Internasional
KALEIDOSKOP INTERNASIONAL 2019: Momentum Kematian Pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi
PADA 26 Oktober, sebuah laporan mengejutkan datang dari desa bernama Barisha, yang berada di Provinsi Idlib, Suriah.
Penulis: Emil Mahmud | Editor: Emil Mahmud
PADA 26 Oktober, sebuah laporan mengejutkan datang dari desa bernama Barisha, yang berada di Provinsi Idlib, Suriah.
Dua pejabat keamanan Irak yang enggan disebutkan namanya menyatakan, Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi telah tewas.
"Informan kami mengonfirmasi kepada intelijen bahwa Baghdadi tewas terbunuh bersama pengawalnya setelah tempat persembunyiannya ditemukan," jelas sumber itu.
Sehari berselang, Presiden AS Donald Trump membenarkan bahwa Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi sudah tewas di Suriah.
Dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, presiden 73 tahun itu mengatakan bahwa Baghdadi mengaktifkan rompi bom bunuh diri miliknya.
Dia menjelaskan operasi itu ditempuh selama satu jam menggunakan helikopter yang diterbangkan dari sebuah pangkalan rahasia.
Trump mengatakan operasi untuk membunuh buronan paling dicari dunia itu bisa terlaksana berkat bantuan militer Rusia, Suriah, Turki, dan Irak.
"Dengan megah, pasukan khusus menuntaskan misi malam yang berbahaya dan menantang di kawasan timur laut Suriah," papar Trump saat itu.
Trump menjelaskan, militer AS segera melakukan pemeriksaan cepet menggunakan potongan tubuh Baghdadi yang meledak untuk memastikan sosoknya.
Selain dia, Trump menyatakan dua anak juga tewas setelah mereka dibawa melarikan, dengan seekor anjing terluka saat Baghdadi meledakkan diri.

Jenazah pria paling dicari dunia selaam lima tahun terakhir itu dilaporkan "dikubur" di laut setelah meminta saran pakar agama.
Kepastian kabar kematian Abu Bakr al-Baghdadi mengakhiri masa persembunyiannya sejak mengumumkan "kekhalifahan" di Mosul, Irak, pada 2014 silam.
ISIS yang awalnya sempat bungkam, akhirnya mengumumkan kematian Abu Bakr al-Baghdadi lima hari setelah serangan itu.
Dalam rekaman audio yang dirilis di Telegram, kelompok ekstremis itu menunjuk Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi sebagai orang nomor satu mereka.
Trump memang menyatakan bahwa operasi tersebut tidak bisa dilepaskan dari izin negara seperti Rusia untuk memasuki kawasan udara mereka.