Bayi Usia 22 Bulan Sesak Nafas Akibat Kabut Asap di Riau, Dania: Saya Hanya Bisa Menangis dan Berdoa
Dania (27) dan Aris (30) hanya bisa mengipas-ngipas ruang yang ada di sekitar anak mereka, Ihsan berusia 22 hari
Namun nafas Ihsan masih terus sesak.
Ia kemudian dirujuk ke rumah sakit.
Setelah agak mendingan, baru kemudian dokter di rumah sakit membolehkan untuk dirawat jalan, dan kemudian bayi Ihsan dibawa kembali ke posko tersebut.
"Sekarang sudah tiga hari kami di sini. Pilek dan batuknya masih, kemudian sesekali nafasnya masih sesak, tapi sudah cukup jauh berkurang dari sebelumnya. Kami sangat terbantu di sini, udaranya juga cukup bersih," ujar Dania.
Ihsan dan Dania hanyalah satu dari sekian korban akibat kabut asap di Riau.
Kekhawatiran yang sama dengan Dania tentu juga dirasakan oleh setiap orang tua yang masih memiliki bayi.
Ambo Ako, warga Perumahan Mustamindo 3, Kecamatan Tambang juga sangat mengkhawatirkan kesehatan dua anaknya.
Apalagi si bungsu masih berusia 2 bulan.
Posisi rumahnya sendiri berada tidak jauh dari lokasi titik api kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kampar.
Karena itu, ia sangat khawatir, dan memboyong keluarganya ke posko pengungsian DPW PKS tersebut.
"Di bagian belakang rumah kami kejadian kebakaran lahan. Para tetangga kami banyak yang mengungsi ke Sumbar. Alhamdulillah kami juga bisa mengungsi di sini," tuturnya.
Sekretaris Bidang Humas PKS Riau, Imron L Rasyiadi mengatakan, selain dari pihaknya, kader-kader PKS dan masyarakat juga turut membantu untuk memberikan sumbangan dalam bentuk makanan dan minuman di posko pengungsian tersebut.
"Di sini kami juga menerima sumbangan dalam bentuk barang, ada yang menyumbangkan nasi, air, buah, dan kebutuhan warga yang mengungsi lainnya di sini. Kalau ada yang menyumbang uang, kami alihkan ke lembaga yang kita kerjasama, karena partai kan tidak boleh terima uang. Nanti lembaga, baru dicairkan ke kita," jelas Imron.
Dikatakan Imron, pihaknya menyediakan ruangan khusus bagi ibu dan bayi, lansia, dan juga para ibu hamil.
Selain itu, juga terdapat dua aula di lantai II dan III di markaz tersebut, yang bisa menampung ratusan pengungsi.