Padang
Kunjungan Wisata ke Museum Adityawarman Turun, Masih Kekurangan SDM Penerangan
Museum Adityawarman Kota Padang yang menjadi salah satu tempat wisata di Kota Padang mengalami penurunan pengunjung.
Penulis: Merinda Faradianti | Editor: Emil Mahmud
Kunjungan Wisata ke Museum Adityawarman Turun, Kekurangan SDM Penerangan
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Merinda Faradianti
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Museum Adityawarman Kota Padang yang menjadi salah satu tempat wisata di Kota Padang mengalami penurunan pengunjung.
Hal tersebut diungkapkan oleh Adi Saputra sebagai Kepala Museum Adityawarman Kota Padang saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (6/8/2019).
"Kunjungan diseluruh objek wisata di Sumbar memang mengalami penurunan dari 15-20 persen.
Penyebabnya karena tiket pesawat yang mahal, kemudian tumbuh kembangnya spot-spot wisata baru di daerah," katanya.
Menurutnya dengan tumbuhnya spot-spot wisata baru di daerah membuat konsentrasi pengunjung terpecah.
Sehingga kunjungan di spot wisata di tempat-tempat yang sudah biasa dikunjungi wisatawan mengalami penurunan.
"Museum kena imbasnya juga, biasanya selama seminggu 2 hari jelang lebaran dan 4 hari setelah lebaran biasanya mengambil keuntungan dari retribusi karcis masuk sebanyak Rp 20 juta.
Namun, pada tahun ini hanya sebanyak Rp 14 juta saja, atau ada penurunan yang cukup signifikan," lanjutnya.
Untuk jumlah pengunjung Museum Adityawarman mulai Bulan Januari hingga Juni 2019 sebanyak 43.727 pengunjung.
Tiket masuk museum untuk dewasa Rp 3 ribu dan anak-anak Rp 2 ribu. Adi Saputra mengatakan tiket masuk tersebut akan mengalami perubahan awal tahun 2020.
"Tiket museum akhir 2019 ini sedang diusulkan perubahan. Sekarang perubahan itu sudah sampai di atas.
Kemungkinan finalisasi awal 2020. Nanti biayanya Rp 5 ribu dewasa, Rp 3 ribu anak-anak, dan Rp 10 ribu untuk wisatawan asing.
Nanti kita buat karcis khusus untuk wisatawan asing dengan warna berbeda dan menggunakan bahasa Inggris," paparnya.
Selain itu retribusi lainnya yang ada di Museum Adityawarman juga akan mengalami perubahan harga sewa.
"Retribusi lainnya juga kita tinjau ulang, penggunaan gedung seminar yang biasanya Rp 700 ribu akan jadi Rp 1 juta.
Untuk pesta yang dulu Rp 700 ribu jadi Rp 1,5 juta karena pengawasannya lebih ketat dan juga kebersihan tempat," ucap Adi Saputra.
Adi juga bercerita mengenai koleksi museum yang pada saat gempa 2009 mengalami banyak kerusakan dan sampai sekarang belum mengalami perbaikan.
"Kalau koleksi tidak ada yang baru, dari mulai gempa 2009 ada sekitar 300 keramik guci kita yang pecah dan sampai sekarang belum diperbaiki karena memakan biaya hingga Rp 2 Miliar.
Harus mendatangkan juga ahli dari Belanda. Tidak mungkin rasanya diperbaiki sedangkan banyak infrastruktur yang ruaak.
Sampai sekarang pecahan tersebut masih tersimpan di dalam kardus dalam karung. Dulu pengadaan dana mengenai membeli koleksi tapi berlaruta-larut sampai sekarang," ujar Adi Saputra.
Keluhkan SDM Minim
Pada saat ini, Adi Saputra mengeluhkan kekurangan SDM untuk mengelola museum kebanggaan Kota Padang tersebut.
"Setiap pekerjaan pasti ada hambatan ada kendalan ada suka dan duka. Kita terkendala di sini kekurangan SDM," kata Adi.
Adi mengungkapkan semenjak Museum Adityawarman Kota Padang didirikan pada 1976 memiliki 65 staf, namun saat ini staf museum hanya sekitar 16 orang.
Sejauh ini lanjutnya, jumlah staf menjadi berkurang lantaran ada yang menderita sakit, meninggal dunia, pindah, pensiun.
Sedangkan, pihaknya tidak melakukan perekrutmen staf baru hingga saat ini.
Hanya saja, kata Adi pihaknya dibantu oleh 5 orang tenaga honorer serta anak magang dari universitas, yang ada di Kota Padang.
Adi mengatakan bahwa museum mengalami kekurangan pencahayaan saat malam hari. Areal yang luas dengan pencahayaan yang minim membuat museum saat malam hari terlihat sangat gelap.
"Kami juga kekurangan lampu, kalau malam gelap. Dikasih saja kita lampu besar terang lingkungan ini.
Saya sudah coba membicarakan ini mengenai penerangan untuk museum tapi sampai sekarang belum ada tanggapan," keluh Adi.
Adi berharap agar museum mendapat penanganan khusus dan dapat diberikan penerangan yang memadai.
"Harapan kedepan saya 2 bulan lagi pensiun. Berharap kepala museum yang baru benar-benar menjadikan museum ini menjadi tempat yang nyaman untuk dibentuk.
Jangan hanya menjadikan museum ini tempat singgah sesaat, karena tempat yang luas dan koleksi yang banyak perlu penanganan yang baik," harap Adi.(*)