GADIS Solok, Nilam Permata Sari Lulusan Jurusan Sendratasik UNP Raih IPK 3.92 Pengin Jadi Dosen
Nilam Permata Sari gadis asal Selayo, Solok ini merupakan lulusan Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Padang (UNP)
Penulis: Merinda Faradianti | Editor: Emil Mahmud
Nilam Permata Sari, Gadis Asal Solok Peraih IPK Tertinggi 3,92 Wisuda Universitas Negeri Padang (UNP) Hari Ketiga
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Merinda Faradianti
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Nilam Permata Sari gadis asal Selayo, Solok ini merupakan lulusan Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Padang (UNP) yang meraih nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) tertinggi.
Siapa yang menyangka gadis dengan penampilan sederhana dan senyuman yang manis tersebut didapuk menjadi pemuncak di acara wisuda UNP hari ketiga.
"Cita-cita Ilam pengin jadi dosen, dan dengan meraih nilai tertinggi ini dapat piagam penghargaan.
Besok jadi pemuncak pas wisuda hari ketiga. Benar-benar enggak nyangka, IPK 3.92 hanya satu B+ selain itu ada A-," kata Nilam kepada TribunPadang.com saat ditemui di Kampus FBS UNP Air Tawar, Kota Padang, Minggu (15/9/2019).
• Konferensi Internasional Geografi (ICGEO) ke-1 Tahun 2019 yang Diselenggarakan di Auditorium UNP
Gadis -- yang biasa dipanggil-- Ilam ini tidak menyangka bahwa dirinya akan mendapatkan nilai IPK tertinggi di universitas.
Nilam Permata Sari menuturkan tidak ada trik khusus yang ia jalani, hanya saja Nilam selalu mencoba dan melatih dirinya setiap hari.
"Speechless, awalnya perjuangan skripsi ga nyangka bahkan pesimis September ini tidak jadi wisuda karena ada PKL.
Kemudian tidak bisa penelitian lebih cepat. Tapi dibalik itu ada pembimbing yang memberikan semangat. Sayang loh nilainya bagus tapi ga wisuda tahun ini," lanjut Nilam Permata Sari.
Dibalik kesuksesannya mendapatkan nilai tinggi tersebut banyak rintangan yang harus ia hadapi. Termasuk teman seperjuangan yang mengadu domba, hingga tuduhan miring terhadapnya.
Tapi semua itu ia tepis dengan terus berlatih dan mencari hal-hal baru. Sehingga yang awalnya sempat terpuruk bisa bangkit karena dukungan keluarga dan orang sekitarnya.
"Banyak yang adu domba, menjatuhkan dari lingkungan, tapi Ilam bersikap masa bodoh.
Sempat down tapi ingat orang tua di rumah dan adik-adik juga. Jadi semangat lagi, jadi bangkit lagi," lanjut anak pertama dari empat bersaudara tersebut.
Nilam Permata Sari bercerita, ia berasal dari keluarga yang sederhana dengan Ayah seorang mekanik mobil dan Ibu yang berjualan keripik balado.
Berasal dari Ayah dan Ibu yang sudah berpisah dari saat ia masih berseragam SMA tak menghalangi niatnya untuk menggapai cita-citanya melalui seni tari.
"Setelah sidang seminar dianggurin dulu skripsinya, karena down karena masalah tersebut. Ilam juga seorang anak broken home, tinggal sama Ayah, karena masalah ini tidak mungkin rasanya ngadu ke Ayah. Ayah juga banyak urusan. Tapi seiring dengan itu Ilam selalu minta doa ke Ayah," kenangnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Selain ingin membanggakan kedua orangtuanya, Nilam Permata Sari harus menamatkan kuliahnya dalam jangka waktu 4 tahun.
"Nilam mahasiswa Bidikmisi jadi harus tamat 4 tahun. Jujur ga pernah dikasih uang belanja sama orang tua. Bukan berarti orang tua tidak pernah menawarkan, tapi Ilam paham adik-adik lebih membutuhkan daripada Ilam," papar gadis kelahiran 1997 tersebut.
