KTT G20 di Johannesburg
Indonesia Tegaskan Peran sebagai Co-Drivers Tata Kelola Ekonomi Global di KTT G20 di Johannesburg
Negara Indonesia kembali menegaskan posisinya sebagai kekuatan penting dalam arsitektur tata kelola ekonomi global.
TRIBUNPADANG.COM, JOHANNESBURG – Negara Indonesia kembali menegaskan posisinya sebagai kekuatan penting dalam arsitektur tata kelola ekonomi global.
Siaran pers Badan Komunikasi pemerintahan Republik Indonesia atau Bakom RI menyebutkan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Indonesia memperkuat perannya sebagai negara berkembang.
Utamanya, dalam memperjuangkan keberpihakan global sekaligus menjadi mitra strategis negara-negara maju dalam menjaga stabilitas ekonomi dunia.
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Johannesburg, Afrika Selatan, negara-negara berkembang atau Global South menunjukkan posisi yang semakin sentral.
Sejauh ini, mereka tidak hanya menyimak keputusan negara besar, tetapi turut mengarahkan kebijakan ekonomi global sebagai co-drivers.
Hal ini disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha C. Nasir dalam konferensi pers daring, usai memaparkan hasil pertemuan yang berlangsung pada Sabtu (22/11) malam waktu setempat.
Ia menekankan bahwa tiga tahun terakhir, panggung kepemimpinan G20 dipegang oleh negara-negara berkembang—Indonesia (2022), India (2023), dan Afrika Selatan (2025)—yang memperluas ruang pengaruh bagi kepentingan Global South.
“Bahwa ini KTT G20 di Afrika Selatan menutup rangkaian kepemimpinan negara-negara berkembang dari global south. Dan ini dengan ini menunjukkan bahwa global south tidak saja menjadi penonton dalam tata kelola global khususnya di bidang ekonomi, tapi juga menjadi co-drivers dan juga menjadi paling bisa dilihat dari hasil leaders declaration,” ungkapnya.
Arrmanatha menjelaskan bahwa hasil KTT G20 kali ini sarat dengan kepentingan negara berkembang. Dokumen Leaders Declaration yang disepakati tidak hanya lebih panjang, tetapi juga lebih mendalam dari sisi substansi, mencakup berbagai isu prioritas bagi negara-negara Global South.
“Hal yang disepakati yang halamannya cukup panjang kali ini, tapi juga memuat banyak sekali isu-isu yang menjadi kepentingan negara berkembang seperti halnya terkait dengan penanganan utang, isu-isu terkait dengan disaster risk reduction, tantangan terhadap global financial system, itu juga menjadi perhatian,” jelasnya.
Baca juga: Indonesia di G20: Dorong Reformasi Pembiayaan Global Tunjukkan QRIS Solusi Digital Murah untuk Dunia
Pascapandemi COVID-19
Indonesia menilai bahwa mayoritas negara berkembang menghadapi tekanan utang akibat ketidakpastian global, kenaikan suku bunga dunia, dan kebutuhan pembiayaan pembangunan pascapandemi COVID-19.
Di tengah kondisi tersebut, Global South menuntut mekanisme keuangan yang lebih adil dan inklusif. Masuknya isu-isu tersebut dalam agenda G20 menunjukkan bahwa forum ekonomi terbesar dunia kini semakin mencerminkan aspirasi negara berkembang.
Perubahan penting lainnya adalah evaluasi menyeluruh terhadap peran G20 dalam dua dekade terakhir sejak krisis ekonomi global 2008.
Indonesia memandang refleksi ini penting untuk memastikan G20 tetap relevan menghadapi tantangan ekonomi global yang semakin kompleks.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/padang/foto/bank/originals/Inti-Plasma.jpg)