Kabar Tokoh

Profil Dokter Terawan yang Dikirim Jokowi untuk Pantau Ani Yudhoyono, Punya Metode 'Cuci Otak'

Istana kepresidenan telah mengirimkan Mayor Jenderal TNI Dr dr Terawan Agus Putranto SpRad (K) RI untuk memantau perkembangan kesehatan Ani Yudhoyono

Editor: Bobby Wiratama
Warta Kota
Mayor Jenderal (Mayjen) TNI dr Terawan Agus Putranto 

Darah dari dan ke otak mengalir melalui empat pembuluh utama. Dua di depan disebut pembuluh darah karotis, dan dua di belakang disebut pembuluh vetebral. Kemudian terjadi percabangan hingga pembuluh-pembuluh lembut di otak.

“Nah, efek obat pereda pening hanya sampai di sini,” kata dr. Tugas sambil menunjuk empat pembuluh besar dalam foto negatif hasil MRI saya. Ia lalu menunjuk sebuah titik kecil berwarna terang di belahan otak kanan, yang oleh mata biasa mungkin tak berarti apa-apa.

“Ini artinya oksigen tidak sampai di sini. Sebabnya, pembuluh darah tidak lagi fleksibel sehingga menghambat aliran darah.”

Saya mencoba mencocokkan penjelasan itu dengan surat resume yang ditandatangani dr. Subagia Santosa Sp.Rad., yang sebagian berisi kata-kata ajaib bagi  saya: “Jaringan supra tentorial: Tampak lesi hipertensi pada T2 TIRM kecil-kecil pada white matter lobus frontal dan parietalis kanan.”

 
Kondisi otak tidak terlalu parah, sebetulnya, tapi karena tujuan besar saya adalah pencegahan serangan stroke, maka saya mengikuti prosedur selanjutnya. “Karena problemnya bersifat mekanis, penanganannya juga harus secara mekanis, melalui DSA,” kata dr. Tugas.

DSA adalah Digital Subtraction Angiografi, kateterisasi pada pembuluh darah otak.

Maka, saya pun dibuatkan jadwal. Beruntung, saya tak harus menunggu lama, yakni dua hari kemudian di minggu kedua November lalu. Meski DSA akan dilakukan pagi hari, karena bisa memastikan datang pagi-pagi, maka saya tidak perlu rawat inap. Saya pun tidak perlu puasa.

Diiringi lagu “Ave Maria”

Pukul 07.00 pagi, ketika para dokter dan staf RSPAD apel, saya melapor kepada resepsionis Paviliun Kartika. Saya diantar ke kamar, dan perawat meminta saya ganti baju dengan piyama rumah sakit.

Hasil laboratorium, foto thorax, dan EKG saya berada di dalam sebuah map. Seorang dokter ahli jantung memeriksa tekanan darah. Setelah itu, seorang perawat meminta izin untuk mengoleskan jel ke pangkal paha kanan saya, katanya itu obat patirasa agar tidak sakit ketika bagian itu nanti dilubangi untuk jalan pipa kateter.

Agak lama menunggu sambil harap-harap cemas. Saya sengaja tak cerita ke orang lain karena takut mereka salah persepsi, makanya telepon hanya menjangkau sedikit orang. Sekretaris di kantor tahu saya cuti.

10 Hari Menjalani Perawatan di Singapura, Ani Yudhoyono Ternyata Idap Penyakit Kanker Darah

Menjelang pukul 10.00 dua orang perawat dan suster kepala menjemput saya. Mereka mendorong tempat tidur saya menyusuri lorong, masuk ke lift untuk turun ke lantai 2 menuju ruang tindakan.

Saya merasa canggung karena saya bukan orang sakit apalagi pesakitan. Tapi karena ini pengalaman pertama, saya menikmatinya.

Sampai di ruang tunggu, kereta ranjang berhenti. Rupanya di ruang sebelah yang dibatasi kaca tembus pandang dr. Terawan sedang “menggarap” pasien. Saya turun dan ikut melihat dari kaca.

Rupanya ada kerabat pasien yang berdiri di antara ahli anestesi yang memantau layar-layar monitor yang menampilkan detak jantung, nadi, dan dua layar monitor dengan gambar pembuluh darah di leher dan otak disertai kawat kateter yang bergerak-gerak.

Sumber: Intisari
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved