Inspiring People
KISAH INSPIRATIF - Ermanto Sempat Dicari Rektor Setelah Lulus Jadi Sarjana, Inilah Penyebabnya
Kisah inspiratif datang dari sosok Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang (UNP), Prof Ermanto, M Hum.
Penulis: Debi Gunawan | Editor: Emil Mahmud
Berasal Dari Keluarga Sederhana, Sekarang Jadi Profesor yang Produktif, Tamat Kuliah Langsung Dicari Rektor
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Debi Gunawan
TRIBUNPADANG.COM, PADANG- Kisah inspiratif datang dari sosok Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang (UNP), Prof Ermanto, M Hum.
Siapa sangka, Ermanto dulunya berasal dari keluarga sederhana dan relatif kurang mampu dengan total 12 orang saudara, yang kini tinggal 9 orang.
Dia merupakan anak ketiga yang juga memiliki tanggung jawab untuk adik-adiknya.
Dia terlahir dari pasangan sederhana, ayahnya merupakan guru sekolah dasar (SD) dan sang ibunya seorang ibu rumah tangga (IRT).

"Kalau dulu, seorang guru SD, tak sejahtera seperti guru-guru zaman sekarang," ungkapnya, Selasa (20/8/2019).
Dia lahir dan tumbuh di Desa Tuik, Kenagarian Empat Koto Mudik, Kecamatan Batang Kapas, Kabutapen Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar).
Tepatnya pada 12 Februari 1969 silam.
Rasa ingin maju di dunia pendidikan telah tertanam di Ermanto kecil yang membuat tekatnya untuk menjadi yang terbaik di setiap jenjang pendidikannya.
"Mungkin faktor lingkungan juga berpengaruh, soalnya dari Tuik ini banyak orang-orang berpengaruh terlahir," ujarnya.
Setelah menamatkan pendidikan di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) di Painan , Ia melanjutkan pendidikannya ke Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Padang, yang kini menjadi Universitas Negeri Padang (UNP).
"Awalnya ambil seni rupa pada Tahun 1988, dapatnya itu, pengennya bahasa Inggris," ungkapnya sambil bernostalgia.
Di awal kuliah, Ermanto telah mulai menekuni dunia tulis menulis, melalui rubrik Koran Masuk Sekolah (KMS) yang ada di Harian Singgalang, kala itu.
"Ini sebenarnya faktor ekonomi ya, karena uang dari orangtua itu tidak cukup," jelasnya.
Selain aktif menulis di media mainstream, Ermanto juga aktif menjadi redaktur di Koran Kampus Ganto kala itu.
Setelah setahun menjalani status sebagai mahasiswa Seni Rupa IKIP Padang, akhirnya pada semester ke tiga Ermanto memutuskan untuk pindah ke Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia.
"Saya mulai sadar kalau bakat saya lebih dominan di bidang ini," ungkap Ermanto.
Nasib baik mulai terjadi di hidup Ermanto ketika telah menamati perkuliahannya pada 1994.
Ia diminta Rektor IKIP Padang kala itu, Prof Anshar untuk menjadi staf pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia.
"Dicari rektor, mungkin karena sudah aktif menulis dan juga penerima beasiswa tunjangan ikatan dinas," jelasnya.
Setelah resmi menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), pada tahun itu juga Ermanto memberanikan diri untuk menyunting pujaan hatinya yang sama-sama bersekolah di SPG Painan dulunya.
"Kuliahnya beda, ibuk di STKIP PGRI," ungkap Ermanto malu-malu.

Pada 1999 Ermanto menamatkan S2 bidang linguistiknya di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Serta pada 2008 Ermanto menamatkan S3 di Universitas Sebelas Maret dengan predikat cumlaude.
Walaupun sibuk menamatkan pendidikan formalnya, Ermanto tetap rajin menulis dan telah menghasilkan belasan buku.
Sehingga keseriusannya menulis menghantarkan dirinya menjadi seorang guru besar pada 1 Mei 2010.
"Ke depannya walaupun disibukkan dengan rutinitas Dekan, saya akan tetap menulis dan untuk karya sastra keinginan saya lebih meningkatkan kualitas tulisan serta konsisten mengangkat isu-isu kebudayaan Minangkabau," pungkas Ermanto.(*)