Citizen Journalism

MAN IC Padang Pariaman Menebar Harapan Jemput Masa Depan: Berakit-rakit ke Hulu, Berenang ke Tepian

Dinamika kehidupan di salah satu sudut Nagari Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat

Editor: Emil Mahmud
FOTO: ISTIMEWA/AGIF
UPAYA PEMBINAAN SPIRITUAL - Suasana aktivitas para pelajar MAN IC Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat yang terekam kamera. Mereka diproyeksikan guna menjadi generasi beriman, cerdas, dan berkarakter pemimpin masa depan. Fokus pada penguatan akademik, kreativitas, sekaligus pembinaan spiritual. Sekolah ini didirikan sebagai bagian dari pengembangan sekolah unggulan Insan Cendekia di seluruh Indonesia. 

Oleh: Muhammad Al-Ghiffari Aidira, Penulis adalah Siswa KELAS X MAN IC Padang Pariaman

DINAMIKA kehidupan di salah satu sudut Nagari Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat atau Sumbar selalu dimulai jauh sebelum matahari terbit.

Pada saat sebagian orang masih terlelap, para siswa MAN IC Padang Pariaman sudah bangun dari tidurnya. Suara air mengalir di kamar mandi asrama, langkah-langkah tergesa menuju tempat wudu, dan sapaan lirih sesama teman menjadi pembuka hari.

Mereka berjalan beriringan menuju masjid, udara dingin subuh membungkus langkah-langkah itu, untuk menunaikan Salat Subuh berjamaah.

Seusai salam, lantunan doa berganti dengan tadarus. Setelah itu, waktu mereka dipenuhi dengan menghafal ayat baru dan murajaah Alqur’an. Suara bacaan bergema di ruang-ruang kecil dan teras masjid, menciptakan suasana yang khidmat sekaligus penuh semangat.

Begitu semua selesai, mereka kembali ke asrama, menata ranjang, dan bersiap sarapan. Nasi hangat, sayur, dan lauk sederhana menjadi bekal energi untuk hari yang panjang. Baru setelah itu, seragam rapi dikenakan, sepatu dibersihkan, tas dipanggul dan siap untuk apel pagi.

Baca juga: MAN Insan Cendekia Padang Pariaman Masuk Daftar 10 Madrasah Terbaik Nasional

Pariaman, sering dimulai dengan pemandangan khas: derap langkah para siswa berseragam rapi menuju kelas, sebagian membawa buku, sebagian lagi memegang laptop.

Suara salam dan sapaan bercampur, pagi itu di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) Padang Pariaman memulai kelas untuk proses PBM .

Pada saat denyut kehidupan sebuah sekolah yang bukan hanya mencetak lulusan berprestasi, tapi juga menumbuhkan insan berkarakter.

MAN IC Lahir dari Misi Besar

MAN Insan Cendekia Padang Pariaman adalah Madrasah Aliyah Negeri berasrama di bawah Kementerian Agama. Madrasah ini lahir dari sebuah gagasan besar Presiden RI ke 3 BJ Habibie yakni menggabungkan pendidikan agama dan sains, dengan filosofi IMTAK (iman & takwa) + IPTEK (ilmu pengetahuan & teknologi).

MAN IC yang berdiri 1 April 2016 ini memiliki visi & misi melahirkan generasi beriman, cerdas, dan berkarakter pemimpin masa depan. Fokus pada penguatan akademik, kreativitas, sekaligus pembinaan spiritual. Sekolah ini didirikan sebagai bagian dari pengembangan sekolah unggulan Insan Cendekia di seluruh Indonesia.

Filosofi “Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian” bukan sekadar hiasan kata. Di sini, ia menjadi napas keseharian. Para siswa didorong untuk berjuang keras di masa muda, demi menggapai masa depan yang gemilang. 

Lingkungan yang Tumbuhkan Karakter dan Prestasi

Bangunan madrasah ini memang tidak terletak di pusat kota, tapi justru lingkungan yang relatif tenang, suasana kampus dikelilingi kebun kelapa dan lingkungan budaya Minangkabau yang kental.

Kampus ini jauh dari hiruk-pikuk perkotaan dan polusi udara. Siswa punya ruang untuk fokus belajar dan beraktivitas positif.

Jadwal mereka sangat padat: mulai dari tahsin Alquran pada pagi hari, pelajaran akademik di siang hingga sore hari kegiatan ekstrakurikuler (robotik, jurnalistik, seni, pramuka), study club untuk OSN & KSM, serta organisasi siswa seperti OSIM–MPK dan organisasi asrama IKAS–MA. Hingga pada sore dan malam kegiatan tahfidz Alqur’an dan belajar mandiri.

Prestasi akademik MAN IC Padang Pariaman sudah mencatatkan jejak di berbagai kompetisi nasional. Olimpiade Sains Nasional, lomba debat bahasa Inggris, hingga riset ilmiah remaja.

Semuanya pernah membawa pulang piala. Tapi di balik itu, ada pula prestasi non-akademik: dari pencak silat, kaligrafi, hingga kepemimpinan siswa.

irup lapangan
PRESTASI MAN IC PADANG PARIAMAN - Kegiatan serta Prestasi akademik MAN IC Padang Pariaman sudah mencatatkan jejak di berbagai kompetisi nasional. Olimpiade Sains Nasional, lomba debat bahasa Inggris, hingga riset ilmiah remaja. Semuanya pernah membawa pulang piala. Tapi di balik itu, ada pula prestasi non-akademik: dari pencak silat, kaligrafi, hingga kepemimpinan siswa.

