aji, Santri Tahfiz Quran di Padang Terbaring Lemah Didera Kanker Tulang Langka

Bukan hal mudah mendirikan Panti Rehabilitas Sosial Narkoba dengan ketiadaan dana.

Namun rasa prihatin terhadap kondisi lingkungan yang ada dalam sanubari Syaiful justru lebih kuat. 

Bermodal uang Rp 100 ribu, Syaiful memanfaatkannya untuk membeli selembar tikar. 

Kepada TribunPadang.com pria yang biasa dipanggil Ustadz ini menuturkan, uang tersebut digunakan untuk membeli tikar yang dihamparkan pertama kali di Pantai Purus Padang.

Panti Rehabilitas Sosial Narkoba Sahabat Suci Hati di Jalan Gunung Ledang RT 005 RW. 001 Kelurahan Tabing Banda Gadang Kecamatan Nanggalo Padang.
Panti Rehabilitas Sosial Narkoba Sahabat Suci Hati di Jalan Gunung Ledang RT 005 RW. 001 Kelurahan Tabing Banda Gadang Kecamatan Nanggalo Padang. (tribunPadang.com/RimaKurniati)

Dirinya mengajak anak-anak jalanan duduk bersama di atas tikar tersebut sebagai bentuk sosialisasi bahaya narkoba.

Secara bertahap, aktivitas Syaiful pun ditingkatkan. 

Sosialisasi bahaya narkoba yang awalnya hanya beralaskan tikar di Pantai Purus, berlanjut ke mesjid. 

Saat itu dirinya pun minta izin pada pengurus mesjid agar bisa menggunakan bagian dari tempat ibadah itu untuk sosialisasi. 

"Kita tanyakan pengurus mesjid untuk dijadikan tempat sosialisasi narkoba dan waktu itu juga LGBT," ungkapnya.

Perjuangan yang dilakukan Syaiful pun mulai dilirik.

Tahun 2011 dirinya diajak bergabung dengan Badan Narkotika Provinsi Sumatera Barat.

Pada tahun 2014 dirinya pun menjadi institusi penerima wajib lapor atau IPWL

Awalnya mendirikan Panti Rehabilitas Sosial Narkoba Syaiful tidak sendiri, namun bersama tiga orang temannya.

Mereka memiliki rasa prihatin yang sama terhadap lingkungan. 

"Berawal dari keprihatinan. Karena saya juga aktif di media penyuluhan HIV, kemudian jika ada bencana kita datang gabung dengan organisasi," ungkapnya.

Seiring berjalan waktu, teman Syaiful mulai menghilang dikarenakan kesibukan dengan profesi.

"Ada yang dokter juga dosen, karena gak ada waktu semuanya mundur," tambahnya.

Namun, perjuangan Syaiful saat ini belumlah berhenti. 

Jalan terjal harus dilewati pria yang memenuhi kebutuhan hidup dari pengobatan herbal ini. 

Walau bergerak di bidang rehabilitasi pecandu narkoba, psikotropika dan zat adiktif, bantuan yang diterimanya sangat minim. 

Saat ini hanya ada bantuan berupa kuota makan untuk 10 orang yang direhab. 

Syaiful bukannya berpangku tangan. 

Dirinya sudah berpuluh kali mengajukan proposal pada pemrintah, pejabat maupun CSR.

Namun, respon yang diterimanya sangat minim.

Bahkan untuk bantuan CSR pun diakui Syaiful belum pernah ada yang singgah ke panti rehabilitasi yang dikelolanya. 

"Kita dapat bantuan untuk kuota 10 orang yang rawat inap, nah selebihnya gimana?," ungkapnya.

Syaiful mengatakan masih kurangnya perhatian masyarakat, maupun pemerintah pada bahaya narkoba.

Pejabat maupun wakil rakyat diakuinya belum pernah mampir. 

"DPRD, Pak Wali, belum pernah ke sini. Mungkin ini nggak seksi untuk popularitas. Bagus mereka bangun jalan berapa meter, mereka bisa dikenal," tambahnya.

Panti Rehabilitas Sosial Narkoba Sahabat Suci Hati ada di Jalan Gunung Ledang RT 005 RW. 001 Kelurahan Tabing Banda Gadang Kecamatan Nanggalo Padang.

Beruntung, perjuangan Syaiful masih mendapat dukungan dari keluarganya.

"Keluarga mendukung saya. Kalau untuk kebutuhan sehari-hari dipenuhi dari pekerjaan di bidang pengobatan herbal," ungkapnya.(*)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved