Berita Padang Hari Ini

Kisah Darul Zaman, Penggosok Pakaian dengan Setrika Arang di Pasar Raya Padang, Bertahan Sejak 1991

Kisah Darul Zaman, Gunakan Setrika Arang Sejak 1991, Bertahan Jadi Penggosok Pakaian di Pasar Raya Padang.

Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Saridal Maijar
TRIBUNPADANG.COM/RIZKA DESRI YUSFITA
Darul Zaman, penggosok pakaian yang menggunakan setrika arang di Pasar Raya Padang. 

Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Sesosok pria berkumis dan bertubuh tegap tengah sibuk bekerja di kios kecil miliknya.

Setrikaan arang dengan api sedang berada di samping kanannya.

Ia adalah Darul Zaman, penjual jasa penggosok baju dengan setrika arang di Pasar Raya Padang.

Darul Zaman, ayah tiga orang anak ini merupakan satu dari tiga pria yang berprofesi sebagai penggosok baju menggunakan setrika arang di Pasar Raya Padang.

Sejak tahun 1991, Darul Zaman memang telah memulai jasa setrika baju dengan arang ini.

KISAH Pengamen Rabab Menjajakan Karya Seni Sekaligus Mengandalkan Alat Musik Tradisional

Kepada TribunPadang.com Darul Zaman mengatakan, setrika arang yang ia gunakan sudah berumur sangat lama.

"Dari Anduang (kakek) turun ka Mamak (ke Paman). Dari Mamak baru ke saya.

Sejak 1991 saya sudah mandiri menjalankan usaha setrika arang ini," ungkap Darul Zaman, Rabu (11/9/2019).

Darul Zaman memang sudah lama menggunakan setrika arang hingga kini ia tidak ingin beralih menggunakan setrika listrik.

Menurutnya, penggunaan setrika arang lebih efisien.

Darul Zaman sedang menggosok pakaian menggunakan setrika arang di Pasar Raya Padang, Rabu (11/9/2019).
Darul Zaman sedang menggosok pakaian menggunakan setrika arang di Pasar Raya Padang, Rabu (11/9/2019). (TRIBUNPADANG.COM/RIZKA DESRI YUSFITA)

Kisah Yessi, Driver Ojol Wanita di Padang, Pernah Diboncengi Penumpang hingga Minta Nomor Kontak

"Menggunakan api langsung, itu lebih membuat pakaian yang disetrika jauh lebih rapi dan tidak membuat warna pakaian pudar.

Sementara, listrik itu api kiriman. Kalau banyak menggunakan air, tentu setrika listrik akan mati sedangkan setrika arang tidak begitu," jelas Darul Zaman.

Selain itu, menurut Darul Zaman penggunaan setrika listrik lebih membutuhkan biaya yang mahal dengan jam kerja yang lama.

"Listrik biayanya mahal, kerjanya juga lama karena setrikanya ringan.

Kalau setrika arang, tekanan apinya lebih tinggi daripada listrik. Kalau listrik, diberi air rusak elemennya," ujar pria berusia 60 tahun ini.

Untuk menggosok pakaian, Darul Zaman menghabiskan satu karung arang dalam waktu seminggu.

KISAH INSPIRATIF - Bripda Dina Agustiana Jadi Juara Favorit Lomba MC Berbahasa Inggris

Ia membeli arang dengan harga Rp 105 ribu per karung.

"Sekarung arang ini bisa habis dalam waktu seminggu.

Saat menggosok, kain terlebih dahulu diberi alas kain perca sesuai ukuran.

Kemudian, percikan air ke atas alas tersebut baru mulai digosok.

Ini bertujuan agar pakaian yang disetrika tidak rusak," jelas Darul Zaman.

Sejak 1991, Darul Zaman selalu menggunakan setrika warisan kakeknya tersebut.

KISAH INSPIRATIF - Bripda Dina Agustiana Jadi Juara Favorit Lomba MC Berbahasa Inggris

Jika rusak, dia tidak pernah berkeinginan untuk membeli setrika baru.

