10 Gempa Sumbar

Yohanes Tuadaru Mengenang Ada Mahasiswa STBA Prayoga yang Lolos dari Maut dan Meninggal Dunia

Kilas balik cerita gempa 2009 di Kampus STBA Prayoga terungkap kembali lewat penuturan Yohanes Tuadaru, Ketua STBA yang

Penulis: Merinda Faradianti | Editor: Emil Mahmud
TribunPadang.com/Merinda Faradianti
Yohanes Tuadaru yang saat ini menjabat sebagai Ketua STBA Prayoga 

Laporan Wartawan TribunPadang.com, Merinda Faradianti

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Kilas balik cerita gempa 2009 di Kampus STBA Prayoga terungkap kembali lewat penuturan Yohanes Tuadaru, Ketua STBA Prayoga yang kampusnya sempat ambruk diguncang gempa dahsyat itu.

Sebelumnya, gempa yang berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR) pernah mengguncang Sumatera Barat (Sumbar) pada tanggal 30 September 2009 masing menyisakan duka hingga saat ini.

Gempa yang berkekuatan dahsyat tersebut banyak menghancurkan bangunan serta fasilitas umum lainnya.

Satu di antaranya kampus STBA Prayoga yang beralamat di Jalan Veteran Nomor 8, Purus, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumbar.

MENGINTIP POTRET Gedung Perpustakaan Provinsi Sumbar yang Ambruk Diguncang Gempa

TRAGEDI GEMPA 30 September 2009, Momentum Ubah Kota Padang dari Air Mata Jadi Mata Air

Kepada TribunPadang.com, saat ditemui Selasa (17/9/2019) di ruangan kerjnya,  Yohanes Tuadaru bercerita mengenai proses evakuasi korban dan keadaan kampus STBA Prayoga pada saat itu.

Yohanes Tuadaru bercerita bahwa yang menjadi korban adalah mahasiswa yang berprestasi dan juga anak-anak yang baik budi.

Salah seorang yang menjadi korban adalah Oktaliana Marliana Markus.

Seorang mahasiswa yang berprestasi, Juara 1 debat Bahasa Inggris yang diadakan oleh Kopertis Wilayah X (Dikti).

"Pada saat itu saya merasakan sangat sedih karena korbannya anak baik dan pintar-pintar. Ada satu diantara korban adalah juara 1 debat Bahasa Inggris Kopertis wilayah X Oktaliana Marliana Markus.

Selain itu pada hari roboh tersebut kita seperti pesimistis bakal bisa bangun kampus lagi. Karena bangunan itu dibangun pada saat krisis moneter Tahun 1997 menghabiskan dana belasan miliar, termasuk fasilitas dari uang Yayasan Prayoga.

Setelah 2 minggu tidak kuliah kita bikin pengumuman perkuliahan akan dimulai lagi kalau tidak salah tanggal 12 Oktober 2009 di kampus Akademi Farmasi di Sudirman.

Semuanya hadir, pada saat itu kami terkejut Mailizar tadi datang kami pikir dia masih belum terevakuasi. Saat dia datang semua mahasiswa lari, lalu kami tanya dan dia menceritakan semuanya," katanya Yohanes.

Setelah merasa terpuruk karena tragedi tersebut, seluruh mahasiswa dan dosen STBA Prayoga bangkit kembali dengan membangun ulang kampus di tempat yang sama.

Kemudian, mereka juga mengadakan kegiatan setiap tahun tanggal 30 September melakukan aksi doa bersama di kampus STBA Prayoga tersebut.

"Kita lihat para dosen semangat dan ada keinginan untuk bangkit. Ada bantuan juga dari pemerintah sekitar Rp 8,5 milyar. Tapi bangunan sekarang belum selesai semuanya. Bangunan sekarang hanya sepertiga dari bangunan yang lama. Ini bangunan sudah tahan gempa dan pada saat gempa terjadi ini dijadikan shelter.

Setiap 30 September kita selalu memperingati kejadian gempa dengan melakukan doa bersama. Karena korban berasal dari 3 agama ada Umat Muslim, Khatolik, dan Budha. Kita kumpul pukul 17.00 WIB dengan menanggil pemuka agama.

Dari 11 korban ada 2 jenazah yang tidak teridentifikasi karena wajahnya hancur, diduga mereka jatuh dengan posisi wajah telungkup. Korban yang sudah teridentifikasi langsung dibawa keluarga," ujar Yohanes Tuadaru.

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved