Super League

Pelatih Arema FC Jawab Protes Aremania Usai Berhasil Tumbangkan Semen Padang FC

Pelatih Arema FC, Marcos Santos, akhirnya menjawab protes Aremania setelah timnya menumbangkan Semen Padang

|
Penulis: Rahmadisuardi | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Fajar Alfaridho Herman
BRI SUPER LEAGUE: Seorang pemain Semen Padang FC dan seorang pemain Arema FC tampak tergeletak setelah beradu saat merebut bola, Senin (3/11/2025). Pelatih Arema FC, Marcos Santos, akhirnya menjawab protes Aremania setelah timnya menumbangkan Semen Padang dengan skor 2-1. 

Ia menyadari, Arema FC adalah salah satu tim besar di persepakbolaan Indonesia. Untuk itu, ia akan memberikan yang terbaik untuk Arema FC dan Aremania.

Baca juga: Polisi Ungkap Penyebab Minibus Avanza Masuk Jurang di Solok: Mobil Hilang Kendali karena Jalan Licin

"Tim ini seharusnya tidak berada dalam posisi yang membahayakan."

"Jadi kami harus mempersiapkan dengan sangat baik agar dan berusaha bermain bagus di setiap pertandingan untuk meraih kemenangan," tandasnya.

Semen Padang FC Kendur

Pelatih kepala Semen Padang FC, Dejan Antonic, mengakui timnya tampil kurang maksimal di babak pertama saat menghadapi Arema FC pada laga lanjutan BRI Super League 2025/2026 di Stadion H Agus Salim Padang, Senin (3/11/2025) malam.

Sehingga pada babak pertama itu tim Semen Padang tertinggal 0-2 atas tamunya Arema FC.

Pertandingan yang dipimpin wasit Nendi Rohaendy itu berakhir dengan kekalahan 1-2 untuk Kabau Sirah.

Menurut Dejan, permainan timnya di babak pertama belum berjalan sesuai rencana karena Arema mampu menekan dan memaksa pemainnya keluar dari pola pemainan yang diinginkan.

“Saya setuju, babak pertama kita kurang bagus. Coba lihat, kita sudah tahu ini masalah kunci kita. Kita harus bikin lima kesempatan dulu untuk bisa cetak satu gol. Kita tidak punya gol yang mudah. Lihat Arema, babak pertama tiga kali shoot, dua gol,” ujar Dejan Antonic usai pertandingan.

Baca juga: Dejan Antonic Kecewa, Sebut Kekalahan dari Arema Jadi Pelajaran Berharga untuk Semen Padang

Pelatih asal Serbia itu menilai, meski secara permainan timnya sempat tertinggal, namun semangat juang para pemain patut diapresiasi karena mampu tampil jauh lebih baik setelah turun minum.

 “Yang bikin saya senang karena anak-anak di babak kedua berubah. Kita ubah sistem dari 4-3-3 ke 4-1-4-1, dan dari situ kita dapat banyak peluang. Sementara disini pelatih hanya bisa bawa anak-anak sampai depan pintu, tapi pintunya mereka sendiri yang harus buka kalau mau bikin gol,” jelas Dejan.

Dejan menjelaskan, salah satu faktor penyebab permainan babak pertama tidak berkembang adalah tekanan tinggi dari Arema yang membuat para pemainnya sulit mengalirkan bola dengan baik.

“Arema tidak kasih waktu untuk kita main sesuai rencana. Mereka tekan dua stopper kita, solusi di tengah tidak ada, jadi terpaksa kita main long pass. Dari awal kita tidak mau main seperti itu, tapi kadang di sepak bola situasinya memaksa kita seperti itu,” jelasnya.

Ia juga menyoroti masih seringnya terjadi kesalahan umpan antar pemain. Menurutnya, hal tersebut bukan karena kurang latihan, melainkan perbedaan antara kondisi latihan dan pertandingan sebenarnya.

Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 5 Halaman 11 Kurikulum Merdeka: Mengisi Teka-teki Silang

“Sebelum saya datang ke Padang, saya sudah lihat masalah passing ini. Kita sudah latihan banyak, passing drill, kombinasi, semua diperbaiki. Tapi latihan dan pertandingan itu beda jauh,” ungkapnya.

Sumber: Tribun Padang
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved