Bayi Usia 22 Bulan Sesak Nafas Akibat Kabut Asap di Riau, Dania: Saya Hanya Bisa Menangis dan Berdoa

Dania (27) dan Aris (30) hanya bisa mengipas-ngipas ruang yang ada di sekitar anak mereka, Ihsan berusia 22 hari

Editor: afrizal
Tribun Pekanbaru/Johanes Wowor Tanjung
Pendidikan di Pekanbaru lumpuh total, seluruh sekolah di bawah pengelolaan Dinas Pendidikan Pekanbaru yakni dari TK hingga SMP diliburkan akibat asap 

Bayi Usia 22 Bulan Sesak Nafas Akibat Kabut Asap, Dania: Saya hanya bisa menangis, dan berdoa

TRIBUNPADANG.COM - Dania (27) dan Aris (30) hanya bisa mengipas-ngipas ruang yang ada di sekitar anak mereka, Ihsan.

Berharap bayinya yang baru berusia 22 hari itu bisa menghirup udara yang lebih bersih.

Ihsan yang berusia 22 hari harus merasakan dampak kabut asap yang terjadi di Riau.

Bayi yang belum lama lahir ke dunia ini harus menjadi korban kabut asap di Riau.

Ihsan saat ini menderita sesak nafas akibat terpapar kabut asap.

Terpapar Kabut Asap, Warga Diminta Ikhlas, Moeldoko: Segala Musibah Datangnya dari Allah SWT

BREAKING NEWS: Kabut Asap Makin Pekat, Siswa TK hingga SMA di Dharmasraya Sumbar Diliburkan

Kabut Asap Semakin Pekat di Pekanbaru Riau, Tagar #RiauDibakarBukanTerbakar Trending di Twitter

Apalagi saat tengah malam, ketika kabut asap semakin tebal, Dania hanya bisa menangis dan berdoa.

Sudah berhari-hari Ihsan pilek dan batuk, dan di tengah situasi kabut asap, bayi Ihsan tiba-tiba sesak nafas.

Kedua orangtuanya kebingungan, tidak tau apa yang harus dilakukan pada tengah malam itu.

Bayi Usia 22 Bulan Sesak Nafas Akibat Kabut Asap, Dania: Saya hanya bisa menangis, dan berdoa
Bayi Usia 22 Bulan Sesak Nafas Akibat Kabut Asap, Dania: Saya hanya bisa menangis, dan berdoa (Tribun Pekanbaru/Alexander)

"Saya hanya bisa menangis, dan berdoa. Terus membersihkan ruangan yang penuh asap. Tapi tetap saja asap masuk ke dalam rumah kami. Kami kebingungan, tak tau harus lakukan apa, apalagi saat itu tengah malam," kata Dania menceritakan kejadian yang dialaminya tiga hari lalu, saat ditemui Tribun di Posko Pengungsian DPW PKS Riau, Jalan Soekarno Hatta, Senin (16/9/2019), melansir TribunPekanbaru.

Malam terasa panjang bagi Dania dan Aris.

Ia berusaha agar bayinya tetap bertahan dan berharap pagi segera datang.

Sembari itu, ia terus berupaya untuk menghubungi kawan yang bisa memberikan solusi atas kejadian tersebut.

"Salah seorang kawan suami memberi tahu, kalau ada rumah pengungsian PKS yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Pagi-pagi sekali, kami langsung bawa anak ke sini," tutur warga Rimbo Panjang ini.

Bayi Ihsan langsung diberikan penanganan oleh pihak panitia penyelenggara Posko pengungsian di Markaz PKS Riau tersebut.

Kabut Asap Makin Pekat, Pemprov Sumbar Siap Tampung Warga Riau dan Jambi yang Ingin Mengungsi

Namun nafas Ihsan masih terus sesak.

Ia kemudian dirujuk ke rumah sakit.

Setelah agak mendingan, baru kemudian dokter di rumah sakit membolehkan untuk dirawat jalan, dan kemudian bayi Ihsan dibawa kembali ke posko tersebut.