"Kalau rusak di las saja. Dulu ada dua unit setrika, tetapi sekarang tinggal satu.

Berat setrika ini sekitar 5 hingga 6 kg," ungkap Darul Zaman.

Darul Zaman mengungkapkan satu helai pakaian ia diberi upah seharga Rp 3 hingga 5 ribu.

Bagi sebagian orang harga itu mungkin tinggi, kata Darul Zaman.

Namun, harga yang dipatok ia setimpalkan dengan jasa yang ia berikan.

"Kepuasan pelanggan diutamakan. Jadi, pelanggan tidak merasa rugi menggunakan jasanya.

Bahkan acap kali pelanggaan membayar dengan harga lebih," ungkap Darul Zaman.

Info BMKG: Prakiraan Cuaca Sumbar 11-13 September 2019, Sejumlah Wilayah Cerah Berawan

Dari tukang gosok, Darul Zaman sudah mampu menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi.

"Penghasilan saya memang tidak tetap, kadang ramai kadang sepi.

Tapi Alhamdulillah, bisa sekolahkan anak saja saya sudah bangga. Anak saya berdua sudah sarjana.

Satu tamatan Universitas Tanjungpura Pontianak Kalimantan dan satu lagi tamatan Universitas Negeri Padang.

Sementara, anak ketiga masih kuliah di Universitas Dharma Andalas," jelas laki-laki asal Pariaman ini.

Kios gosok Darul Zaman buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB.

Saat tenaganya masih kuat, ia berani buka kios dan menerima orderan hingga tengah malam.

Namun kini ia telah mengurangi aktivitasnya mengingat usianya yang sudah tak muda lagi.

Efek Rumah Kaca: Seperti Rahim Ibu OST Mata Najwa,Dilengkapi Lirik Lagu dan Video

"Kebutuhan anak-anak terpenuhi. Selagi sehat, saya akan terus menggunakan setrika arang ini.

Anak saya masih kuliah, hanya dengan cara ini saya bisa membiayai kuliahnya," tutur Darul Zaman.

Sempat menghentikan usahanya saat ini selama setahun, sebelum gempa 2009 memang tak membuat hidup Darul Zaman berubah.

"Pernah meninggalkan usaha ini, cari usaha lain ke pulau seberang untuk berdagang. Balik lagi ke kampung.

Itu karena saya berpikir, usaha yang saya jalani saat itu tidak cukup untuk membiayai sekolah anak saya," ucapnya sembari tetap menggosok kain di kios yang disewanya dengan harga 1,2 juta per bulan tersebut .

Saat gempa 2009, Darul Zaman mengenang saat itu ia lagi bekerja di kiosnya.

Jadwal Acara TV Hari Ini Rabu 11 September 2019 Trans TV SCTV GTV Indosiar, Film Warkop DKI Reborn

Saat gempa terjadi, ia tak ingin memasang wajah panik seperti kawan-kawannya.

"Kawan-kawan lain panik menyelematkan diri. Ada yang jatuh bahkan ada yang meninggal terhimpit rerobohan. Bagi saya panik itu membahayakan," ujarnya.

Ia hanya melihat situasi kemudian mencari meja/kursi untuk tempat berlindung.

"Setelah gempa berhenti, saya tutup kios dan pulang. Di rumah saya (Lubuk Buayo), waktu itu tidak runtuh, hanya retak di bagian dinding.

Setelah itu, saya mendapat bantuan untuk membangun rumah hingga kini juga belum rampung. Karena saya lebih mengutamakan sekolah anak," ucapnya.

Bagi Darul Zaman gempa adalah musibah yang tidak bisa dihindari sebab itu adalah kehendak Allah.

"Kita hanya dituntut untuk selalu hati-hati. Apapun yang terjadi kita tidak pernah tahu. Hidup itu memang penuh perjuangan," tuturnya.(*)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved