Kak Seto Usul ke Mendikbud Sekolah Diberlakukan 3 Hari Dalam Seminggu, Lihat Pertimbangannya
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi ( Kak Seto) memberikan usul kepada Mendikbud Nadiem Makarim agar sekolah hanya diberlaku
"Nah ini yang saya harapkan idenya Mas Menteri baru. Pokoknya gaya (kurikulum) milenial," pungkas Kak Seto.
Matematika 4 Masih Hidup
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto mengusulkan sekolah cuma tiga hari kepada Mendikbud Nadiem Makarim, sebut nilai Matematikanya paling tinggi 4 tapi tetap hidup.
Kak Seto sangat mengandalkan Mendikbud Nadiem Makarim bisa membawa pendidikan Indonesia ke arah pendidikan yang lebih milenial.
Kak Seto mendukung perubahan kurikulum di bawah kepemimpinan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru, Nadiem Makarim.
Akan tetapi, Kak Seto mengatakan bahwa kurikulum yang baru harus bisa menghargai setiap potensi dan dinamika yang dimiliki masing-masing anak. Tidak melulu menjajal anak dengan pengetahuan akademik.
"Saya dulu matematika paling tinggi dapat empat. Alhamdulillah masih hidup karena disalurkan matematika itu jadi nyanyi, olahraga, bela diri, dan sebagainya," kata Kak Seto di Mapolres Metro Jakarta Utara, Rabu (4/12/2019).
• SUMBAR - BI Sumbar Adakan Pertemuan| Pengin Dapat Kartu Pra Kerja?| Genius Umar Raih Award
• PADANG - Daftar CPNS Pemko Padang Ditutup 5 Desember| Imbauan untuk PKL di Pantai Padang
Kak Seto mengatakan kurikulum yang ada saat ini sangat membebani anak-anak sebagai siswa. Mereka harus banyak buku ke sekolah, jam pelajaran yang begitu panjang, pekerjaan rumah (PR) hingga bimbingan belajar.Hal tersebut membuat siswa stres dan menganggap hari tidak bersekolah adalah hari yang menyenangkan.
Kak Seto lantas berharap stigma itu bisa berumah di kepemimpinan mantan bos Gojek tersebut."Kami dukung kurikulum untuk anak, bukan anak untuk kurikulum. Sekolah untuk anak bukan anak untuk sekolah," ucap Kak Seto.
Sebelumnya Kak Seto juga menyoroti kurikulum yang ada saat ini yang menurut dia memicu terjadinya tawuran sebagai sarana hiburan seperti yang terjadi di Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara pada 24 November 2019 lalu.
"Anak zaman sekarang sekolah bawa koper, buku seabrek abrek. Pulang-pulang masih banyak PR. Akhirnya, teler. Akhirnya meledak. Meledaknya macem-macem ya geng motor ya LGBT, segala macem," kata Kak Seto