Saat masih berstatus mahasiswa baru di Fakultas Bahasa dan Seni UNP ia sudah berniat di dalam hati untuk menjadi pemucak saat acara wisudanya.
Tak hanya sekadar niat, Nilam juga membuktikannya dengan hasil yang memuaskan.
Hasil tersebut ia dapatkan tidaklah mudah, ia berjuang keras agar Ayah dan Ibu nya bangga.
"Walaupun banyak ribtangan saat pengumuman ternyata Ilam bisa jadi pemuncak. Dari awal kuliah memang sudah niat untuk jadi pemuncak.
Nah ternyata benar-benar kejadian, di kasih tahu ke Ayah dan beliau hanya beri selamat saja. Memang cuek, tapi Ilam pernah kepergok Ayah nangis karena prestasi Ilam," tukas Nilam Permata Sari sambil menyeka air matanya yang sudah jatuh.
Sedari kecil, Nilam Permata Sari memang sudah terbiasa dengan dunia seni khususnya tari. Ia mengaku sudah mengikuti sanggar dan sudah mencintai dunia seni dari lama.
Saat menjadi mahasiswa, Nilam Permata Sari tidak semerta-merta bersenang-senang dan berdiam diri.
Nilam Permata Sari juga aktif mengikuti kegiatan menari dan mengisi acara di berbagai kegiatan.
"Kan memang tidak diberi uang saku jadi Ilam sering ngisi kegiatan. Sekali job bisa dapat Rp 200 ribu satu kali acara.
Kadang seminggu ada 3 job jadinya Rp 600 ribu per minggu. Kalau di rumah, karena Ilam tinggalnya sama Ayah jadi Ilam lah yang mengatur keuangan.
Menjadi Ibu di rumah uang Ayah dikasih ke Ilam dan Ilam yang ngatur semuanya. Selama kuliah Ilam juga sering ikut lomba dan Alhamdulillah juara 1 terus," tukas Nilam Permata Sari.
Kedua orang tuanya merupakan semangat bagi Nilam Permata Sari untuk terus mengejar cita-citanya.
Nilam Permata Sari selalu berpesan kepada adik-adiknya agar selalu rajin belajar agar bisa mengubah keadaan keluarga.
Menjadi seorang sarjana tak membuat Nilam Permata Sari berpuas hati.
Nilam Permata Sari , berencana akan melanjutkan kuliah S2 sesuai bidang tari.
"Sebenarnya mau lanjut S2 tapi kalau tidak ada link beasiswa mau karir dulu. Mau kerja di perusahaan, cari duit dulu. Tapi kalau memang belum saatnya Ilam sabar dulu kerja, pasti ada kemudahan Ilam juga percaya sama Tuhan.
Karena Tuhan pasti memberikan kehidupan yang layak untuk hambanya yang berusaha. Ilam orangnya tidak takut, suka penasaran dengan hal-hal baru. Jadi walaupun terbatas dengan materi, tapi kalau untuk pendidikan semuanya punya hak yang sama," tegas Nilam Permata Sari.
Selain mendapatkan penghargaan dari jurusan, fakultas, hingga Rektor Universitas Negeri Padang ia juga berharap agar dirinya dapat menginspirasi banyak orang.
"Harapannya untuk Ilam agar berguna dan menginspirasi banyak orang. Banyak juga junior yang minta pendapat pada Ilam tipenya ga mau nyimpan, punya apapun diberikan.
Termasuk ilmu juga, saling berbagi ilmu dengan adik-adik yang lainnya. Makanya dosen percaya dan Ilam juga pernah jadi Asdos (Asisten Dosen).
Nilam Permata Sari harus lebih banyak belajar lagi, biarlah kita kekurangan materi, tapi yang penting kita jangan takut belajar. Kita punya hak yang sama dalam pendidikan," tutup Nilam Permata Sari.