Alasan Warga Petamburan Gugat 12 Wakil Menteri Kabinet Jokowi Ma'ruf, Ajukan Permohonan ke MK

Bayu Sagara, warga Petamburan, Tanah Abang Jakarta Pusat mengajukan gugatan pada 12 wakil menteri kabinet Jokowi Ma'ruf

Editor: afrizal
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin memperkenalkan calon-calon wakil menteri Kabinet Indonesia Maju sebelum acara pelantikan di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (25/10/2019). Presiden Joko Widodo resmi melantik 12 Wakil Menteri Kabinet Indonesia Maju 

Alasan Warga Petamburan Gugat 12 Wakil Menteri Kabinet Jokowi Ma'ruf, Ajukan Permohonan ke MK

TRIBUNPADANG.COM - Bayu Sagara, warga Petamburan, Tanah Abang Jakarta Pusat mengajukan gugatan pada 12 wakil menteri kabinet Jokowi Ma'ruf

Gugatan tersebut diajukan oleh Bayu Sagara yang merupakan Ketua umum Forum kajian hukum dan konstitusi (FKHK)

12 Wakil Menteri Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dan KH Ma'ruf Amin digugat ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Posisi wakil menteri diminta dihapus karena dinilai memboroskan anggaran negara dan tumpang tindih dalam struktur kementerian.

Gugatan tersebut diajukan oleh Ketua umum Forum kajian hukum dan konstitusi (FKHK) Bayu Sagara.

Warga Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat itu memberi kuasa kepada advokat Viktor Santoso Tandiasa untuk mengajukan permohonan ke MK.

Dalam salinan permohonan yang dimuat di website resmi Mahkamah Konstitusi, Rabu (27/11/2019), pemohon meminta MK memutuskan bahwa pasal yang mengatur pengangkatan wakil menteri bertentangan dengan UUD 1945.

Dalam salinan tersebut, permohonan gugatan tersebut teregistrasi pada 26 Desember kemarin dengan Nomor 80/PPU/XVII/2019.

Pemohon yang berprofesi sebagai advokat menilai penambahan 12 jabatan wakil menteri oleh Presiden Jokowi tidak sesuai dengan dengan putusan MK Nomor 79/PUU/IX/2011.

Menurut Bayu, penambahan jabatan wakil menteri juga menimbulkan pemborosan anggaran negara karena negara harus menyediakan fasilitas-fasilitas kepada mereka yang bersumber dari APBN berupa rumah dinas, kendaraan dinas, biaya operasional, gaji, tunjangan jabatan, sekretaris, ajudan, staf pembantu, sopir, dan lain-lain.

Jika tidak ada pengangkatan wakil menteri, maka anggaran yang dihabiskan untuk membiayai fasilitas mereka, kata Bayu, bisa digunakan untuk kesehatan, pendidikan dan pembukaan lapangan kerja untuk masyarakat.

Bayu menilai tugas wakil menteri merupakan tugas yang telah dapat dijalankan oleh pejabat lain yang ada dalam struktur kementerian sebagaimana diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.

Menurutnya, wakil menteri harusnya diatur dalam undang-undang tersendiri agar tidak menimbulkan kesewenangan.

Bayu memohon MK menguji Pasal 10 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 karena dinilai bertentangan dengan UUD 1945.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved