10 Gempa Sumbar
Dosen Korban Reruntuhan Gedung STBA Prayoga Padang Diangkat Jadi PNS di Kampung Halamannya
, sebenarnya yang terdaftar di absen ada 14 mahasiswa tapi pada saat itu ada seorang mahasiswa yang bernama Mailizar, yang berhasil selamat dari trage
Penulis: Merinda Faradianti | Editor: Emil Mahmud
Yohanes Tuadaru mengemukakan, sebenarnya awalnya, yang terdaftar di absen ada 14 mahasiswa tapi pada saat itu
"Mailizar ini pada saat kejadian ingin buang air kecil dia lihat di lantai 3 sepi dia turun ke lantai 1 sekalian mau membeli air minum. Pada saat gempa ia langsung panik dan lari kemudian mencari angkutan umum langsung ke Batusangkar.
Nah, teman-temannya saat gedung sudah miring mau roboh mereka sempat keluar semua dari lokal berlari menuju tangga yang terdekat dari kelas. Tangga beton rontok mereka melayang lalu jatuh berdempet-dempetan," ujar Yohanes Tuadaru.
Pihaknya sempat pesimistis tak bakal bisa bangun kampus lagi.
Mengingat gedung itu dibangun pada saat krisis moneter Tahun 1997 habis dana belasan miliar rupiah, yang lengkap dengan fasilitas dari kas Yayasan Prayoga.
"Setelah 2 minggu tidak kuliah kita bikin pengumuman perkuliahan akan dimulai lagi kalau tidak salah tanggal 12 Oktober 2009 di kampus Akademi Farmasi di Sudirman. Semuanya hadir, pada saat itu kami terkejut Mailizar tadi datang kami pikir dia masih belum terevakuasi. Saat dia datang semua mahasiswa lari, lalu kami tanya dan dia menceritakan semuanya," kata Yohanes Tuadaru.
Setelah merasa terpuruk karena tragedi tersebut, seluruh mahasiswa dan dosen STBA Prayoga bangkit kembali dengan membangun ulang kampus di tempat yang sama.
Selanjutnya, mereka juga mengadakan kegiatan setiap tahun tanggal 30 September melakukan aksi doa bersama di kampus STBA Prayoga tersebut.
"Kita lihat para dosen semangat dan ada keinginan untuk bangkit. Ada bantuan juga dari pemerintah sekitar 8,5 milyar. Tapi bangunan sekarang belum selesai semuanya. Bangunan sekarang hanya sepertiga dari bangunan yang lama. Ini bangunan sudah tahan gempa dan pada saat gempa terjadi ini dijadikan shelter.
Setiap 30 september kita selalu memperingati kejadian gempa dengan melakukan doa bersama. Karena korban berasal dari 3 agama ada Ummat Muslim, Khatolik, dan Budha. Kita kumpul pukul 17.00 WIB dengan menanggil pemuka agama.
Dari 11 korban ada 2 jenazah yang tidak teridentifikasi karena wajahnya hancur, diduga mereka jatuh dengan posisi wajah telungkup. Korban yang sudah teridentifikasi langsung dibawa keluarga," ujar Yohanes Tuadaru.(*)