Suka Duka Zulfikar, Warga Papua yang Bertugas di Basarnas Kota Padang
Pria kelahiran di Biak 51 tahun silam hasil pasangan ayah asal Maluku dan ibu asal Jawa bernama Zulfikar.
Penulis: Merinda Faradianti | Editor: Emil Mahmud

Laporan Wartawan Tribunpadang.com/ Merinda Faradianti
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Pria kelahiran di Biak 51 tahun silam hasil pasangan ayah asal Maluku dan ibu asal Jawa bernama Zulfikar.
Dia bercerita pada Tribunpadang.com, Rabu (13/3/2019) mengawali karir pada Tahun 1988 di Biak Papua hingga bertugas di Kantor Basarnas Kota Padang, Sumatera Barat.
Selama perjalanan karirnya Zulfikar pernah menjabat sebagai Kepala Kasi Operasi di Biak, kemudian Kepala Kantor SAR di Timika, menjadi Kepala Kantor di SAR Merauke, dan September 2018 dipindahkan ke Padang.
"Saya lahir di Biak, dengan bapak Maluku dan ibu Jawa. Saya hanya menumpang lahir di Biak. Saya pernah menjadi kepala kantor SAR di Biak, Timika, Merauke. Dan, sekarang saya menjadi Kepala Seksi Sumber Daya di SAR Kota Padang," ujar Zulfikar yang berlogat Papua.
Menurut Zulfikar, tugas utama menjadi seorang anggota SAR adalah bagaimana membuat orang lain tersenyum walaupun keadaan sendiri sedang susah.
"Menurut saya tugas utama SAR itu membuat orang tersenyum walaupun kita sendiri tidak baik-baik saja. Harus tetap semangat," lanjut Zulfikar.
Di ruang rapat Kantor Basarnas Kota Padang, Zulfikar mengatakan bahwa tidak ada halangan untuk anggota SAR melaksanakan tugas.
"Walaupun cuaca tidak mendukung harus tetap semangat. Kadang saya juga sedih ketika sudah bekerja semaksimal mungkin tapi Tuhan berkendak lain, kasian keluarga korban," tuturnya.
Selama dinas di Padang, Zulfikar mengaku Padang sangat menarik. Baik itu pergaulannya, makanannya, serta ibadah yang tenang tanpa adanya gangguan.
"Saya senang di sini (Padang), makanannya enak-enak, pergaulannya menarik dan yang paling penting ketika ibadah tidak ada hambatan dan aman," ucap Zulfikar.
Gulai lokan dan belut adalah makanan yang disukai Zulfikar ketika di Padang.
Ia mengatakan makanan tersebut relatif jarang dijumpai di luar Padang.
Selain itu ia juga selalu mengingat pesan kedua orang tuanya bahwa di manapun bumi dipijak di sana langit dijunjung.
Ketika lebaran Zulfikar sebagai anggota SAR harus standby, karena mengemban amanah tugas dari atasan. Tidak ada alasan apapun untuk meninggalkan tugas.
"Belum ada pulang kampung, karena tugas amanah yang harus saya jalankan. Jika pulang ke Papua kami bertiga menghabiskan dana sebesar 30 juta dari Padang. Orang tua saya suka petai, jika pulang kampung saya suka membawakan petai," kata Zulfikar. (Tribunpadang.com/Merinda Faradianti)