"Sekarang sudah tiga hari kami di sini. Pilek dan batuknya masih, kemudian sesekali nafasnya masih sesak, tapi sudah cukup jauh berkurang dari sebelumnya. Kami sangat terbantu di sini, udaranya juga cukup bersih," ujar Dania.

Ihsan dan Dania hanyalah satu dari sekian korban akibat kabut asap di Riau

Kekhawatiran yang sama dengan Dania tentu juga dirasakan oleh setiap orang tua yang masih memiliki bayi.

Ambo Ako, warga Perumahan Mustamindo 3, Kecamatan Tambang juga sangat mengkhawatirkan kesehatan dua anaknya.

Apalagi si bungsu masih berusia 2 bulan.

Posisi rumahnya sendiri berada tidak jauh dari lokasi titik api kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kampar.

Karena itu, ia sangat khawatir, dan memboyong keluarganya ke posko pengungsian DPW PKS tersebut.

"Di bagian belakang rumah kami kejadian kebakaran lahan. Para tetangga kami banyak yang mengungsi ke Sumbar. Alhamdulillah kami juga bisa mengungsi di sini," tuturnya.

Sekretaris Bidang Humas PKS Riau, Imron L Rasyiadi mengatakan, selain dari pihaknya, kader-kader PKS dan masyarakat juga turut membantu untuk memberikan sumbangan dalam bentuk makanan dan minuman di posko pengungsian tersebut.

"Di sini kami juga menerima sumbangan dalam bentuk barang, ada yang menyumbangkan nasi, air, buah, dan kebutuhan warga yang mengungsi lainnya di sini. Kalau ada yang menyumbang uang, kami alihkan ke lembaga yang kita kerjasama, karena partai kan tidak boleh terima uang. Nanti lembaga, baru dicairkan ke kita," jelas Imron.

Dikatakan Imron, pihaknya menyediakan ruangan khusus bagi ibu dan bayi, lansia, dan juga para ibu hamil.

Selain itu, juga terdapat dua aula di lantai II dan III di markaz tersebut, yang bisa menampung ratusan pengungsi.

"Kita juga ada 8 air purifier di sini untuk membersihkan udara," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Panitia Posko Pengungsian dan Kesehatan DPW PKS Riau, Edi Iswanto mengatakan, hingga saat ini sudah ada sekitar 457 orang yang mengungsi ke tempat tersebut.

Data terupdate hingga Senin siang, sebanyak 120 orang yang menginap, yang terdiri dari lansia 2 orang, dewasa 41 orang, anak 49, dan balita 27 orang.

"Posko ini kita buka sejak 11 September 2019 lalu. Semua masyarakat yang terpapar asap, kita tampung. Tak lihat dari mana mereka berasal," imbuhnya.

Pihaknya juga menyediakan layanan antar jemput, baik di Kota Pekanbaru ataupun di luar Pekanbaru.

Di sana juga ada dokter yang secara bergantian, yang bersedia sukarela untuk membantu pasien di sana.

"Kita juga terima layanan antar jemput. Gratis, tidak dipungut biaya sepersen pun. Kontaknya bisa dihubungi melalui nomor 082385035313. Kami tidak hanya layani Pekanbaru, tapi juga luar Pekanbaru. Kemaren ada yang kita jemput di Kabupaten Kampar juga. Kita punya 6 mobil yang standby untuk antar jemput," tuturnya.

Kualitas Udara Level Berbahaya

 Kondisi kualitas udara di Pekanbaru akibat kebakaran hutan di Riau sentuh level berbahaya, Senin (16/9/2019) malam.

Melansir BMKG.go.id, hingga pukul 21.00, grafik kondisi partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron (mikrometer) menujukkan peningkatan.

Kualitas udara berdasar pengukuran PM10 pada sore hingga malam hari berada pada kisaran 329 sd 355 ugram/m3 atau berbahaya.