Selain itu reputasi akademiknya dalam UTBK beberapa tahun terakhir, selalu masuk peringkat teratas di Sumbar dan bersaing secara nasional.

Keunggulan sekolah ini tak lepas dari peran pimpinan madrasah, guru dan pembimbing asrama yang bukan hanya mengajar, tetapi juga membimbing sebagai orang tua kedua.

Mereka hadir bukan sekadar di ruang kelas, tapi juga di asrama, menjadi pendengar, penasehat, dan pengarah. Keterlibatan ini membentuk ikatan emosional yang kuat antara pendidik dan peserta didik, menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian siswa.

Selain itu peran Komite Sekolah tidak sekadar formalitas tetapi juga aktif menyusun strategi bersama pihak madrasah: bagaimana memastikan kebutuhan siswa, baik akademik maupun non-akademik, terpenuhi.

Melalui dukungan fasilitas belajar, penguatan program tahfiz, kelas tambahan untuk persiapan masuk PTN tenama  sampai memberi dorongan moral pada siswa yang sedang bersiap menghadapi lomba nasional.

USLAH, Gerbang Awal Jadi Bagian Keluarga Besar MAN IC

Bagi banyak siswa, MAN IC adalah pintu menuju mimpi yang lebih besar. Lulusan sekolah ini telah melanjutkan studi ke berbagai perguruan tinggi bergengsi, baik di dalam maupun luar negeri.

Bagi mereka, perjalanan di madrasah ini adalah fondasi. Disiplin, kemampuan berpikir kritis, keterampilan berkomunikasi, dan akhlak yang kuat, semua dibangun di sini.

Perjalanan siswa baru dimulai dengan sebuah fase penting bernama Uslah, yaitu  masa karantina selama 40 hari yang dirancang bukan untuk mengekang, melainkan untuk menempa.

Begitu menginjakkan kaki di gerbang madrasah, siswa baru seakan masuk ke “kawah candradimuka” modern. Selama 40 hari, mereka hidup dalam ritme yang teratur: bangun sebelum subuh, belajar bersama, mengikuti pembiasaan ibadah, hingga latihan kedisiplinan. USLAH bukan sekadar orientasi singkat, melainkan pembentukan karakter intensif.

Uslah adalah pintu masuk untuk memahami dunia baru bernama MAN IC. Siswa diajak berkeliling kampus: dari ruang kelas berteknologi, laboratorium sains, masjid, hingga asrama.

Mereka diperkenalkan pada budaya madrasah yang tertuang dalam visi madrasah beriman, bertakwa, berakhlak mulia, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu bersaing secara global.

Dari visi ini kemudian diturunkan nilai-nilai seperti religiusitas, integritas, disiplin, kemandirian, prestasi, dan kepemimpinan.

Setiap hari mereka diberi waktu untuk menyelami lingkungan, berinteraksi dengan kakak kelas, dan mengenal guru bukan hanya sebagai pengajar, tapi juga pembimbing kehidupan.

Selama Uslah, siswa baru tidak hanya mendengar tentang OSIM–MPK atau organisasi asrama IKAS–MA tetapi juga menyaksikan langsung bagaimana roda organisasi itu berputar.

Para pengurus memperkenalkan program, kegiatan, dan semangat kepemimpinan yang dihidupi sehari-hari. Dari sinilah benih minat mulai tumbuh: ada yang tertarik pada robotik, jurnalistik, atau seni.

Ada pula yang menemukan panggilan jiwa di pramuka atau tahfiz. Uslah menjadi jendela pertama untuk melihat luasnya ruang pengembangan diri di MAN IC.

Dalam 40 hari ini, siswa baru ditempa untuk hidup dalam komunitas: berbagi kamar, menjaga kebersihan, menyesuaikan diri dengan aturan, dan menghargai privasi orang lain.

Tentu ada kejadian unik seperti berebutan masuk ke kamar mandi, perbedaan kebiasaan, atau masalah sepele lainnya. Namun di situlah pelajaran sejati berlangsung. Siswa belajar mengelola emosi, bernegosiasi, dan membangun solidaritas.

Uslah bukan sekadar orientasi masuk sekolah. Ia adalah transformasi: dari remaja lulusan SMP menjadi pelajar madrasah unggulan.

Yakni dari anak yang terbiasa hidup bebas di rumah menjadi pribadi mandiri yang tahu arti disiplin. 40 hari karantina ini mungkin terdengar panjang, tetapi justru di sinilah siswa merasakan “percepatan kedewasaan”. 

Saat keluar dari masa Uslah, mereka bukan lagi tamu di MAN IC, melainkan bagian dari keluarga besar yang siap berjuang bersama.

Ibarat perahu yang terus mendayung melawan arus, siswa-siswa MAN IC Padang Pariaman terus menapaki jalannya dengan tekad. Ia adalah tempat di mana harapan-harapan muda disemai, di mana masa depan mulai dijemput.

Dari sini, generasi yang lahir bukan hanya pintar, tapi juga bijak, siap mengarungi kehidupan dengan kompas iman dan ilmu.

Di tepian kelak, hasil perjuangan itu akan terlihat. Tapi hari ini, di ruang kelas, di Masjid, di lapangan olahraga, bibit-bibit masa depan itu sedang disiram, dipupuk, dan dijaga.

Terakhir, dari Padang Pariaman memasang harapan lalu menebar, hingga jauh melampaui batas kabupaten, provinsi, bahkan negeri di tanah air ini.(*)

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved