KISAH Pengikut ISIS dan Pemimpinnya Di Antara Senjata, Perang dan Gurun Pasir Berdebu
Hingga saat ini kisah mengenai ISIS seakan tak kunjung terkikis dalam ingatan khalayak yang bermukim di planet bernama Bumi.
Penulis: Emil Mahmud | Editor: Emil Mahmud
Ribuan orang, mayoritas petempur asing dan keluarganya berbondong keluar dari Baghouz lewat koridor keamanan yang dikontrol SDF.
Ribuan orang lain konon memilih bertahan hingga tumpas.
Bombardemen hebat membuat kota itu hampir rata tanah.
Sulit membayangkan bagaimana para die hard ISIS bertahan hidup di kubu terakhir mereka itu.
Lalu, bagaimana nasib anak-kanak Indonesia seperti Shamil itu? Kita ingat, mereka ini mungkin bagian "Lion Cubs of the Caliphate".
Pasukan cilik yang bersama tetua jihadis dari Indonesia membakar paspor mereka. Videonya pernah nyebar.
Mereka kini tak punya dokumen keimigrasian, tapi belum stateless. Meski hijrah dibawa orang tuanya, di benak mereka telah tertanam kuat doktrin ISIS, yang kejam dan menepikan eksistensi manusia lain.
Hari-hari mereka adalah senjata, perang, dan suasana gurun pasir yang kering berdebu.
Ke mana Amir Khalifah mereka? Mungkin sudah mati? Sembunyi seperti tikus di lubang-lubang daratan bergurun?
Atau, mungkin sedang ngopi/ngeteh di lokasi aman yang disiapkan bos-bosnya? Sungguh tragis.
*)Tulisan ini diulas dari beberapa artikel ini telah tayang di Kompas.com serta berbagai sumber lainnya.