Melansir TribunPekanbaru, BMKG pada konferensi pers di BNPB dan Gubernuran Riau kemarin (14/09/2019) menyebutkan bahwa musim kemarau di wilayah Riau masih akan terjadi sampai pertengahan Oktober 2019.

Sedang di wilayah lain bisa sampai akhir Oktober atau Awal November 2019.

Sumbar Siap Tampung Warga Riau

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar menyatakan siap untuk menampung warga Riau dan Jambi yang ingin mengungsi.

Hal ini mengingat kabut asap yang semakin pekat di Riau dan Jambi karena kebakaran hutan.

"Sumbar siap membantu warga Riau dan Jambi jika kabut asap terus menyelimuti karena dua provinsi tersebut adalah tetangga kita.

Tentu kita harus siap kapanpun untuk membantu. Kalau evakuasi ke Sumbar, kita siap," ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, Erman Rahman, Selasa (10/9/2019).

Hingga saat ini, kata dia, pihaknya belum ada koordinasi dengan pihak provinsi tetangga terkait hal tersebut.

"Kalau untuk koordinasi, saya rasa belum sejauh itu. Yang jelas jika mereka butuh bantuan, kita akan siap membantu," sambung Erman Rahman.

Selain itu, perantau Minang di Riau dan Jambi yang ingin mengungsi ke Ranah Minang, Pemprov Sumbar juga siap membantu.

"Memang belum ada koordinasi dengan Pemprov Riau dan Jambi terkait kabut asap.

Namun, sepanjang warga Minang yang berada di Riau dan Jambi butuh bantuan untuk balik ke Sumbar akan diupayakan," kata Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit.

Hujan Buatan

Untuk antisipasi karhutla agar tidak tambah banyak dan tambah luas maka Pemerintah menyiagakan 3 pesawat untuk teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan.

Pessawat Cassa 212-200 dengan kapasitas 1 ton sudah beroperasi di Riau sejak bulan 26 Februari 2019.

"Untuk memperkuat armada TMC Pemerintah menambah 1 pesat CN 295 dengan kapasitas 2.4 ton yang sudah berada di Pekanbaru dan 1 Hercules dengan kapasitas 5 ton yang direncanakan datang di Pekanbaru pada hari Senin besok," ungkap Plt Kapusdatinmas, Agus Wibowo dalam keterangan tertulisnya.

Operasi TMC sangat tergantung dengan keberadaan awan potensial hujan yang secara rutin diperkirakan oleh BMKG.

Seluruh pesawat dalam kondisi siaga dan jika terdapat potensi awan makan akan segera terbang untuk menyemai awan agar menjadi hujan.

BMKG memperkirakan bahwa pertumbuhan awan berasal dari arah utama, sehingga saat ini sebagian wilayah Indonesia di sebelah utara seperti Aceh dan Sumatera Utara sudah mulai hujan.

"Pada hari ini terdapat potensi awan sedang di wilayah Riau dan Tim masih menunggu sampai pertumbuhan awan potensial cukup banyak dan kemudian dilakukan operasi TMC," lanjutnya.

Armada Tambahan Pesawat CN 295

Pesawat CN 295 merupakan pesawat terbang transpor militer taktis dengan 2 mesin turboprop dan diawaki oleh 2 personil.

Pesawat ini bisa digunakan untuk mengangkut pasukan, evakuasi medis atau angkutan barang.

"Untuk keperluan TMC CN 295 dikonfigurasi agar dapat mengangkut bahan semai dengan kapasitas 2.4 ton," terang Agus Wibowo.

Bagian perut pesawat dimodifikasi dengan dipasang rel untuk mengangkut 8 x 300 kg bahan semai yang dengan pipa untuk menabur bahan semai secara semi otomatis.

Saat pesawat terbang sampai di awan yang potensial hujan maka petugas membuka kran dan garam akan keluar melalui pipa untuk menaburi awan dengan garam.

Bahan semai garam NaCl akan mengikat butiran-butiran air dalam awan, kemudian menggumpal menjadi berat dan akhirnya jatuh menjadi hujan.(*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved